Chapter 2 - (cold) 0`

—Mengapa pertemuan antara aku dan kamu terulang kembali?

Giovanna habis dari kantin bersama Shakira, ia menyuruh Shakira untuk lebih dulu pergi ke kelas karena sedari tadi ia menahan pipis yang tak kunjung di keluarkan karena ia masih makan di kantin.

Setelah pergi dari toilet dan hendak pergi ke kelas nya, tiba tiba saja Giovanna berpapasan dengan guru penjaga perpustakaan nya yang sedang terburu buru sambil membawa 4 kamus IPA yang begitu tebal. "Eh dek, tolong kamu bawain buku ini ya ke perpustakaan IPA, ibu nya ada panggilan alam dulu sebentar, tolong ya. Makasih lo, nanti ibu traktir deh." Ucap guru tersebut yang dikenal dengan nama Bu Melati.

Giovanna hanya terdiam sambil memandangi 4 buah buku yang sudah berada di kedua lengannya, itu terasa sangatlah berat. Ketambah, ia yang memiliki tubuh 'kurang tinggi' membuat dirinya hampir tidak terlihat.

Giovanna hanya bisa pasrah saja saat harus membawa nya ke gedung perpustakaan IPA.

Pada mula nya, perjalanannya baik baik saja. Namun saat ia belok ke kanan, ia merasa bahwa ia sudah menabrak seseorang. Kening nya sakit karena terbentur salah satu buku, sebelum buku itu benar benar jatuh ke lantai semua.

"Eh, lu gak papa?" Tanya seseorang yang di tabrak oleh Giovanna. Terdengar nada khawatir dan...sedikit familiar untuk suaranya.

Giovanna menggelengkan kepala nya dan se-segera mungkin ia membereskan bukunya yang sudah berantakan di lantai, "Maaf," Ucapnya singkat dan segera berjalan menuju perpustakaan.

Saat sudah sampai di perpustakaan dengan selamat, Giovanna menghela nafas lega.

Giovanna segera balik ke kelasnya karena pasti 10 menit lagi guru yang mengajar nya akan memasuki ruang kelasnya.

"Tunggu!" Ucap seseorang dari arah belakang. Suara nya sama seperti milik suara orang yang tadi ia tabrak.

Giovanna terdiam menunggu lanjutan kalimat lelaki tersebut. "Lu...Giovanna kan?" Tanya nya yang sudah tepat berada di belakangnya. Giovanna berbalik untuk memastikan orang yang ia asumsikan, dan ternyata feelingnya benar tentang pemilik suara tadi.

Giovanna hanya memandangnya dalam diam, tidak berucap ataupun berniat mengucapkan sepatah kata pun, pandangannya datar, mata besar nya seakan akan menusuk ke dalam mata coklat milik lelaki tersebut.

Lelaki tersebut juga melakukan hal yang sama diam, memandang mata Giovanna dengan pandangan yang sulit diartikan. Sampai akhirnya ia membuka obrolan kembali, "Pulang sekolah, bareng gue ya?" Tanya nya dengan alis yang terangkat dua duanya.

Giovanna rasa dada nya mulai bergemuruh, sesak, perutnya seperti ada ribuan kupu kupu yang hendak keluar, ia juga merasa seperti di tusuk berkali kali. Rasa yang tak dapat diartikan.

Giovanna memandang lelaki tersebut dengan cukup lama, dan akhirnya ia menggeleng pelan lalu berbalik dan berjalan dengan cepat menuju kelasnya.

Giovanna merasa lega saat lelaki itu tidak mengejarnya sampai ke dalam kelas, karena pasti beberapa menit lagi sudah masuk jam pelajaran.

Shakira yang melihat Giovanna dengan nafas tidak teratur dan sedikit terengah engah pun bertanya, "Lu napa Gi? Elah kayak abis di kejar malaikat maut aja." Ucap Shakira dengah tertawa kecil sok manis.

Giovanna tidak memperdulikan pertanyaan Shakira, dan segera meminum air mineral Shakira yang terlihat menggiurkan di atas meja nya. Shakira yang sudah mengetahui sifat Giovanna yang suka tidak langsung menjawab pertanyaan, ia pun mendesah lelah. "Gi, kata Ibu gue kalo ada yang nanya tuh jawab, gak sopan lo ya. Gue nanya kagak di jawab, air gue lo abisin setengah. Parah temen kayak lo, temen kampret." Ucap Shakira dengan mengelus dada nya, sabar.

Giovanna sedikit tersenyum, dan menuliskan sesuatu di kertas tidak terpakai di laci meja nya.

'Gue abis dari perpus, di suruh bawa buku.'

Giovanna memberikan nya kepada Shakira yang sudah hafal dengan perilaku temannya yang jarang berbicara, sangat jarang memasang ekspresi, cerita juga jarang, tapi dia bisa menjadi cerewet hanya kepada seseorang yang ia kenal seluk beluknya.

Saat Shakira hendak berbicara, guru nya masuk dan langsung membuka pelajaran.

Seharusnya 3 jam pelajaran penuh diisi oleh pelajaran kimia, namun karena para guru mengadakan rapat, 3 jam pelajaran tersebut hanya terpakai 1 jam untuk sedikit menjelaskan materi dan memberi tugas.

Saat gurunya sudah beranjak pergi menuju ruang rapat, yang sepertinya diadakan untuk memberikan tes kepada semua murid untuk memilih jurusan nya masing masing. Terlihat hampir semua murid di kelas X, menjadi freeclass.

Sebuah keberuntungan menurut Shakira, karena ia bisa tidur sepuasnya tanpa harus di tegur oleh guru. "Gi, mau masuk jurusan IPA, IPS, atau bahasa?" Tanya Shakira yang sudah menaruh wajahnya di meja dan di arahkan untuk miring ke arah posisi Giovanna duduk.

Giovanna yang sedang memandang lurus ke depan, langsung menoleh ke teman sebangkunya, "IPA." Ucapnya singkat sambil melihat Shakira dengan wajah datar.

Shakira memalingkan wajahnya, "Yaudah deh samain aja." Ucapnya dengan suara berat khas orang yang beberapa detik lagi pasti akan tertidur.

Benar saja, kebiasaan buruk Shakira tidak pernah hilang sejak SMP, ia malah beranggapan bahwa: 'Kan sekolah kayak dan dianggap sebagai rumah sendiri, gunakan waktu untuk makan dan tidur secukupnya.' Ia pernah sekali berbicara seperti itu saat SMP, dimana saat sudah beberapa guru yang menegurnya karena tertidur saat pelajaran sedang berlangsung, namun ia tidak menyanggah ataupun membantah. Tapi saat Giovanna tegur, ia malah menjadi seperti para motivator yang masih amatir.

Giovanna terdiam sejenak, tanpa pikir panjang ia langsung mengerjakan tugas mengisi bab yang sedang dibahas.

Tanpa memakan waktu yang lama, Giovanna selesai mengerjakan 20 soal pilihan ganda dan 5 soal essay yang ada di buku paket nya.

Sekarang, Giovanna bimbang harus apa. Antara tidur, baca novel, baca buku pelajaran, mendengarkan musik, atau kegiatan lain.

Ia memilih pilihan ke-4 dan pilihan ke-1, ia memutuskan untuk menggunakan earphone nya dan ikut tertidur dengan Shakira.

+×÷

Arka datang ke dalam kelasnya dengan wajah lesu yang sangat beda dengan kepribadiannya yang riang dan jahil nya yang tingkat dewa.

Sontak, ke-4 temannya merasa aneh dan ada yang tidak beres dengan nya hari ini. "Nape tuh muka? Lecek amat kayak sempak duyung." Celetuk Jay yang memasang ekspresi tanpa dosa nya.

Arka masih terdiam, dan langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja nya.

"Jangan begitu Jay, abang Arka sedang mangadu nasib." Ucap Nazo yang membuat mereka semua terdiam dan langsung tertawa entah mengapa. Receh memang.

"Anyway, emang sempak duyung kek gimana Jay?" Tanya spontan yang keluar dari mulut Aldyan.

Alian menggelengkan kepala nya tidak habis pikir atas teman temannya yang sangat sangat sengkleh otaknya. "Gue rasa duyung kagak pake sempak deh," Ucapnya membenarkan celetukan Jay. "Mana bisa make sempak, orang ekor ikan gitu. Kok lu semua bego?" Ucap Alian dengan pandangan tak habis pikir.

"Gak semua, gue gak bego. Gue normal, dengan otak yang juga gak sengkleh." Celetuk Arka yang masih menelungkupkan wajahnya.

Nazo malah tertawa singkat dengan pandangan meremehkan, "Udah bisa ngomong si abang?" Tanya nya.

Arka berdecak frustasi, dan mengacak acak rambutnya, "Gue sama Jay, masih lebih tua Jay. Jadi gue gak sudi jadi abang sengkleh lu." Ucap Arka yang terdengar sangat frustasi.

Nazo hanya tertawa renyah, tidak memperdulikan teman nya yang sedang frustasi. "Lu kenapa sih Ka? Kok kayak yang lagi patah hati aja." Ucap Alian menegur Arka.

Arka menaikkan kepala nya dan membenarkan posisi duduknya, "Ng...kalian tau 'kan Giovanna kelas X-2?" Tanya Arka terlebih dahulu.

Ke-4 temannya itu menganggukan kepala, "Nah, kalian juga pasti tau pas SMP dulu dia suka sama gue hampir 3 taun?" Tanya Arka lagi.

"Setau gue, dia emang suka sama lu, tapi sampe 3 taunnya gue gak tau." Ucap Alian dengan alis berkerut.

Aldyan memandang intens ke dalam mata coklat milik Arka, "Iya juga, soalnya setelah waktu itu pas yang kelas 7 semester 2, entah dianya yang nge-jauh atau nggak dia nya yang mulai move on dari lu." Tambah Aldyan.

"Gue juga gak tau pasti si, tapi dari informasi yang gue denger, Giovanna itu bukannya move on dari Arka, tapi dia berusaha buat nutupin rasa suka nya." Ucap Nazo dengan ekspresi yang se-serius kentang.

Jay berdecak tidak mengerti, "Lu galau, frustasi, gak jelas hari ini cuma karena cewek doang?" Tanya nya yang tak habis pikir.

Arka memutar bola matanya malas, "Nggak gitu juga, tapi gue udah ngejar dia semenjak masuk SMA, dan kalian tau? Dia baru pertama kali ngomong ke gue pas tadi, dan itu singkat banget. Gue merasa gagal jadi cowok." Ucap Arka yang seolah olah menjadi orang yang paling tersakiti.

"Ya elah Ka, lu tuh keliatan mau main main doang sama Giovanna. Asal lu tau ya, cewek itu gak suka sama cowok yang hobi nya ngejar di awal doang, cewek juga gak suka sama cowok yang penasaran sama dia nya. Nah lu disini seakan akan cuma penasaran sama Giovanna aja, gak ada yang lebih." Ucap Aldyan menurut sudut pandangnya.

Nazo menyentil dahi Arka, "Otak mana otak? SMP, lu kemana aja? Dulu dia bener bener suka sama lu, dan apa yang lu lakuin? Lu malah mencoba manas-manasin dia dengan gonta-ganti cewek yang sana sini, biar dia gak suka 'kan sama lu? Tapi apa yang dia lakuin? Dia tetep suka sama lu, dia gak berhenti berjuang demi lu. Tapi lu udah nyia-nyian semua nya Ka, mungkin sekarang dia sadar kalo dia pernah bodoh hanya karena cowok gak punya hati layak lu, gue rasa dia udah punya yang lain yang lebih baik dari lu sekarang." Ucap Nazo mengingatkan Arka pada kejadian jaman purba nya.

Alian ikut berbicara, "Itulah mengapa kita harus menghargai setiap hati yang datang, kita juga harus menghargai semua perjuangan mereka," Ucap Alian yang masih tergantung seperti kamu yang menggantung aku:". "Walaupun gak suka, kita bisa membicarakan nya dengan baik, bukannya malah pake tindakan bocah lu yang dulu." Sambung Alian dengan pandangan malas terhadap Arka.

Arka menghela nafasnya, tambah frustasi. "Gini aja, lu mau nya kayak gimana ke Giovanna? Dulu dia gak memperdulikan harga dirinya buat ngejar lu, dan lu nya baru sadar sekarang?" Tanya Jay dengan pandangan datarnya.

Arka menatap satu persatu teman temannya, "Tolongin gue buat deket sama dia." Ucap nya singkat.

Aldyan memandang Arka dengan kesal dan berdecak, "Lu tolol ya? Giovanna tuh udah lu kecewain dengan sikap lu. Dan sekarang lu mau deket sama dia? Emang kata lu gampang apa numbuhin rasa percaya untuk orang yang udah kecewa?" Tanya Aldyan dengan nada suara yang tinggi.

Arka mengernyit dengan air muka yang sedikt keruh, "Kenapa seakan akan lu tau semua tentang Giovanna?" Tanya Arka yang tida mengerti.

Aldyan menatapnya dengan datar, "Dari kelas 4 SD, gue sama Giovanna udah jadi temen les sampe kelas 9 kemaren." Jelas nya.

Arka dan yang lainnya mengangguk paham, "Gini aja, lu beneran mau deket lagi sama Giovanna?" Tanya Nazo dengan mengangkat alisnya.

Arka mengangguk antusias, "Iya gue beneran mau deket sama dia." Ucap nya dengan tegas.

"Silahkan aja, kita juga bakal bantu proses pdkt nya lu sama dia. Tapi inget, kalo lu nyakitin dia, kita gak segan segan buat nge-hajar lu abis abisan." Ucap Alian menatap lurus ke dalam mata coklat milik Arka.

Arka menautkan alisnya tanda tidak mengerti, "Lah kok serasa gue bakal ada niatan buat pergi se-jauh jauhnya?" Tanya nya.

Jay menyisir rambutnya memakai jarinya dengan arah ke belakang, "Kita udah tau seluk beluk buluk nya lu, makanya kita cuma jaga jaga aja kalo tiba tiba aja lu mempermainkan Giovanna yang semisalnya udah tulus sama lu." Jelas Jay.

Arka malah tertawa renyah, "Gue kayak apaan aja dah diginiin sama kalian."

Aldyan mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap wajah Arka dengan serius, "Bukannya lu lagi deket sama Axel anak SMA tetangga yang juga gebetan nya si Satria? Dan kalian juga sering berantem karena mempermasalahkan Axel kan?" Tanya Aldyan to the point.

Nazo memandang Arka dan Aldyan secara bergantian, "Nah kan baru mau ngomong, udah di tikung duluan sama lu." Ucapnya sambil memandang Aldyan dengan cengengesan.

Alian juga menambahkan, "Nah iya juga tuh kan? Bukannya lu lagi ngejar si Axel?" Tanya nya di perjelas.

Arka menarik nafas perlahan dan membuangnya, "Yah sebenernya iya, tapi gue udah mulai gak terlalu peduli sama dia. Gue juga udah sadar kalo yang sebenarnya jadi titik temu gue tuh bukan Axel." Ucap nya seolah olah menjadi Arka Teguh sementara.

Jay memainkan rambutnya, "Lu yakin gak akan ninggalin Giovanna hanya karena rasa penasaran lu udah terjawab semua?" Tanya Jay dengan pandangan mengintimidasi.

Arka mengangguk, "Insya Allah sah." Ucapnya melantur.

Nazo menyentulkan kepala Arka, "Itumah film, goblok." Ucapnya yang gemas sendiri.

"Lu juga nonton Naz?" Tanya Alian dengan alis yang diangkat sebelah.

Nazo malah berdecak, "Jangan panggil gue Naz, rasanya nama gue kayak Nazwa, atau gak Nazla, atau Nazma. Kan nama nya ke-cewek cewek-an banget." Ucapnya yang malah mempermasalahkan panggilan.

"Trus mau nya apa?" Tanya Arka dengan pandangan malas.

Nazo sedikit berpikir, "Kayak nya kalo Zayn bagus deh, atau nggak Ji chang wook, atau si kembar Ethan dan Greyson dollan, atau Cameron dallas juga gak papa. Nama gue kayak nama artis ya, muka nya juga mirip." Ucapnya dengan pede yang tingkatannya sudah sangat akut.

Aldyan menatapnya dengan muka yang menahan tawa agar tidak pecah, "Kayaknya gue manggil lu Gru aja deh, soalnya sama sama banyak khayalan. Bedanya, kalo si Gru asli khayalan untuk membawa bulan ke bumi dengan alat pengecilnya, sedangkan lu khayalan nya untuk sejajar dengan nama nama artis tadi." Ucapnya yang akhirnya menyisakan tawa yang pecah dan terdengar ringan tanpa beban.

Jay ikut menambahkan, "Gue punya panggilan khusus buat lu. Yaitu, 'Jomblo abadi yang selau sejati dengan gebetan yang entah sudah berapa kali kena tikung mantan temen SMP.' Nah kan cocok." Ucap Jay yang juga tetawa.

Nazo menatap teman nya datar, "Ada yang lebih buruk gak si?" Tanya nya yang sudah terbiasa dengan bully-an teman teman lucknut.

"Gue sih simple nama nya, Boraks albino aja buat lu mah." Ucap Arka yang disambut tawa riang dari ke-4 temannya. Sampai Aldyan mengeluarkan air mata karena sedari tadi ia selalu tertawa tiada henti.

Nazo memandang malas, "Lu gak ikutan Ali?" Tanya Nazo yang melihat Alian sedang fokus dengan ponselnya.

Alian mengalihkan pandangannya dari ponsel, dan berfikir sejenak, "Cunguk yang hidup diantara para kunyuk." Ucap Alian yang kembali fokus dengan ponselnya.

"Eh wey, katanya besok kita tes jurusan ya? Kalian mau ngambil jurusan apa? Kalo gue sih IPA aja." Tanya Alian yang sudah mematikan ponselnya.

Arka menjawab, "Gue juga."

"Gue juga IPA." Jawab Nazo.

Aldyan menata rambutnya yang acak acakan, "IPA juga."

Jay berpikir sejenak, "Gue juga IPA aja dah."

"Bukannya lu bagus di sejarah ya Jay?" Tanya Alian dengan menatap Jay.

Jay menganggukan kepalanya, "Iya emang, tapi di IPA gue juga suka Fisika dan kimia." Ucapnya menjelaskan.

Saat Nazo hendak bertanya, ketua kelas mengumumkan bahwa mereka tidak akan belajar, melainkan mengisi tugas yang sudah di berikan oleh guru yang tidak akan masuk akibat rapat.

+×÷

/Gru: salah satu tokoh utama di kartun Despicable Me.