"Mia"lirih Arfka.
Mia tak menatap Arfka ia mengalihkan pandangannya asal bukan Arfka.
"Hem"
"I love you"
Deg...
Tatapan mereka saling bertemu. Semua pandangan yang bisa mereka lihat hanya mata yang tak bisa diutarakan. Semuanya teralih kemata mereka yang saling bertemu. Semua kisah yang dialami terasa tidak begitu nyata. Tapi ini benar benar nyata. Bukan kisah cintaku dalam diam walau kenyataannya itu memang nyata. Tapi cintaku ini inilah dia. Dia yang selama ini kucintai ternyata juga mencintaiku.
Dia ya dia yang selama ini terlihat cuek, dingin, dan tak peduli ternyata semua itu bohong ya sangat bohong. Serasa dihatiku sudah terdapat bunga bunga yang mekar ya sangat mekar begitu mekar tapi apakah selamanya? Sepertinya tidak. Ya saat ini tidak. Dia yang dihadapan ku saat ini menatapku sayang terlihat sangat sayang. Tapai siapa yang tau didalam hatinya seperti apa?.
Arfka menaikkan satu alisnya. Sedangkan Mia hanya diam ia perlu memikirkan lagi apakah semua yang dikatakan Arfka benar adanya. Ternyata tidak ia malah tertawa kencang. Menyebalkan dia benar benar memainkan perasaanku.
"Hahaha"tawa Arfka kencang membuat Mia dongkol.
"Bodo".
Tapi ini untuk pertama kalinya ia melihat Arfka tertawa begitu bahagia. Ini juga untuk pertama kalinya ia bersama Arfka didalam mobil. Ini juga untuk pertama kalinya ia melihat racauan Arfka yang membuatnya jengkel. Yang ini benar benar membuatnya sangat jengkel sedangkan untuk yang kemarin kemarin ia hanya gengsi. Gengsi yang ketinggian. Ini juga sangat menyenangkan baginya saat Arfka mengatakan hal yang yang tak pernah ia duga. Tapi Arfka tetaplah Arfka. Laki laki yang ia cintai yang belum bisa ia mengerti akan sikapnya dan tingkahnya.
Arfka menghentikan tawanya ia melirik Mia sebentar yang sedang merajuk menatapnya penuh amarah.
"Ga usah bercanda. Gue nggak baper"
"Yakin"goda Arfka mendekatkan wajahnya lagi dan lagi.
Mia menutup wajah Arfka dengan tangannya karena tak tahan. Ia mendorong bahu Arfka dengan satu tangannya lagi agar menjauh.
"Kenapa kita bolos Arfka"tanya Mia. Sebenarnya ini pertanyaan yang dari tadi ingin Mia katakan. Tapi melihat tingkah Arfka yang begitu aneh benar benar membuatnya tak tahan. Apalagi saat Arfka bilang I love you. Oh.. sungguh itu sangat membingungkan tapi membahagiakan untuknya.
Ya rasanya sangat membuat dunianya terbalik dan penuh bunga yang bermekaran disekitarnya. Nyatanya itu semua bohong perlu diulangi dan garis bawahi lagi bahwa itu semua BOHONG ya sangat sangat B.O.H.O.N.G. dia tidak lebay tapi itu membuatnya jengkel.
"Menurut Lo?"tanya Arfka balik. Ia memperbaiki posisinya untuk melanjutkan perjalanannya yang entah kemana.
Mia mengedikkan bahunya tak tahu. Ia beralih melirik sekitar dibelakangnya. Melihat sesuatu yang ganjal baginya, penasaran ia pun mengambil itu dan tas berwarna pink polos yang sekarang berada digenggamannya.
"Hem tuh karena itu"Mia melirik tas itu merasa bahwa itu miliknya.
"Maksudnya"tanya Mia tak paham.
Arfka menghela napas pasrah. Rasanya gadis satu ini yang membuat hatinya terbuka benar benar lucu.
Arfka memang mencintai Mia lebih dari siapapun. Tapi tak ada yang tahu meskipun dirinya pun tak tau apa arti semua ini. Perkataan adiknya yang teringat kemarin membuat nyalinya agak menciut untuk membuka lebar hatinya buat Mia. Tapi ia tidak bisa. Mia tetaplah Mia yang selalu membuat hatinya tenang dan hangat.
"Lo sekolah nggak bawa buku apa?"
Mengerti akan apa yang dikatakan oleh Arfka Mia menyembunyikan wajahnya latan malu. ya sangat malu malah.
Arfka mencubit pipi Mia gemes sesekali ia tertawa bahagia. Sedangkan yang dicubit hanya bisa diam dan melihat tingkah cowok yang sekarang berada disampingnya dengan aneh. Mungkin kali ini akan berubah. Arfka akan membuka hatinya meskipun ia tak tau mengapa.
"Mia"lirih Arfka yang masih didengar oleh Mia. Mia pun berbalik menatap Arfka waspada. Jangan sampe lagi dia dibohongi.
"Mia"panggilan Arfka yang kedua kalinya membuat Mia merasa penasaran.
"Mia"untuk ketiga kalinya Mia gregetan sendiri. Memangnya apa sih yang dikatakan.
"Mia" Oke. Cukup sudah ia tak bisa tahan lagi.
"Apaan sih"kesel Mia masih memasangkan wajah penuh selidik dan greget sendiri.
"Nah gitu dong kalau ditanya jawab ya gadis manis"canda Arfka tidak lucu. Eh tunggu tunggu apa tadi dia bilang.
Gadis manis? Oh... Apa dia hitam semanis coklat. Menyebalkan.
"Apa?"oke kali ini Mia menahan amarahnya lalu menghembuskan nafasnya kasar.
"Kamu manis"
"Semanis coklat? Nggak gue nggak item"Mia beralih menatap arah jalanan.
Dunianya terasa berhenti saja. Semuanya ya semuanya rasanya semua harus berhenti,dadanya tercekik begitu saja melihat pemandangan tadi, lidahnya keluh tak bisa berkata apa apa, ada rasa senang dan kecewa tercampur aduk entah jadi apa, kali ini ia tak bisa berkata apa apa. Semuanya tak bisa ia katakan. Harusnya ayahnya tak melakukan ini.
Ya ia baru saja melihat ayahnya bersama wanita yang persis ibuknya tapi bedanya wanita itu memiliki rambut yang tergerai bergelombang sedangkan ibuknya begitu terlihat indah dan lurus.
"Nggak kamu nggak semanis coklat tapi semanis kopi"tawa Arfka pecah. Ia sama sekali tak peduli dengan perkataan itu. Tatapannya masih melihat ayahnya dan wanita itu.
Bagaimana bisa ayahnya melakukan ini. Ibuk baru saja pergi dan ayah? Ayah sudah langsung melupakan ibuk begitu saja? Meninggalkannya? Bahkan Mia pun tak melihat wajah sedih ayahnya. Dirinya juga seperti itu sih tapi, ini beda sangat beda ia juga merasa sedih tidak semenenangkan ayahnya. Apa karena wajah wanita itu mirip ibuknya? Ia harus bertanya.
"Hello"kata Arfka melambai lambaikan tangannya kewajah Mia. Mia belum sadar akan hal itu meskipun sudah berkali kali Arfka melambaikan tangannya dan sesekali mengucapkan hello tepat ditelinganya.
Lelah, Arfka akan mengerjainya. Entah mengapa hari ini dirinya sanga bahagia dan aneh menurutnya. Mia pun berpikiran yang sama terlihat dari wajahnya.
"Mia kamu manis semanis kopi"bisik Arfka pelan dibawah telinga Mia.
Mia bergedik ngeri. Apalagi ini, kenapa ia harus baper. Ya wajar saja sih. Mia tak berani melihat wajah Arfka yang sekarang berada dilehernya. Hembusan nafas Arfka yang membuatnya tak bisa berkutik apa apa bukan cuman itu bahkan perkataannya tadi haru ia pertimbangkan dahulu.
Manis? Semanis?....
"Arfka gue ngg-"Mia menghentikan kalimatnya.
Oke... Saat ini ia harus butuh oksigen yang banyak. Yang sangat banyak. Perkataannya baru saja terputus karena sesuatu yang lembut dengan sengaja menyentuh pipinya.
"Kamu manis manis banget"bisik Arfka menggoda Mia. Ia tertawa lagi lagi dan lagi.
"Lo pahit"sentak Mia membuat Arfka menghentikan tawanya dan melirik Mia tajam.
"Up hm eh eh"tahan Arfka menahan tawanya. Ia menutup mulutnya dengan satu tangan. "Hahaha"tawa Arfa pecah membuat Mia menyulumkan senyumnya.
"Tuh katanya gue pahit tapi Lo malah senyum Mulu dah"goda Arfka mencolek pipi Mia.
Entahlah Mia merasa aneh dengan sikap Arfka yang sekarang. Ia juga meras bahagia melihat Arfka yang hari ini berbeda. Tasnya yang dari tadi berada diatas pahanya ia letakkan lagi ditempatnya semula.
"Kita mau kemana ka"tanya Mia tak ingin membahas perkataan Arfka sebelumnya.
"Coba ulangin lagi"
"Kita mau kemana ka"
"Sekali lagi yang Kat terakhirnya"
Mia berusaha sabar. Oke ini untuk pertama kalinya ia melihat Arfka yang seperti ini.
"Ka"
"Mau jalan jalan dedekku manis"goda Arfka mengacak rambut Mia gemes.
Mia menyembunyikan wajahnya yang sudah merah merona. Ia melirik Arfak sebel tapi sangat mencintainya. Senyum Mia terbit sangat lebar begitu juga dengan Arfka yang tersenyum kecil tanpa sepengetahuannya. Lalu ia melihat arah depan dan kali ini sangat fokus.
Mia merapikan lagi rambutnya dan melepaskan jepitan yang sudah tak bertuan itu lagi. Sama aja dipake jepitan masih aja rusak rambut gue- cemberut Mia sesekali meremas remas jepitan pink itu dengan kesel.
Arfka semakin bahagia melihat Mia seperti ini. Ini juga ikuti pertama kalinya ia mengajak Mia dan merubah sikapnya seberusaha mungkin dihadapan Mia nilai sekarang. Ya mulai sekarang
TBC