Chereads / Love from a letter / Chapter 4 - 4•Penasaran

Chapter 4 - 4•Penasaran

Happy reading

______________________

Aku hanya tak ingin bahwa semua yang aku harapkan sia sia. Meskipun kau mencurigaiku

-J love Mia-

_____________________

Mia berjalan di koridor sekolah dengan membawa tas punggungnya yang berwarna pink.

Dengan langkah yang sengaja ia lambat kan dan memutar mutar kunci motor yang ia pegang. Mia berhenti didepan lokernya dan membukanya.

"La la la"entah mengapa hatinya benar benar bahagia saat ini. Mia meletakkan novelnya kedalam lokernya dan menggoyang goyangkan badannya tanpa melihat orang disekelilingnya telah memperhatikannya aneh.

Mia tak peduli pada orang orang yang melihatnya aneh. Saat ini yang ia pedulikan adalah segera pulang dengan cepat dan bertemu dengan orangtuanya yang sangat ia cintai.

Mia masih saja berdiri di depan lokernya. Ia sedang membuka buka lembaran lembaran kertas didalamnya.

Belum mendapatkan apa yang ia inginkan. Mia berdecak sebal dan menendang nendang loker yang menjadi korban.

Tak menyadari bahwa Arfka sedang berjalan kearahnya Mia terus saja mengoceh tak jelas.

Ke rumah sakit jiwa ajalah dia tuh-Arfka

Ia berputar putar tak mengikuti irama. Rasanya aneh.Mia lagi bangga atau karena apa? Dia tak menemukan tujuannya tapi senang. Emang pada dasaranya Mia orang yang sangat aneh. Perlu digaris bawahi bahwa Mia tergolong manusia yang aneh.

Mia berloncat loncat kegirangan.

Ia berhenti. berbalik ke belakang membuatnya hanya bisa diam membisu.Sungguh saat ini ia benar benar malu.

Sangat malu malah.

Arfka tengah diam ditempta dan memandangnya dengan tatapan aneh. Sedangkan Mia yang ditatap hanya cengar-cengir nggak jelas.

Arfka melanjutkan langkahnya dan menuju lokernya disamping loker Mia. Ia membukanya dan memasukkan buku beserta. Eh.. tunggu itu yang Mia cari. Surat yang diberikan padanya tadi pagi dan 2 tahun lalu. Tapi mengapa ada sama Arfka.

"Masa' iya Arfka"batin Mia melihat amplop itu yang dimasukkan Arfka kedalam lokernya.

Arfka yang melihat Mia dari tadi memperhatikannya dengan sigap ia langsung menutup lokernya dan memandang Mia tajam.

"Apa lu"tanya Arfka mendongakkan dagunya kearah Mia.

Mia tak menggubris Arfka. Ia malah mendekat ke Arfka dan tanpa izin membuka lokernya. Arfka menahannya agar Mia tak membukanya.

Arfka tak ingin semua rencananya gagal.

Mia pun mendongak melihat Arfka yang langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. Mia tersenyum tipis melihat Arfka seperti itu.

Ada apa dengannya. Tumben banget kayak gitu.

Mia melepaskan tangan Arfka dari lokernya sendiri dan berusaha untuk membukanya namun lagi lagi Arfka menahannya.

"Apa apaan sih lo"bentak Arfka.

Mia malah menantang Arfka dan menendang tulang keringnya membuat si empunya meringis. kesakitan.

Mia ingin membuka loker Arfka lagi namun saat ini Arfka langsung menghempaskan tangan Mia kasar dan mengunci lokernya.

"Kayaknya lo mesti dibawa kerumah sakit jiwa dah"ucap Arfka pergi meninggalkan Mia yang diam mematung.

Mia pun berbalik dan melihat punggung Arfka yang menjauh dari dirinya.

1...

2...

3...

"Eh Arfka gue nggak gila ya yang buat gue gila itu elo"Teriak Mia memutar bola matanya jengah.

"UPS"Mia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan memukulnya berkali kali.

"Goblok bukan sih gue. Tapi kan dia emang buat gila"gumam Mia"gengsi gue ketinggian banget dah"batinnya keluar dari gedung sekolahnya dan menuju rumahnya.

📍📍📍

"Ibu"teriak Mia memasuki rumahnya dan menemukan ibunya Yang sedang menonton TV bersama ayahnya.

"Nggak usah teriak teriak Mia"kata Astrid-ibu Mia.

Mia mengerucutkan bibirnyanya memalingkan wajahnya kearah lain dan melipat kedua tangannya di dada.

"Sayang ganti baju sana"suruh Astrid.

"Oke buk"hormat Mia berlari kekamarnya yang berada dilantai atas.

Mia hanya geleng geleng melihat tingkah anaknya itu. Ia sangat persisi seperti suaminya yang suka manja.

Arham-ayah Mia yang disamping Astrid itu menatap mata istrinya dengan sayang.

Astrid yang menyadarinya pun menatap suaminya dengan bertanya.

Mengerti maksud istrinya Arham mengambil suara sebentar lalu menghembuskan nafas pelan.

Sekali lagi Arham melakukan itu dan mulai mengatakannya.

"Sayang aku pi-"

"Tidak!"putus Mia dari anak tangga pertama dan langsung menghampiri kedua orangtuanya.

Hampir saja ia melihat ayahnya yang ingin mencium pipi istrinya.

Mia duduk disamping Astrid dan menatap ayahnya tajam.

"Ayah nggak boleh ambil ibu dari aku"cemberut Mia memeluk Astrid dan menatap Arham.

Arham berdecak sebel. Hampir saja ia mencium pipi istrinya selalu saja dicegat oleh anaknya.

"Tidak Mia ibu kamu ini buat ayah saja"kata Arham melepaskan tangan Mia dari pelukan ibunya.

"Tidak yah ibu buat aku saja"Mia semakin mengeratkan pelukannya.

"Mia ayah juga pengen sama ibu kamu"ucap Arham menarik tangan Astrid agar datang kepelukannya.

Namun Mia langsung menarik uniknya lagi dan memeluknya arham pun juga menarik istrinya itu agar bisa memeluknya. Sehingga mereka saling tarik menarik dan Astrid yang jadi korban hanya bisa pasrah sembari menatap layar tv yang masih iklan.

Sudah cukup. Astrid tak bisa seperti ini terus. Ia akan melakukannya berulang kali.

1...

2...

3...

"Mia Arham cukup!"Astrid pun menyerah. Hingga akhirnya ia mengeluarkan suara bentaknya yang jarang ia keluarkan.

Astrid menatap anak dan suaminya yang sudah menghentikan aksinya.

Mia berdiri dari duduknya begitu juga dengan Arham.

"Mau kemana lagi kalian?"tanya Astrid menatap Arham dan Mia secara bergantian.

"Em itu buk aku mau ke- ke"gantung Mia mencari cari alasan "O iya buk aku mau ke Alfamart buat beli sesuatu. Iya kan yah"Mia memberi kode kepada ayahnya

Mengerti yang dimaksud oleh Mia Arham pun hanya mengangguk ngangguk dan tersenyum kearah istrinya.

"O iya nih nih Mia uangnya"kata Arham mengambil dompet disaku celananya dan mengeluarkan uang sebesar seratus ribu dengan cepat memberikannya ke Mia.

"Iya yah dada bu yah"pamit Mia menyalimi punggung tangan keduanya.

Mia langsung berlari keluar rumahnya dan ingin menghindari amukan ibuknya.

"Aduh mau datang"batin Mia.

Arham yang masih berdiam ditempat dengan menatap Mia semakin jauh langsung berbalik melihat Astrid yang sedang menatapnya tajam.

Arham langsung pergi dari hadapan istirnya dan menuju kamarnya.

"Sayang aku mau ganti baju dulu"alibi Arham.

Seperti itulah Mia dan Arham saat melihat Astrid sudah berteriak. Semuanya akan dihukum keluar rumah besok untuk membersihkan halaman dan kena Omelan.

📍📍📍

Mia sudah berada di Alfamart dan mencari cari cemilan yang disukainya.

Melihat dari jauh didepan cafe sana Mia melihat Arfka tengah berbisik bisik bersama seorang gadis yang seumuran dengannya.

Dengan cepat Mia langsung pergi ke kasir dan membayarnya. Ia menghampiri Arfka menghentak hentakkan kakinya.

Sampe dimeja Arfka Mia langsung memukuli meja yang sedang Arfka duduki bersama gadis tersebut.

Bugh

Suara pukulan meja itu tentu saja membuat Arfka dan gadis tersebut terlonjak kaget dan memandang Mia aneh.

Tak terkecuali Arfka, saat ini ia memandang Mia dengan tatapan tajam.

Mia yang ditatap tajam oleh Arfka dan berusaha agar tidak mencakar cakar gadis yang bersama Arfka ini ia pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

"Kayaknya emang bener deh dia harus masuk kerumah sakit jiwa. Dari pagi kagak jelas mulu"gumam Arfka.

"Siapa ka?"tanya gadis tersebut

"O dia. Itu dia"jawabArfka datar.

Gadis tersebut yang mendengar jawaban Arfka tersenyum menggoda kearah Arfka.

"Apa Lo"kata Arfka jutek.

"Nggak papa. Cuman lucu aja"jawabnya melanjutkan pembicaraan mereka berdua.

Sampe rumah Mia langsung masuk kedalam kamarnya dan menguncinya.

Astrid yang terus memanggilnya digubris Mia hanya menjawab kata males.

Astrid pun menyerah dan membiarkan anaknya itu beristirahat.

TBC