Chereads / Love from a letter / Chapter 11 - 11•Bahagia cemburu

Chapter 11 - 11•Bahagia cemburu

Sebuah mobil sedan hitam yang berhenti disebuah perusahaan dan menghentikan mobilnya tepat dipintu masuk tak luput dari pandangan orang orang. Sesosok laki laki berjaz hitam yang terlihat masih muda keluar dari mobil setelah pintunya dibuka oleh Sang bodyguard di depan pintu perusahaan.

Ia melangkahkan kakinya dengan penuh wibawa dan tak peduli pada tatapan para pegawai yang berada disekitarnya. Senyum satu kali pun tak akan pernah ia keluarkan. Sejak kejadian 13 tahun yang lalu hidupnya seakan berputar balik menjadi mimpi dan sekarang benar benar nyata. Sosok laki laki yang menjadi dingin dan tak peduli dengan urusan orang lain telah menghilangkan sikapnya yang humoris ramah dan selalu tersenyum. Ia pun tak percaya akan hal itu. Tapi mau diapakan lagi, beginilah sudah hidupnya.

Langkah wibawanya dia jadikan dengan langkah santai setelah berada tepat di ruangan yang menjadi tujuannya. Ya ruangan CEO. Ia memasuki ruangan tersebut dengan malas. Tampaklah seorang pria paruh baya yang sudah tersenyum kearahnya dan duduk dikuasaannya.

Ia berduduk malas di sofa yang tak jauh dari tempat sang CEO tersebut. Pandangannya ia alihkan menatap satu persatu lukisan yang dipajang didinding dengan indah dan tertata rapi.

"Sudah mau sekolah disini lagi?"tanya sang pria tersebut dibalas anggukan oleh laki laki itu.

"Apa kamu mau jadi babu seperti dulu lagi hah?!"sentak pria itu menggebrak mejanya keras.

"Cih"balasnya tak suka

"Kalau ada orang ngomong itu ditatap kalau ditanya dijawab"kata pria itu berubah lembut."Jastin saya tanya sekali lagi dengan kamu"suaranya berubah menjadi serius.

Ya namanya  Jastin Arfian Kenneth seorang laki laki yang berumur 18 tahun dengan tingkat pikirnya yang sangat kuat dan bisa membahayakan. Pria yang sekarang berada didepannya adalah ayah angkatnya yang hanya mementingkan pekerjaannya. Namanya CEO Bambang Pamungkas. Mendengar namanya saja benar benar membuat telinga Jastin panas. Ia mengirimkan Jastin ke Kenada dengan cara paksa dan mengancamnya.

"Kamu sudah mau sekolah disini?"tanya CEO Bambang antusias. Oke kita akan panggilan pak Bambang dengan sebutan CEO. Karena ceritanya dia gila martabat. Bukan martabak.

"Ya saya juga akan mulai bisnis disini"jawab Jastin saat ini jelas melihat CEO Bambang dengan tak suka.

"Oke. Kalau gitu saya sudah mendaftarkan kamu di SMA golden school"Jastin memutar bola matanya malas. Selalu saja dipaksa. Sesenaknya sendiri.

"Ada keperluan lagi CEO?"kata Jastin lembut  bermakna mengejek.

"O tidak tidak saya juga sudah bilang dari tahun yang lalu kalau kamu akan saya jadikan penerus perusahaan saya kedepannya"

Jastin mengangguk lalu ia berdiri dan keluar dari ruangan. Ia keluar dari pintu perusahaan dan sudah mendapatkan sang bodyguard ayah angkatnya sudah membuka pintu mobil saat dia datang. Jastin pun masuk ke mobil dengan tatapan kosong ia melihat sekeliling jalanan lalu tersenyum kecil.

"Sampai bertemu"lirihnya menutup matanya dan menyandarkan kepalanya.

📍📍📍

Arfka menghentikan mobilnya disebuah coffe dan memarkirkannya. Mia sudah keluar duluan dan duduk manis ditempatnya saat ini. Meja khusus untuk para pengunjung yang memiliki martabat tinggi. No no tapi Mia tak memandang itu.  Semuanya yang ia lihat sama saja. Cuman ia akan bersikap hormat pada orang yang terhormat dan mempunyai akhlak yang hormat.

"Eh Mia.. mau pesan apa?"tanya sang barista tersenyum kearah Mia.

"Itu aja kak angga_"Mia nampak berpikir sebentar "cappucino" lanjutnya menjentikkan tangannya.

Tempat Coffe  ini miliki ayahnya jadi wajar bila semua pegawai disini akan mengenalinya.

Arfka menghampirinya lalu segera memesan minuman saat sang barista yang bernama angga itu bertanya padanya. Meskipun ia tak tau siapa tapi melihat Mia berbicara kepada laki laki lain membuatnya sakit.

Arfka duduk lalu ia menatap Mia tajam dan memutar bola matanya malas. Mia yang diperlakukan seperti itu langsung mengintropeksinya. Emang gue salah apa.

"Salah Lo buat gue cem-"

"Silahkan mas mba dinikmati"kata Angga memutuskan perkataan Arfka  dan meletakkan cangkir kopi diatas meja.

"Makasih kak Angga"Arfka melihatnya tak suka. Ingin sekali rasanya ia cabik cabik muka cowok itu yang menjawab jawaban Mia dengan tersenyum lebar. Mia malah membalasnya tambah senyum. Hem..

"Mia pacar Lo ya. Galak amat sih"bisik Angga sedikit melirik Arfka.

"Bukan kak itu teman Mia. Tapi cinta"jawab Mia membisikkannya dengan sangat pelan berharap tidak didengar oleh Arfka.

Siapa bilang Arfak tak mendengarkannya bisikan Mia saja benar benar membuat dirinya senang meskipun bukan bisikan langsung padanya.

Angga langsung berdiri. Mendengar pernyataan Mia ia langsung menghampiri Arfka penuh selidik.

"Yang ini Mia!"kata Angga keras menunjuk Arfka. Hufftt untung saja pelanggan belum ada.

"Ngga kuping gue budeh oon"protes seorang barista cewek dari dapur. Ia melihat sekeliling lingkungan Angga dan mendapatkan tatapan Mia yang tersenyum kearahnya.

"Mia!!" Teriaknya histeris berlari menghampiri Mia dan memeluknya.

"Eh curut kuping gue bisa budeg ini"kata Angga menjitak kepala cewek tadi.

"Apaan sih ini berisik berisik"kata barista laki laki yang menghampiri mereka.

"Kak Kenneth"teriak Mia histeris melepaskan pelukan cewek itu dan berlari menghampiri laki laki yang ia panggil Kenneth.

Mia memeluk Kenneth. Rasanya seperti bertahun tahun tidak bertemu walau kenyataannya tiap hari akan bertemu. Kenneth membelas pelukan Mia. Sudah ia tebak, jika ada Mia maka ia harus mengambil ancang ancang agar tidak terjatuh bila Mia langsung memeluknya.

Kalian tau apa yang terjadi pada Arfka? Ya seperti ini.

Arfka sedang dikerumuni dengan cowok yang bernama Angga itu dan entahlah cewek itu namanya siapa. Hatinya terasa ditusuk tusuk melihat Mia berpelukan dengan cowok yang bernama Kenneth itu. Dirinya hanya bisa diam disaat Angga dan cewek itu memberi pertanyaan yang amat banyak kepadanya. Yang bisa ia lakukan saat ini. Menahan emosinya untuk tidak memukul wajah Kenneth karena telah memeluk gadisnya yang belum ada statusnya sama sekali.

"Mia lihat tuh ada yang cemburu"kata Kenneth melepaskan pelukannya dari Mia.

Mia melihat arah tatapan Kenneth. Ia melihat Arfka yang tengah menatapnya tajam dan tak suka. Mia memutar bola matanya dan mengeluarkan lidahnya kearah Arfka. Arfka tambah kesel.

Mia beralih melihat Kenneth dan berbisik.

"Serius"kata Kenneth penuh antusias.

Mia mengangguk ngangguk dan ingin sekali mendapatkan saran dari Kenneth laki laki yang menurutnya lebih dewasa diantara barista lain.

"Sejak kapan"

"Sejak saat ini"

"Saat ini? Eh bentar kamu nggak sekolah"

Mia menggelengkan kepalanya cengir. Oke, setelah ini ia akan...

"Mia!?"

Kabur.....

Mia berlari kearah Arfka mendorong manusia manusia yang tadi mengelilingi Arfka. Ia langsung memeluk Arfka dari depan. Arfka menghela nafas lega. Mianya selalu saja membantunya  meskipun ia  tak tau apa pun karena Mia tetaplah Mia. Gadis yang ia cintai selama ini.

Kenneth menghampiri Mia dengan tatapan tajam. Ia beralih menatap Arfka yang menatap sepeti berkata 'lepasin dia kalau nggak kalau berdua akan habis.

Yah... Sepeti itulah.

"Arfka Arfka bantu gue Arfka"tangan Mia ditarik tarik oleh Kenneth agar lepas dari pelukan Arfka. Arfka tak membalas pelukan Mia sehingga gadis itu langsung didapat oleh Kenneth yang kedua kalinya. Ia menarik kerah seragam Mia dari belakang menuju dapur.

"Arfka bantuin aku Arfka"teriak teriak Mia menggerak gerakkan kakinya secara bergantian.

Arfka hanya diam, ia langsung tertawa lepas melihat tingkah Mia tadi. Rasanya hari ini benar benar berbeda dari hari sebelum sebelumnya.

"Kak Mila tolongin aku hiks"kata Mia akting nangis kearah barista cewek yang Arfka baru tau namanya adalah Mila.

Mila mengedikkan bahunya acuh. Enak saja dia minta tolong, tadi gue peluk aja dilepasin.

"Net bawa dia aja pergi jauh jauh dari sini, salahnya bolos"teriak Mila mengibas ngibaskan tangannya.

"Jangan panggil gue net"Kenneth sudah hilang dari balik tembok begitu juga Mia.

"Arfka!"teriak Mia.

Meskipun wajahnya tak Arfka lihat tapi ia sudah membayangkan betapa lucunya gadis itu saat berteriak.

"Arfka gue mau dicium"

Bruk..

Arfka menggebrak meja kuat. Sehingga membuat Angga dan Mila terlonjak kaget. Arfka langsung melangkah lebar ketempat  Mia dibawa Kenneth.

Beberapa menit kemudian.

"Hiks hiks"tangis Mia didalam pelukan Arfka.

Saat ini Arfka keluar dari dapur dan menggendong Mia. Angga dan Mila hanya bisa diam lalu mereka beralih menatap Kenneth yang hanya cengir dan sinis.

"Gila tuh cowok possesive banget dah"gumam Kenneth yang masih didengar oleh Angga dan Mila.

Mereka bertiga mengalihkan pandangannya keluar coffe dan melihat Arfka memasuki mobil dan sudah ada Mia disampingnya. Mereka hanya bisa geleng geleng lalu tertawa mengejek kerah Kenneth yang terlihat memar di bagian dahinya.

"Apa kalian pada tawa"kata Kenneth sengit meninggalkan 2 manusia itu yang masih tertawa.

TBC