Mia berada didalam kelas sendiri. Semua murid saat ini masih berada di kantin dan ditempat nongkrong mereka masing masing.
Dengan sigap Mia berbaring di kursi tempat Arfka duduk dan Andra. Ya tempat duduk mereka sama sekali tak pernah diubah dari kelas X. Selalu paling depan begitu juga dengan Mia.
Kelas X Mia duduk sama Angel, kelas XI Mia duduk sama Kayla dan sekarang ia duduk sama Liana yang Mia tau sifatnya adalah cewek jutek itulah yang ia suka dari sifat Liana yang persis dengan kembarannya yang tak lain adalah cowok yang ia sukai.
Bedanya Liana itu lebih jutek peduli pada dirinya dari pada Arfka yang lebih moodnya aneh dan jarang peduli pada disekitarnya. Tapi, dalam hati Mia entah mengapa ia merasa Arfka adalah cowok yang sangat peduli pada orang orang yang ia cintai. Tapi, entahlah itu siapa.
Mia membaca novelnya dengan seksama. Ia masih membaringkan tubuhnya di kursi Arfka.
Bosen. Mia pun menghempaskan novelnya dengan kasar.
"Aish males gue"Mia menutup matanya perlahan.
Merasa janggal karena Mia belum juga menutup mata namun pandangannya terlihat gelap hingga akhirnya ia membuka matanya perlahan.
Mia membisu ditempat. Ia tak bisa bergerak sekecil apa pun. Pandangannya menatap bola mata berwarna hitam pekat itu tak bisa ia alihkan kepandangan lain.
Hembusan nafas mereka masih saling beradu satu sama lain. Tatapan mereka yang masih menyatu tak menghentikan dua insan itu untuk memaki dirinya sendiri.
Arfka langsung menarik Mia kasar agar berdiri dari kursinya dan menatap Mia tajam.
"Ngapain lo tatap tatap gue?"tanya Arfka sinis.
"He! Yang ada elo tuh yang tadi tatap tatap gue duluan"nyolot Mia tak mau kalah. Seenaknya ia dimarahin hanya karena Maslaah kecil begini. Awas aja. Nggak akan gue beri ampun.
"Trus ini apa?"tanya Arfka menyodorkan novel yang Mia jatuhkan tadi kewajahnya.
Mia hanya diam membisu. Ia tak bisa menjawab apa apa. Eh tidak. Tapi kenapa dia salah? Tidak tidak ia tak dia boleh nyerah gitu aja. Ia harus berbuat sesuatu.
"Buku gue mang kenapa"tantang Mia.
"Ambil kalau bisa"Arfka menantang Mia balik menaikkan novel Mia keatas.
Mia berusaha menjinjit agar bisa meraih novel yang dipegang oleh Arfka dan melayangkannya diudara.
"Arfka"sentak Mia membuat Arfka terlonjak kaget.
Ia mengumpat dalam hatinya.
"Arfka balikin novel gue"ucap Mia memasangkan ekspresi bibir monyongnya.
"Bodo"
Mia meloncat loncat agar bisa mengambil novelnya. Bersusah payah ia belum juga mendapatkannya. Hingga akhirnya ia memegang tangan Arfka dan tak sengaja mendorongnya
"Arf-" ucapan Mia terhenti saat mereka jatuh bersamaan.
Saat ini Arfka sudah berada dibawahnya. Kepalanya menetap di dada bidang Arfka. Memperhatikannya, Arfka meletakkan tangannya dibawah kepalanya dan melirik Mia.
Mia mendongak melihat Arfka membuatnya jijik. Namun entah mengapa ia masih betah untuk singgah di dada bidang Arfka setelah beberapa tahun lamanya.
"Nggak mau bangun nih"goda Arfka sedikit mendongakkan kepalanya agar bisa melihat Mia dengan jelas.
Mia pun duduk dan menatap Arfka sebal. Ia berdiri hendak mengambil novelnya. Namun tangannya dicekal oleh Arfka yang masih berbaring di lantai dengan posisinya yang sama.
Mia melirik sinis tangan Arfka yang memegang tangannya.
"Lepasin nggak"ucap Mia menatap Arfka tajam
"Kalau gue nggak mau"
"Cepet lepasin Arfka"Mia memberontak namun tangannya malas dicekal Arfka lebih kuat.
"Gue nggak mau. Gimana dong"tanya Arfka menarik lagi Mia kedalam pelukannya.
Mia hanya bisa membeku. Ia tak tau harus berkata apa. Melihat Arfka seperti ini rasanya benar benar aneh.
"Lo betah juga kan"goda Arfka
Mia memalingkan wajahnya kearah lain. Ia duduk lagi dan berdiri.
"Nggak. Yang ada kepala gue bonyok entar sama dada Lo yang kelebihan"ujar Mia pergi mengambil novelnya dan keluar kelas.
Arfka mengembangkan senyum kecilnya dan tetap dalam keadaan seperti itu.
"Mia"teriak seseorang membuat Mia terlonjak kaget dan langsung duduk.
Ia menatap satu persatu Angel, Liana, Kayla, dan Andra. Namun, tatapannya berhenti pada laki laki yang menatapnya dengan tajam dan duduk dikursinya dengan meletakkan satu kakinya ketumpuan kakinya yang satu dan menopang dagunya.
Mia mengerjapkan matanya berkali kali. Menampar pipinya berkali kali dan memukul kepalanya pula berkali kali.
Sahabatnya yang melihatnya hanya menatap heran apa yang diperlakukan oleh Mia.
"Lo gila ya mi"ledek Angel melayang layangkan tangannya kewajah Mia.
"Sembarangan"Mia memukul lengan Angel dengan keras membuat si empunya meringis.
"Gue mimpi nggak sih tadi"lirih Mia yang masih didengar oleh semuanya
"Nggak Lo nyata"ucap Angel, Andra dan Kayla secara bersamaan.
"Pinginnya gitu"jawab Mia dengan tatapan linglungnya.
Sahabatnya yang masih melihatnya aneh dijawab Mia dengan menyampingkan kepalanya dan berpikir keras.
"Kenapa"tanya Mia masih linglung.
Sahabatnya yang melihat itu semakin membuatnya bingung. Tidak tidak yang bingung adalah sahabatnya bukan dirinya.
Astaga.
Dua sahabatnya ini benar benar keturunan dari Mia yang suka mikir sendiri.
"Berdiri Lo"suruh Arfka menatap Mia tajam.
Mia hanya menatap Arfka dengan bingung. Ada apa dengan dirinya. Kenapa hanya mimpi saja dia sudah jadi sepeti ini. Apalagi kalau itu benar benar nyata oh... Tidak tamatlah riwayatnya karena jantungnya yang berdegup dengan kencang.
"Berdiri"teriak Arfka diwajah Mia. Mia belum juga bangkit dari kursi Arfka. Ia malah sengaja berbaring lagi dikursi itu dan membuat Arfka naik darah.
Arfka menarik Mia dengan kasar hingga berdiri dari kursinya dan menduduki Mia ditempat ia duduk tadi.
"Tuh"kata Arfka mendorong dahi Mia pelan hingga berbaring dikursinya.
Arfka pun pergi dari hadapan Mia dan duduk dikursinya.
"Bilang aja kalau seneng bang"
"Matamu"
"Dua"
"Bodo"
"Pintar"
"Tolol"
"Emang cocok buat Lo"
"Serah Lo"
"Terserah"
"Kampret"
"Keramat?"
Arfka menatap Liana dengan tatapan sengit. Bisa bisanya ia membuatnya semakin darah tinggi.
Liana yang menyadari tatapan Arfka pun langsung memalingkan wajahnya dan memaki dengan sengaja ia kembarannya sendiri agar didengar olehnya didengar olehnya.
"Mia"panggil Angel menepuk nepuk pipi Mia pelan.
Mia masih saja berbaring dikursi dan mengekspresikan wajahnya yang aneh.
"Mia gila kali ngel"ucap Kayla mengendap ngendap dibelakang Liana.
"Sembarangan"ketus Mia duduk dari kursinya.
"Lo Kesambet apa sih Mi?"tanya Liana.
"Hehe"mewek Mia sok dramatis"gue tuh ternyata tadi cuman mimipi ha... Sedihnya"lanjut Mia dan mengeraskan menekannya dan mendapat jitakan dari Arfka.
"Berisik Lo"ketus Arfka duduk lagi ditempatnya.
"Ah.. semua nih gara gara Lo sih Arfka"tanpa sebab Mia menuduh Arfka ada menatapnya tajam. Arfka hanya diam tak ingin menggubris perkataan Mia.
TBC