Chapter 6 - (cold) 4`

—Aku terlalu takut 'tuk jatuh hati padamu (lagi).

Hari ini adalah hari sabtu. Dimana nanti pada malam hari nya, ia akan date bersama Arka. Sesuatu yang sangatlah buruk, pikirnya.

Giovanna harap, bahwa waktu berjalan lambat, dan saat malam hari berjalan begitu cepat agar ia tidak dapat merasakan semuanya.

Saat dirinya sedang berjalan di koridor sehabis dari perpustakaan IPA, tiba tiba saja ada seseorang yang menepuk pundaknya. Giovanna pun langsung menoleh ke belakang. "Disuruh ke Ruang Kepsek." Ucap Ravino dengan suara yang terdengar aneh, namun tetap menunjukkan senyumnya.

Giovanna mengangguk pelan dan berjalan menuju ruang kepala sekolah. Namun, Ravino juga mengikuti nya. "Di panggil kepsek, mau ngapain?" Tanya nya sambil memerhatikan Giovanna dari samping.

Giovanna tetap menatap lurus ke depan, dan menjawab dengan bahu yang mengangkat sedikit.

Ravino mengangguk paham, "Mau nemenin gue ke toko buku gak abis balik sekolah? Gue mau beli komik." Ucap Ravino mengharapkan jawaban 'ya' dari Giovanna.

Giovanna tampak berpikir sejenak, "Komik hentai?" Tanya nya dengan nada mengejek dan tertawa kecil karena melihat ekspresi terkejut dari Ravino.

Ravino menggeleng dengan kuat, "Enggak lah!" Ucap nya yang terdengar menggantung.

"Enggak salah lagi." Ucap Ravino seraya terkekeh pelan dan melanjutkan kalimatnya, "Enggak kok beneran enggak."

Giovanna tersenyum tipis, "Canda doang." Ucap nya yang kemudian rambut nya di acak acak oleh Ravino.

"Jadi enggak ni?" Tanya Ravino mengangkat sebelah alisnya.

Giovanna mengangguk pelan dan pamit untuk masuk ke dalam ruang kepala sekolah, "Duluan kak." Ucap nya yang langsung mengetuk pintu.

Setelah di perbolehkan masuk, Giovanna langsung masuk dan duduk karena di suruh. "Kenapa Papa kamu tidak memperbolehkan kamu mengikuti lomba? Padahal saat kakak kamu, ia sangat mempersilahkannya." Ucap Pak Alfa kepada Giovanna yang sudah tertunduk.

Giovanna menghela napas berat dan menatap kepala sekolahnya, "Saya sudah berusaha menjelaskan kepada Bapak, tapi Bapak tidak ingin dengar waktu itu. Saya ingin menjelaskan bahwa, saya dan kakak saya berbeda di hadapan Papa saya. Saya tidak pernah sama sekali di perhatikan ataupun di dukung saat saya mengikuti lomba. Saat saya kelas VIII waktu itu, saya sering mengikuti lomba sains dari sekolah, sampai perlombaan terakhir saya tidak dapat dukungan maupun ucapan selamat atau apa dari Papa saya. Dan saat saya mulai memasuki SMA," Ucap Giovanna yang membuang napas dengan gusar.

"Dia berkata bahwa saya tidak boleh ikut lomba apapun lagi. Kemarin, setelah Bapak menghubungi Papa saya, ia langsung mengecam kepada saya, jika saya tetap ikut maka saya akan di pindahkan sekolah nya oleh Papa saya. Saya ingin sekali mengikuti olimpiade, tapi bagaimana jika saya beneran harus pindah sekolah? Saya tidak ingin itu terjadi, karena saya sudah terlanjur nyaman dengan suasana sekolah ini." Ucap Giovanna dengan jelas.

Pak Alfa melihat nya dengan pandangan kasian, "Saya turut prihatin dengan Papa kamu. Pulang sekolah, saya akan berusaha mengunjungi langsung ke rumah kamu agar Papa kamu tahu seberapa penting lomba ini untuk sekolah." Ucap nya.

Giovanna mengangguk perlahan, "Tapi Pak, jika Papa saya benar benar tidak mengizinkan saya, tolong jangan terlalu memaksa. Bapak masih bisa mencari orang lain yang lebih baik di banding saya. Kalau begitu saya permisi." Ucap Giovanna yang bangkit lalu keluar ruang kepala sekolah.

Arka mengendap endap seperti sedang bersembunyi agar tidak dilihat oleh Giovanna, padahal ia sudah tahu akan keberadaan Arka. Tiba tiba seseorang menepuk pundaknya, Giovanna tidak menoleh lantaran itu pasti Arka.

"Kenapa Gi?" Tanya Ravino yang membuat Giovanna sedikit mengernyit bingung.

Giovanna mengangkat bahu nya santai, "Gak kenapa kenapa." Ucap nya.

Kok gue kayak di tikung gini ya?

Ucap Arka dalam hati nya. Tak lama kemudian, Arka menghampiri mereka berdua, "Hai sayang, kita jadi date nya kan?." Ucap nya seraya menatap tajam ke arah Ravino.

"Apa beb? Kamu kok kesini? Nanti aku nyusul, sono pergi hus-hus!" Ucap Ravino yang tidak ingin kalah dari Arka, ia menggerak gerakan tangannya seakan mengusir Arka seperti mengusir ayam.

Arka bergidik ngeri, "Maho najis." Ucap nya seraya dengan pandangan jijik.

Giovanna memandang mereka bergantian dengan pandangan yang sulit di artikan, "Jam berapa?" Tanya Giovanna menoleh sebentar kepada Arka.

Arka tersenyum manis seperti biasanya, "Mau nya jam berapa? Dari pulang sekolah aja sampe jam 7? Nanti gue yang izin ke Papa lu." Ucap Arka dengan alis yang terangkat dua dua nya.

Saat Giovanna hendak menjawab, sudah terpotong duluan oleh Ravino. "Yee, gak bisa abis pulang sekolah dia mau nemenin gue ke toko buku." Ucap Ravino menyanggah ucapan Arka dengan sarkastis.

Arka dengan pandangan terkejut, "Hah? Gi, lo mau pergi ke toko buku sama dia?" Tanya nya dengan air muka yang keruh.

Giovanna tidak menjawab dengan suara, namun hanya mengangguk pelan.

Saat melihat Giovanna mengangguk, Ravino menjulurkan lidah nya kepada Arka yang sudah kesal.

Arka tidak terima dengan kenyataan ini, "Ikut." Ucap nya yang tegas dan seakan tidak ingin di bantah.

Ravino menyanggah, "Gak boleh, seenak jidat lo ikut ikut." Ucap Ravino yang juga sama sma tegas.

Giovanna telah sampai di depan kelasnya dan langsung buru buru masuk agar mereka tidak menyadari nya.

Dan akhirnya, mereka sadar saat Giovanna telah benar benar duduk di kursi nya, dan menyalahkan satu sama lain akibat lengah.

+×÷

Tak kerasa, sekarang sudah waktunya pulang karena bel sekolah sudah berbunyi dengan sangat nyaring.

Ravino langsung bergegas memasukkan buku tulis dan satu buku paket yang berserakan di meja nya.

Ravino langsung menuju ke koridor kelas X dan menuju kelas X-2, yaitu kelas milik Giovanna.

Terlihat bahwa Giovanna masih memasukkan beberapa buku nya ke dalam tas nya. Ravino menunggu nya di depan pintu sampai Giovanna keluar kelas.

Saat mereka berdua telah berjalan bersama menuju ke parkiran. Saat sudah sampai di parkiran dan menyalakan motor, Arka juga menyalakan motornya dengan pandangan tidak suka dan melaju dengan cepat.

Ravino tersenyum miring, "Ada benih-benih cemburu nih." Ucap nya sambil tertawa.

Giovanna hanya diam menunggu Ravino untuk menyuruhnya menaiki motor sport nya yang berwarna hitam pekat, dan tidak ada warna lain selain hitam di sana.

Sesaat setelah Giovanna menaiki motor milik Ravino, tiba tiba Ravino bertanya "Emang kalian ada hubungan apa?" Tanya nya sebelum benar benar melesat keluar sekolah.

Giovana mengangkat bahu tidak yakin, "Gak ada." Ucap nya yang membuat Ravino mengangguk paham.

Keduanya sama sama diam sampai di depan toko buku dekat persimpangan jalan. "Ayo." Ucap Ravino setelah membuka helm nya dan menarik tangan Giovanna untuk masuk bersama.

Anehnya, saat bersama Ravino, Giovanna tidak pernah menolak ataupun menepis. Beda dengan Arka, mungkin terjangkit masa lalu.

Giovanna salah satu penggemar buku buku fiksi, entah kenapa ia lebih suka berkhayal seperti kembali ke masa lalu, dibandingkan harus membaca buku romance atau gak teen gitu.

Saat Ravino sedang berada di rak khusus bagian komik, Giovanna pergi melancong ke rak khusus bagian novel novel fiksi berada.

Disana terdapat novel yang sudah ia incar semenjak kelas 9 kemarin. Namun ia tidak membawa uang lebih, karena uang nya sudah ia belikan 2 buku paket pelajaran Sains dan Inggris.

Giovanna merogoh tas nya berharap ada uang jajan yang terselip atau apa, ternyata tas nya juga kosong hanya ada uang seribu koin. "Miskin amat dah gue." Gumam nya dengan kesal sendiri.

Kemudian ia menuju Ravino yang sedang memilih milih komik entah tentang apa. "Mending yang mana?" Tanya Ravino sembari menunjukkan dua komik. Yang satu berjudul 'Death Note' dan satu nya lagi dengan judul bahasa jepang.

Terlihat jelas bahwa 'Death Note' pastinya tentang kematian. Sedangkan novel yang satu nya terlihat kisah percintaan.

Giovanna memilih untuk 'Death Note', karena ia tidak begitu suka kisah cinta menye menye.

Kemudian Ravino membayar nya dan Giovanna langsung keluar toko buku menunggu Ravino di sebuah kursi yang di sediakan.

Setelah Ravino keluar, Giovanna langsung bangkit menuju parkiran bersama Ravino. "Mau makan dulu gak?" Tanya Ravino dengan alis sebelah terangkat dan sembari memakai helm.

Giovanna menggeleng pelan, dan di beri anggukan oleh Ravino.

Ravino pun langsung mengantarkan Giovanna ke rumah nya, karena ia sudah mengetahui rumah Giovanna yang satu rumah dengan Diego.

"Di rumah sama siapa?" Tanya Ravino setelah sampai.

Giovanna turun dari motor milik Ravino, "Sendiri." Ucap nya yang menunggu tanggapan lain dari Ravino.

Ravino membulatkan mulutnya sehinga berbentuk huruf 'o' kecil, "Bosen amat, mending main ke rumah gue. Paling nyampe rumah gue nanti bikin kue sama Mama." Ucap Ravino sambil tersenyum.

Kangen Mama.

Giovanna mengucapkannya dalam hati, "Mending anterin gue ke suatu tempat." Ucap nya yang membuat Ravino sedikit mengernyit bingung. 

"Kemana?" Tanya nya dengan alis yang bertaut.

Giovanna tersenyum tipis, "Jalan dulu aja, nanti gue kasih tau alamatnya." Ucap Giovanna yang sekarang sudah menaiki motor milik Ravino.

Ravino mengangguk dan langsung melajukan motornya sesuai instruksi dari Giovanna.

Setelah 15 menit menelusuri jalan, mereka sampai di tempat pemakaman. "Et dah Gi, mau ngapain ke tempat makam? Serem iih." Ucap Ravino seperti anak kecil.

Giovanna tersenyum sendu, "Maaf ya harus ngelibatin Kakak, tapi gue lagi kangen sama seseorang." Ucap nya yang langsung berjalan dan di ekor oleh Ravino yang langsung diam.

Setelah sampai tempat yang di tuju, Giovanna langsung berjongkok di hadapan makam dengan tulisan 'Sarah Ēquirrel'.

"Mama apa kabar? Baik baik aja kan? Mama tau? Giovanna kangen Mama, pengen curhat banyakkk banget ke Mama. Giovanna suka iri sama Shakira yang suka ceritain kalo dia pas curhat ke Ibunya." Ucap Giovanna terpotong oleh isak tangisnya yang sudah tidak dapat di tahan.

Giovanna menarik napas panjang, "Giovanna kangen di bangun in sama Mama, bukan sama notif atau alarm. Giovanna pengen masakan Mama, bukan makanan cepat saji. Giovanna pengen perlakuan Mama, bukan perlakuan Papa. Giovanna...pengen Mama kembali, tapi Giovanna tahu itu mustahil. Maafin Giovanna selama ini Ma, yang nggak bisa jaga Mama dengan baik sampe semuanya terjadi. Mungkin, perkataan maaf gak cukup untuk semuanya. Tapi, Giovanna mau ngasih ini untuk Mama." Ucap nya seraya mengambil kalung dengan liontin berbentuk abstrak.

"Ini kalung yang mama kasih saat Giovanna kecil ngerengek pengen makan es krim, tapi karena Giovanna batuk Mama ngasih Giovanna ini agar Giovanna engga nangis. Maaf," Ucap Giovanna yag menghapus air mata nya dan langsung berdiri.

Ravino yang sedari tadi sudah berada di sana, memerhatikan Giovanna dengan sendu.

Giovanna tersadar bahwa sedari tadi ia sedang bersama seseorang, bukan sendiri seperti biasanya. "Eh?" Ucap Giovanna canggung.

Ravino tersenyum dengan pandangan sendu, "Gausah nangis, Mama lo pasti gak suka liat anaknya cengeng. Mama lu lebih suka lo yang tegar." Ucapnya seraya mengacak acak rambut Giovanna.

+×÷

Arka sudah bersiap siap untuk date nya bersama Giovanna dengan memakai celana jeans hitam panjang dengan baju lengan pendek berwarna gradasi biru tua-biru muda dan di balut dengan jaket bomber berwarna navy.

Ia sudah siap untuk menuju rumah Giovanna. Lalu ia langsung pergi menuju rumah Giovanna dengan mengendarai motor biru miliknya.

Setelah 15 menit menembus angin malam, Arka akhirnya sampai di rumah Giovanna dan langsung turun dari motornya untuk menjemput Giovanna.

Setelah memencet bel 2 kali, yang keluar bukan lah Giovanna, tapi lagi lagi Ayahnya dengan tampang datarnya. "Mau apa lagi?" Tanya Sergio dengan nada dingin sedingin angin malam yang sangat menukik.

"Eh, Om. Ini Om, mau ngajak Giovanna keluar sebentar boleh ya Om, nanti saya bawain oleh-oleh ayam bakarnya Bang Robi." Ucap Arka dengan cengengesan.

Sergio menatap Arka dengan tajam, "Gak boleh. Lagian Giovanna tidak memberitahu saya terlebih dahulu." Ucap nya dengan tegas.

Arka dengan pandangan sedikit kecewa, "Yah Om kayak gitu ke saya, saya kan baik hati dan tidak sombong, rajin menabung juga Om. Giovanna mau bilang ke Om juga, Om nya ganas gini dah." Ucap Arka dengan wajah tanpa dosa layaknya bayi baru lahir.

Entah kenapa Sergio mudah lelah jika harus menghadapi anak satu macam Arka. Lalu ia melirik jam tangan yang bertengger di tangan kirinya menunjukkan pukul 6.30 PM.

"Yaudah, jam 8 balik harus udah shalat, dan jangan lupa ayam bakarnya." Ucap Sergio yang terdengar lucu namun tidak jadi lucu karena ekspresi dan nada bicara nya.

Arka duduk di ruang tamu sembari memainkan ponselnya, sedangkan Sergio menuju kamar Diego untuk memanggil Giovanna agar cepat turun ke bawah.

Setelah di panggil oleh Diego, Giovanna turun dengan jeans berwarna navy, baju lengan pendek berwarna abu abu dan di balut dengan kemeja flanel berwarna navy.

Saat melihat Giovanna sudah siap, Arka pun berpamitan kepada dua lelaki tersebut. "Bang duluan ya. Om, saya pinjem anak nya sebentar, Assalamu'alaikum." Ucap Arka yang dibalas salam oleh kedua lelaki tersebut.

Setelah sampai di luar, Arka langsung menaiki motornya dan menyalakan mesinnya. "Lo cantik Gi, kurangin deh dinginnya. Nanti gue beku kan bahaya." Ucap nya seraya mengambil ponselnya dan memotret Giovanna yang terlihat dari samping.

Giovanna langsung melirik Arka dengan tatapan tajam seolah menusuk Arka lewat tatapan tersebut.

Arka hanya nyengir kuda, "Lagi dong Gi, boomerang aja tapi ini mah." Ucap nya yang sudah siap membuat boomerang.

Giovanna memandang Arka dengan malas, "Cepetan si." Ucap nya dengan nada dingin byang bercampur dengan dinginnya malam.

"Boomerang dulu ni ya, 1...2...," Ucap Arka menggantung.

Agar mempercepat, Giovanna berdiri menghadap kamera dengan datar, dan kemudian tersenyum tipis lalu menutupkan muka nya dengan kedua telapak tangannya.

Arka tersenyum bahagia, "Bagus sih, tapi muka nya kok di tutupin? Udah bener cantik senyum gitu." Ucap nya sambil mengisyaratkan agar Giovanna cepat naik.

Giovanna memutar bola mata nya malas, "Berisik." Ucap nya dengan tajam.

Arka malah tertawa renyah, "Ah cie yang gak sabar buat jalan bareng gue." Ucap nya dengan nada mengejek.

Giovanna hanya diam tidak merespon ucapan Arka, lantaran malas menanggapi.

Selama 20 menit berada di jalan yang cukup ramai, akhirnya Arka memberhentikan motornya tepat di sebuah kafe minuman. "Beli minum dulu ya, baru ke tempat tujuan." Ucap Arka yang langsung mengajak Giovanna untuk masuk.

"Mau apa?" Tanya Arka menoleh ke arah Giovanna yang sedang membacabaca menu yang ada.

Giovanna berfikir sejenak, "Red velvet aja." Ucap nya yang di beri anggukan oleh Arka.

Arka langsung memesan red velvet, dan hazelnut miliknya. Setelah menunggu, akhirnya pesanan jadi dan langsung Arka bayar.

"Eh tapi-" Ucapan Giovanna terpotong oleh Arka. "Gue aja yang bayar, walaupun ini pastinya bukan lo anggap date, tapi sama aja gue yang ngajak lo." Ucap Arka dengan senyum manis dan mengacak acak rambut Giovanna.

Setelah keluar kafe, Arka menaiki motornya lagi. "Mau kemana?" Tanya Giovanna dengan wajah datar seperti biasanya.

"Raja ampat." Ucap Arka sembari tertawa nyaring akibat lelucon receh yang ia ucapkan sendiri.

Giovanna hanya berdecak pelan tidak menanggapi Arka, karena jika di tanggapi maka ia akan semakin menjadi jadi.

Arka memegang perutnya sakit, "Ke pasar malem aja, udah lama juga gak kesana." Ucap nya sembari memberi minumannya kepada Giovanna.

Giovanna mengangguk paham, dan langsung menaiki motor Arka.

Karena pasar malam yang berada tidak jauh dari kedai minuman tadi, mereka hanya menghabiskan waktu 2-3 menit untuk menuju pasar malam tersebut.

Setelah kedua nya turun dan memasuki pasar malam, langsung di sambut dengan meriahnya suasana yang di isi dengan anak kecil yang tertawa dan bercanda bersama orang tua mereka. Sungguh harmonis.

"Naek bianglala aja ya, gak takut ketinggian kan?" Ucap Arka sembari menunjuk ke arah bianglala yang besar dan tinggi.

Giovanna mengangguk mengiyakan. Arka membeli tiket untuk kedua nya dan menyuruh Giovanna untuk duduk di sebuah kursi panjang yang disediakan di sana. "Bentar lagi kita naek." Ucap Arka sembari memerhatikan keadaan sekitar.

"Berdua?" Tanya Giovanna dengan menoleh ke arah Arka.

Arka mengangguk, "Yaiyalah, masa mau bawa se-kampung?" Tanya nya dengan lagi lagi tertawa akibat lelucon recehnya.

Entah mengapa, Giovanna merasakan bahwa hidungnya memerah seketika. Apa ini yang dinamakan? Dina makan apa?

"Oh! Udah tu!" Ucap Arka yang langsung mengambil tangan Giovanna, dan menyelipkan jari jari nya diantara rongga jari milik Giovanna.

Setelah naik dan berputar, Arka lebih banyak diam dibanding dengan tadi yang banyak tertawa. Itu terasa aneh, ingin Giovanna bertanya, namun ego nya terlalu tinggi.

Sampai akhirnya ia bersuara lagi, "Maaf ya Gi, tapi jujur gue gak suka liat lo berdua sama kakak kelas itu." Ucap Arka seraya memalingkan wajahnya ke pemandangan di bawah sana.

"Gue...emang gak berhak buat cemburu karena bukan siapa-siapa lo, tapi mungkin lo ngerti apa yang gue rasain sekarang itu perih." Ucap nya yang langsung melihat ke dalam mata kopi milik Giovanna.

'Itulah yang gue rasain 3 tahun lalu.'

Ucap Giovanna dalam hatinya. Ia hanya terdiam tidak menanggapi apa yang Arka ucapkan. "Gi! Liat!" Ucap Arka yang kemudian di iringi oleh tawa nya yang keras.

Giovanna menoleh dan ikut tertawa kecil.

+×÷