Mia sudah berada disekolah dan berjalan jalan dikoridor sekolah dengan was was.
Dari tadi malam ia memikirkan cewek yang bersama Arfka dan juga amplop Arfka yang Mia lihat seperti amplop yang diberikan kepadanya kemarin pagi.
Mia celingak-celinguk memperhatikan sekeliling yang hampir dibilang masih sepi.
Karena masih jam 06.00 wajar bila belum banyak siswa siswi yang datang.
Mia pelan pelan membuka loker Arfka. Ya hampir saja ia melihatnya dan
"Ngapain lo"tanya seseorang menepuk pundak Mia.
Deg...
Gawat..
"Mati dah gue orangnya udah ada"batin Mia
Mia menetralkan nafasnya. Seberusaha mungkin ia terlihat tidak gugup.
"Ngapain lo"tanya orang itu sekali lagi.
Mia masih saja diam. Jarinya yang tinggal sedikit lagi membuka loker Arfka berhenti ditempat. Ia mengigit satu tangannya lagi untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Orang itu memegang Mia agar ia berbalik. Namun nihil, Mia belum juga berbalik ia takut pada orang yang ada dibelakangnya dan siap siap akan menerkamnya habis habis.
"Mia Lo ngapain!?"teriak seorang gadis dari belakang.
Deg....
Apa apaan ini. Kenapa semuanya seperti ini. Aneh rasanya... Ah bodo amatlah.
Mia pun berbalik melihat Angel dan Liana yang sedang menatapnya tanda tanya.
"Em.. i itu tadi gue lagi bersihin"gantung Mia"iya gue nih lagi bersihin loker gue"gugup Mia mengibas ngibaskan loker yang ada dihadapannya.
"Loker lo?"tanya Angel tak yakin.
"Iya nih nih gue lagi bersihin"ucap Mia memperlihatkan jelas loker yang tadi ia tutup.
"Masa' Lo buta apa gimana ya Mia heran gue"kata Liana pedas.
Mia diam ia sedang mencerna perkataan yang barusan saja Liana katakan kepadanya.
"Buta?"tanya Mia pada diri sendiri.
"Iya Lo buta apa gimana sih.. jelas jelas itu tertulis nama Arfka"kata Liana menghampiri Mia dan memperlihatkan stempel nama yang ada di loker.
Mia gelagapan. Haduah... Apa yang harus ia lakukan sekarang. Pikir pikir. aha... Ide cemerlang muncul di otaknya.
"Iya gue juga lagi bersihin punya nya Arfka. Soalnya tuh kotor banget dia punya"gugup Mia mengibas ngibaskan tangannya keloker Arfka.
Liana dan Angel hanya ber 'oh ria. Arfka datang dari arah belakang mereka dan menepuk pundak Mia.
"Misi Lo"kata Arfka cuek.
Kenal dengan suara itu dengan langkah yang cepat Mia pun meninggalkan Arfka dan juga sahabat sahabatnya. Angel dan Liana yang melihatnya hanya tercengoh.
"Bisa bisanya dia ninggalin kita"gumam Angel tak percaya.
"Biarlah itu orang. Lagi aenh dah kayaknya"kata Liana meninggalkan Arfka yang tersenyum simpul dan diikuti oleh Angel.
"Nggak usah senyam senyum kali bang"
"Serah gue lah. Sewot amat"
"Nggak sewot cuman gue nggak pengin itu keulang lagi"
"Nggak liana sayang Abang nggak akan ulangin itu. Kali ini benar benar berbeda dari yang lain"
"Lo yakin"
"Mungkin"
"Mungkin kata elo? Ya dari dulu Lo bilang mungkin mungkin aja. Tapi pada akhirnya semua bakal kayak gitu lagi. Nggak ada yang pernah setia bang. Aku tuh lagi pingin ketemu sama cewek itu lagi. "
"Nggak Li kali ini benar benar beda. Semuanya terasa nggak pernah terjadi"
"Serah Lo bang. Kalau Sampe kenapa kenapa gue nggak bakal pernah maafin orang itu meskipun sahabat gue sendiri. Tapi bang Lo harus ingat sama cewek itu. Gue harus minta maaf sama dia termasuk elo"
"Iya"
"Kalau kejadiannya seperti 5 tahun lalu gue nggak akan pernah nyerah lagi. Semuanya bakal berubah"
"Iya"
"Lo jangan cuman iya iya dong bang. Aku nggak mau kalau Abang kenapa kenapa" tanpa disadari Liana yang hendak memasuki kelasnya matanya sudah berkaca kaca
"Liana Abang nggak akan kenapa kenapa percaya ya sama Abang"
"Iya"
"Liana kok elo nangis"tanya Angel yang melihat Liana sudah mengelurkan air bening dimatanya.
Liana emang gadis cengeng. Ia sangat sayang kepada orang orang yang didekatnya. Salah satunya adalah cewek itu yang 5 tahun lalu.
"Nggak gue nggak papa kok"ucap Liana menenangkan dirinya.
Cemen banget sih-liana
"Yakin"kata Angel memastikan. Liana hanya mengangguk dan memasuki kelas mereka yang sudah ada dihadapan.
"Jangan nangis dek"
"Hiks.. Abang janji ya sama Liana"
"Iya"
Arfka tersenyum simpul kearah Liana setelah memasuki kelasnya. Dan melihat adik kembarannya itu yang sudah duduk dikursinya bersama gadis yang selama ini menyembunyikan perasaan terhadapnya.
Ya selama ini memang mereka berdua bisa saling telepati dan membaca pikiran seseorang. Namun, dampaknya sangat fatal bila terus digunakan.
Arfka juga menyadari bahwa Mia selama ini telah mencintainya. Namun ia harus melakukan sesuatu yang tak boleh diulangi lagi. Ia juga mencintai gadis itu dalam diam.
📍📍📍
"Liana"teriak Mia menghampiri Liana yang berada di kantin dan duduk bersama Arfka.
Bel istirahat sudah berbunyi semenit yang lalu. Dan saat ini Liana dan Arfka sudah duduk dikantin meninggalkan sahabat mereka masing masing.
Pembahasan mereka untuk membicarakan sesuatu yang tak boleh diketahui siapa pun tertunda begitu saja Karna kedatangan Mia, Angel, Kayla dan Andra.
"Liana kok Lo nggak bangunin gue sih pas ketiduran tadi"
Liana berpikir sebentar. Ia mengingat ngingat kejadian beberapa menit yang lalu sebelum dikantin.
"Mia bangun woi"bisik Liana menggoyang goyangkan badannya.
Mi hanya mendengus. Entah mengapa hari ini dirinya sangat ngantuk sekali. Ya.. mungkin gara gara memikirkan sesuatu yang tak harus ia pikirkan.
"Mia"bisik Liana. sedikit berteriak.
Mia tak kunjung juga bangun dan masih mendengus. Ia tetap menutupi kepalanya dengan lengannya sebagai bantal.
Kali ini Liana benar benar tak tahan. Kesabarannya habis sudah. Tapi jika ia melakukannya maka hidupnya akan sia sia saja menjalankan hukuman yang diberikan pak Edi yang saat ini sedang mengajari mereka pelajaran IPS.
Sudah biarkan sajalah...
"Mia!!"teriak Liana.
Semua siswa dan siswi langsung berbalik kearahnya termasuk pak Edi yang saat ini sedang mengajari mereka.
Tapi apa? Mia tak bangun juga ia masih tertidur pulas dan malah mendengkur.
Liana menatap Mia sinis. Bisa bisanya diteriaki saja ia tak kunjung bangun. Sia sia sudah hidupnya.
"Liana. Apa yang kamu lakukan?"tanya pak Edi sedikit berteriak
"Em berteriak pak"jawab Liana santai
"Astaga Liana apa kamu tidak menghargai saya sebagai guru disini"
"Maaf pak tentu saja tidak"
Habis sudah kesabaran pak Edi untuk berbicara kepada gadis pintar itu.
"Kel-"kata pak Edi terputus.
Liana langsung berdiri dan meninggalkan pak Edi yang belum selesai berbicara kepadanya.
"Kenapa kamu keluar?"tanya pak Edi menahan amarahnya.
Liana berbalik menatap guru yang ada dihadapannya dari ujung kaki sampe ujung kepala.
Guru berkepala botak dan berperut buncit itu juga melihat arah tatapan Liana.
"Kenapa kamu lihat lihat saya"
"Idih bapak aja yang kepedean. Mana mau saya natap orang berkepala halus"sinis Liana pergi meninggalkan kelasnya dan menuju kantin.
"Bang nanti langsung ke kantin"
"Iya"
"Suruh yang lain jangan bangunin Mia"
"Iya"
"Eh bentar kenapa?"
"Biar dia nggak tau semuanya"
"Oh iya"
Liana pun langsung pergi ke kantin dan menghiraukan panggilan pak Edi yang sudah berkali kali menteriaki namanya.
Ya diantara Liana dan Arfka meskipun mereka kembar Liana lebih dingin cuek dan tak peduli. Sedangkan Arfka ya.. dia juga dingin cuek namun sikapnya tak seperti Liana yang suka marah marah dan mulutnya yang pedas.
"Matamu"kata Liana sinis kearah Mia yang dari tadi melihatnya.
"Dua"jawab Mia kaget. Karena dari tadi yang ia perhatikan bukan Liana melainkan Arfka yang hanya main hp dan baginya itu terlihat sangat aneh.
"Jelas jelas ya Mia gue udah bangunin Lo dari tadi. Neriaki neriaki nama lo tepat ditelinga Lo"jelas Liana dengan amarah.
Ya memang Liana orang yang Suak emosi sejak kejadian yang pernah terjadi pada abangnya. Ia tak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama.
Mia yang mendengar ceramah Liana hanya bisa diam. Ia tak sanggup menatap mata Liana yang sedang menatapnya tajam.
"Dasar kebo"ucap Arfka tanpa kabel.
"Apa apaan elo sambung sambung aja"sinis Mia
Biasalah kalau sudah berbicara kepada Arfka ia akan jual mahal tapi sayang.
"Serah gue"lanjut Arfka memainkan hpnya.
Angel, Kayla dan Andra yang dari tadi diam lalu duduk ditempat yang kosong tepat disamping mereka masing masing.
Selama beberapa detik mereka hanya diam dan tak ada sedikitpun yang membuka suara melainkan deringan hp dan tanda notifikasi.
Derttt..... derttt....
Entah hp siapa yang saat ini berdering. Tak ada satupun yang mengaku dan hanya saling menggelengkan kepala menandakan bahwa mereka bukanlah pemiliknya meskipun slash satu dari mereka adalah pemiliknya.
"Hpnya siapa sih cepat diangkat!n"ya siapa lagi kalau bukan Liana yang mereka takuti saat ini.
Bila Liana sudah marah maka habislah riwayat mereka satu persatu.
Dertt.... Dertt....
"Woiii kalian pada punya telinga kagak cepat angkat telponnya" dengan sigap Mia langsung mengambil hpnya yang ada disaku bajunya dan langsung mengangkatnya tanpa melihat namanya.
Mia menghindar dari sahabat sahabatnya dan berbicara pada seseorang melalui hpnya. Selang beberapa menit tampak jelas Mia memegang hpnya dengan tangan yang bergetar dan ia menutup mulutnya tak percaya.
Arfka yang melihat itu langsung menghampirinya dan tak sengaja Mia langsung terjatuh. Dengan sigap Arfka langsung menangkapnya dan memeluknya.
TBC
Hayo.. kira kira Mia kenapa ya? Baca aja part selanjutnya.
Jangan lupa share kepada teman teman kalian maupun saudara
Part selanjutnya bakal lebih seru lho...