—Saat kamu memanggil namaku, menatap mataku, dan tersenyum padaku, waktu seakan akan ingin aku hentikan agar semua nya tetap dengan situasi yang sama.
Sinar mentari telah masuk melalui celah jendela kamar milik Arka. Ia sudah siap akan tes yang diadakan untuk memilih jurusan.
Arka telah memantapkan dirinya untuk masuk ke jurusan IPA bersama empat kawannya.
Saat melihat jam, ternyata sudah jam 6.35. Arka pun langsung pergi ke kamar mandi nya dan bersiap untuk ke sekolah dengan motor nya yang berwarna hitam kesayangannya.
5 menit setelah persiapan, ia menuruni tangga dan berniat untuk sarapan. "Bi, ayah udah berangkat?" Satu pertanyaan yang selalu Arka ucapkan di setiap pagi nya dan berharap bahwa ayahnya menjawab dari arah belakang dirinya berada.
"Udah berangkat jam 6 lalu mas." Ucap pembantu nya yang sepertinya sudah biasa dengan perkataan Arka yang selalu di ucapkan tiap pagi. "Oh iya mas, tadi pagi Tuan Angkasa nitip kayak kertas kecil gitu ke bibi, trus kertasnya bibi taruh di atas kulkas." Ucap pembantu yang sering di sapa dengan 'Bi Rani' itu.
Arka bergegas menuju kulkasnya yang berada di dekat dapur rumahnya. Disana terdapat note kecil berwarna jingga dengan tulisan rapi milik papa nya.
Ayah cuma mau bilang ke kamu, jangan sering pulang malam dengan wajah lebam. Kamu gak punya saudara perempuan yang bisa peduli, ayah sibuk, jadi cuma bisa ngingetin kamu kayak gini. Kalo kamu tetep pulang malam, papa potong uang jajan kamu.
-papa
Arka memegang kertas note tersebut dengan tangan menggenggam erat kertas note tersebut.
Kenapa gak ada waktu buat Arka sehari aja dari ayah? Arka cuma butuh ayah, Arka kayak gini juga buat cari kesenangan karena ayah gak bisa penuhi itu. Ayah sayang Arka gak sebenarnya?
Mood nya hancur, setelah berniat untuk sarapan nya hilang, ia berpamitan dengan Bi Rani dan langsung bergegas menuju ke sekolah.
Arka menggeram kesal saat ia sadar bahwa hidupnya sangatlah tidak beruntung. Selama 16 tahun hidup, entah mengapa ia tidak pernah menemukan seseorang yang dapat mengisinya. Ia juga tidak pernah menemukan seseorang yang dapat melengkapi nya.
Sampai di sekolah sudah pukul 6.55 dan gerbang masih saja terbuka lebar. Arka memarkirkan motornya dan berjalan cepat menuju kelasnya.
Karena pikirannya yang tidak fokus dan kacau, ia dengan tidak sengaja menabrak seorang perempuan di hadapannya yang juga tengah menuju koridor kelas X.
Perempuan yang ia tabrak langsung terjatuh dan meringis kecil sambil memegang lututnya yang sepertinya tidak berdarah namun pasti lecet. Arka hanya menunggu reaksi lain dari perempuan tersebut yang masih menunduk sambil memegang lutut.
Perempuan tersebut bangkit dengan wajah kesal yang di pendam dalam datar nya ekspresi wajah perempuan tersebut. Arka sekilas melihat perempuan itu yang ternyata Giovanna.
Belum ada 24 jam, ia sudah menabrak Giovanna sebanyak 2 kali. Arka langsung menahan lengan Giovanna agar tidak pergi.
Giovanna terdiam dari jalan nya dan berusaha melepaskan lengannya dari tarikan tangan Arka. "Eh! Maaf ya Gi, maaf banget buat semua nya." Ucap Arka yang entah mengapa mulutnya bisa mengeluarkan semua kata kata itu, padahal se-daritadi ia sama sekali tidak berniat untuk menguras tenaga nya dengan hal kecil seperti berbicara.
Giovanna yang mendengarnya hanya mengangguk pelan dan berusaha se-segera mungkin pergi dari pandangan Arka.
Namun, sebelum sampai di kelas nya Arka mengucapkan sesuatu pada nya, "Gi! Pulang nya bareng sama gue ya, gaada penolakan. Gue paksa atau gue culik lu nya kalo nolak." Ucap Arka dan langsung menuju kelasnya yang lebih jauh daripada kelas Giovanna.
Giovanna yang mendengarnya hanya terdiam bingung antara iya dan tidak. Jika ia menerima nya, ia merasa pengecut terhadap dirinya sendiri. Sedangkan jika ia tidak menerima nya, tidak ada bahkan jarang sekali bukan untuk kesempatan kedua?
Saat Giovanna memasuki kelasnya, ia melihat wajah lesu dan lingkaran hitam di bawah mata milik Shakira. Lantas saat Giovanna duduk di sampingnya, Shakira sudah langsung mengeluh panjang lebar tentang tes yang akan di uji untuk memasuki jurusan IPA.
Giovanna yang berwajah datar sambil mendengarkan celoteh panjang milik Shakira. Ia sama sekali tidak tahu bahwa tes masuk jurusan akan diadakan sekarang. "Gi! Gue tau pasti lu gak buka hp kan? Chat dari gue semuanya gak lu baca, gue udah spam sampe beratus ratus, dan lu nya seperti biasa gak on. Padahal wifi kenceng tapi gak di gunakan dengan baik." Ucap Shakira sambil menggeleng gelengkan kepala nya tidak habis pikir dengan prilaku satu teman nya yang sangat jarang buka ponsel, berbanding terbalik dengan nya.
Giovanna sedikit terkejut dengan tes yang akan diadakan, ia sama sekali tidak membaca apapun untuk persiapan tes. "Di tes apa aja?" Tanya Giovanna sambil mengangkat kedua alisnya.
"Katanya soal nya ada 50, 20 soal pertama matematika, 10 selanjutnya bahasa inggris, dan 20 terakhir soal IPA. Dan semua nya di ambil dari kelas 9 sama semester 1 kemaren. Bayangin Gi, dari tadi pagi gue udah bolak balik baca sana sini tapi gak nyangkut di otak gue, pusing gue mesti gimana." Ucap Shakira sembari memijit pelipis nya dan mengeluarkan beberapa makanan manis dari dalam tasnya.
Giovanna memandang perilaku teman nya dengan wajah datar, "Oh." Ucap Giovanna yang langsung membuka buku IPA nya dan membaca sedikit selagi masih ada waktu sebelum tes.
Shakira yang sedang mengunyah coklat bar, langsung melotot. "Anjir Gi! Cuma 'oh'? Lu udah bisa lancar tes secara mendadak gitu?" Tanya Shakira dengan mata melotot yang tidak berkedip.
Giovanna mendesah lelah, "Gausah panik, bawa santai. Kalo lu panik, bisa jadi semua yang di otak lu ke apus." Ucap Giovanna yang kembali membaca catatannya.
Shakira menepuk dahi nya dengan pelan, ia lupa bahwa pola pikir Giovanna berbeda. Dimana Giovanna dapat mengingat apa yang ia mengerti, jadi selama ia mengerti apa yang di pelajari, maka ia akan terus ingat materi tersebut walaupun muncul materi baru.
10 menit setelahnya, Giovanna sudah beres membaca beberapa materi IPA semester 1 nya kemarin.
"Diberitahukan kepada seluruh kelas X, harap berkumpul di lapangan upacara sekarang."
Terdengar pemberitahuan untuk berkumpul, lantas Giovanna dan Shakira menuju ke lapangan upacara saat itu juga.
Di tengah perjalanan, Shakira berkomat-kamit berusaha menghapalkan berbagai rumus sampai ia lelah sendiri. "Gi, planet terkecil apa?" Tanya nya dengan wajah lesu dan suara yang merendah.
Giovanna melirik sekilas Shakira, "Ceres, 950 km." Ucap Giovanna yang langsung masuk ke dalam barisan.
Shakira mengerutkan keningnya, "Hah? Kalo yang terbesar?" Ucapnya lagi. Giovanna memandang malas, "Bootes Void, 250 juta tahun cahaya." Ucapnya sambil sedikit mengerutkan keningnya akibat suara bising yang sangat memekakkan telinga.
Shakira memandang Giovanna dengan malas, "Gue gak ngerti Gi. Maksud gue, cuma planet yang orbitnya kita ketahui." Ucap Shakira sambil menepuk dahi nya.
Giovanna mengangguk paham, "Merkurius, 4.900 km. Jupiter 140.000 km." Ucapnya.
Shakira berusaha menyimpan semua perkataan Giovanna di otaknya, "Semoga gue satu ruangan sama elu Gi." Ucapnya dengan tertawa miring.
Giovanna menoleh sedetik, kemudian pandangan nya kembali ke depan, "Kenapa?" Ucapnya yang padahal jarang sekali bertanya alasan.
"Yaa, lu kan pinter banget tuh tentang tata surya, nah makanya kalo gue gak tau bisa nanya ke lu, haha." Ucapnya sambil tertawa renyah.
"Baiklah semuanya, diharapkan untuk tidak berbicara. Saya berdiri disini untuk mengumumkan tes jurusan IPA untuk ruang satu." Ucap seorang ketua osis kelas XI IPA 1 yang di kenal dengan nama Chandra.
Semua siswa langsung terdiam, tidak ada yang berbicara lagi. "Untuk ruang satu, ...Arka Joan Emyldson kelas X-5,...Giovanna Ēquirrel kelas X-2,..." Giovanna merutuki nya dalam hati karena bagaimana bisa ia satu ruangan dengan Arka? "Bagi yang nama nya di sebut, harap memasuki ruang satu sekarang."
Giovanna keluar barisan, "Gue duluan." Ucapnya yang langsung menuju ruang satu bersama yang lain di ruang satu.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, Mr. Uno, guru pelajaran matematika, memasuki ruang satu bersama 5 orang lelaki kelas XI IPA.
Mereka ber-lima berdiri di hadapan para murid kelas X yang hendak tes jurusan IPA. "Oke, kita perkenalkan diri terlebih dahulu. Nama gue Gio ganteng dari kelas XI MIA 1. Nama kecilnya, GG kayak main ml." Ucap seseorang yang paling ujung sebelah kanan yang berhasil membuat sebagian siswa dan siswi di ruangan tersebut tertawa renyah.
"Selanjutnya, nama gue Alex kelas XI MIA 1." Ucap seorang lelaki yang berada di samping Gio, terlihat cuek dan dingin berbeda dengan Gio yang humoris.
"Nama gue Chandra, kalian pasti udah tau. Gue kelas XI MIA 1." Ucap Chandra yang berada paling tengah diantara mereka.
"Gue Raja, XI MIA 1." Ucap lelaki tersebut yang terlihat sangat cuek dan tidak peduli sekitar.
Dan yang terakhir, "Nama gue Ravino, kelas XI MIA 1. Dan...," Lelaki bernama Ravino tersebut menggantungkan kalimatnya dan menatap keempat temannya untuk meminta jawaban. Tapi, keempat temannya serempak semuanya menggeleng dan menggidikkan bahu tidak tahu apa yang hendak mereka lakukan di sana.
"Dan..., Mr! Kita disini mau ngapain?" Ucap Ravino yang tidak berniat untuk menjadi bahan candaan, tapi malah hampir seisi ruangan tersebut tertawa akibat ke-konyolan yang di lakukan oleh Ravino. Bahkan entah mendapat santet darimana, Giovanna tertawa kecil yang membuatnya berwajah datar, menjadi terlihat sangat manis.
Mr. Uno yang sedari tadi fokus dengan laptopnya, ia melirik sekilas 5 siswa yang sudah selesai berkenalan diri masing masing. "Kalian absen dulu, setelahnya arahkan mereka bagaimana cara caranya, dan bagikan soalnya." Ucap Mr. Uno yang kembali fokus dengan laptopnya.
Ke-lima lelaki tersebut mengangguk paham, dan langsung mengambil absen untuk meng-absen anak kelas X di ruang tersebut.
Giovanna melamun sambil terus mengingat wajah polos campur bodohnya Ravino. Entah mengapa ia menyukai saat ia bisa tertawa hanya karena hal remeh seperti itu.
Sampai nama nya di panggil, Giovanna sedikit terkejut, "Saya." Ucap Giovanna yang terdengar nada dingin dan cuek, ketambah wajah datarnya.
Giovanna baru sadar jikalau yang meng-absen nya ternyata Ravino bukan teman temannya, sampai ia di tegur, "Giovanna, jangan ngelamun aja, fokus ya biar bisa ngisi soalnya dengan mudah." Ucap Ravino yang memandang Giovanna dengan tersenyum manis dan lembut. Giovanna hanya mengangguk pelan, sedikit malu.
Arka baru menyadari bahwa sedari tadi yang berada di hadapannya adalah Giovanna, "Eh Gi, gak lupa kan kalo balik sama gue?" Tanya nya dengan nada bicara yang aneh.
Giovanna yang berada di hadapannya hanya diam tidak menggeleng maupun mengangguk.
"Lu diem, berarti iya. Btw, lu bisa ketawa juga ya tadi, hahaha. Dan orang kayak lu ternyata bisa ngelamun juga, ngelamunin apaan si? Gue di belakang lu juga." Ucap Arka sambil terkekeh.
Sinting! Jangan ngatain, jangan ngatain.
Giovanna hanya mengucapkan nya dalam hati dan malas sekali untuk meladeni orang seperti Arka yang entah mengapa tiada lelah bertanya dan berbicara persis seperti keran bocor.
Setelah selesai meng-absen, mereka berlima langsung menjelaskan cara dan beberapa ketentuan anak IPA. Setelahnya, mereka langsung membagikan soal per-baris.
Mungkin kebetulan, tapi Ravino membagikan bagian baris Giovanna. Saat berada di hadapannya, Giovanna hanya menunduk malu. "Jangan ngelamun ya, soalnya susah loh ini kalo buat milih jurusan kayak gini tuh." Ucapnya yang sudah berpengalaman.
Giovanna mengangguk pelan dan mulai menulis nama nya di atas LJK miliknya. "Yaudah ya, gue liatin biar gak ngelamun aja." Ucap Ravino yang mengacak rambut Giovanna dengan telapak tangannya.
Bukannya marah atau menepisnya, Giovanna malah menunduk makin malu terhadap Ravino.
Orangnya humble, jangan baper.
Ucap Giovanna dalam hati dan langsung membuka lembar soalnya.
"Oh iya, kalau ada masalah atau apa, kalian bisa angkat tangan aja ya, kita semua di belakang." Ucap Chandra dari arah belakang.
Giovanna tidak dapat menyaring soal tersebut, karena suara berbisik Arka bersama temannya. "Ayo balap, kalo kalah traktir." Ucap Arka dengan sombong terhadap Jay.
Temannya yang lain hanya mengangguk menyetujuinya, karena itu memang kebiasaan mereka saat ulangan. "Siapa takut? Kalo kalah, traktir plus kasih gue 1k diamond ml." Ucap Jay makin menjadi jadi.
Arka membuka lembar soal miliknya, "Lah beginian mah gampang." Ucap Arka sambil memasang wajah tengilnya.
Giovana frustasi karena tidak dapat menyaring soal akibat bisikan Arka terdengar jelas di telinga nya, akhirnya ia membalikkan tubuhnya dan memandang Arka dalam diam sambil mengangkat telunjuknya yang di letakkan di depan bibirnya, kemudian kembali berbalik dan membaca lagi soal tersebut.
Arka yang melihatnya malah tertawa renyah, "Kalo gue menang taruhan, gue ajak lu jalan jalan." Ucap Arka dengan terkekeh.
Giovanna diam, gak peduli, lagian gue gak mau jalan sama lu. Lalu kembali mengisi soalnya.
Giovanna melirik jam tangan yang memang sedari tadi sudah bertengger di lengan kirinya, jam menunjukkan pukul 7.55 am, yang berarti ia sudah selesai mengerjakan soal hanya selama 25 menit. Tidak mau mendengar celoteh Arka lebih lama, ia mengangkat tangan kanannya.
Kemudian Ravino menghampirinya, "Kenapa? Gaada jawabannya? Fotokopi-an nya kepotong?" Ravino langsung memberi nya serangkaian pertanyaan dalam satu waktu.
Giovanna memberikan LJK nya kepada Ravino, Ravino malah mengerutkan dahinya tidak mengerti, "Masalahnya di LJK?" Tanya nya lagi.
Giovanna berdecak pelan, "Selesai. Keluar sekarang?" Tanya nya yang malah mendapati wajah terkejut sekaligus bangga dari Ravino.
"Udah selesai? Beneran? Baru jam 8 loh masih ada waktu sampe jam setengah 9. Udah di cek semua?" Tanya Ravino dengan mata melotot.
Giovanna memandang Ravino dengan malas, "Udah." Ucapnya.
Ravino mengangguk, "Oke boleh keluar Giovanna, jangan ngelamun di jalan ya takut jatuh kan gak enak, apalagi jatuh ke hati." Ucap Ravino dengan tersenyum kemudian tertawa renyah.
Giovanna langsung bergegas keluar karena malu akibat ia melamun tadi.
Jay menepak bahu Arka, "Lu kalah." Ucapnya. Arka menggeleng tidak percaya, "Gue tau lu belum selesai." Ucap sambil mengintip LJK milik Jay.
Jay mengerti jika Arka tidak paham dengan apa yang dibicarakannya, "Gue emang belum selesai, dan kita kalah ama Giovanna. Tapi lu lebih kalah, sama kak Ravino." Ucap Jay yang berusaha menjelaskan apa yang ia maksud.
Arka mengangguk paham, "Gue belum sepenuhnya kalah." Ucap Arka.
Ravino kembali ke belakang ke tempat kawan kawanya berada. Gio menepuk pundaknya, "Lu tumben jadi sok akrab." Ucap nya sambil mengangkat satu alisnya.
"Iya juga tumbenan Vin." Ucap Chandra yang menyetujui perkataan Gio.
Raja melirik sekilas ke arah Ravino, dan kembali fokus untuk mengawasi anak kelas X, "Lu suka sama adiknya Diego?" Tanya nya.
Ravino memang sudah mengetahui bahwa Diegoㅡteman sekelasnya saat SMPㅡ memiliki adik perempuan yang hanya berselang 1 tahun dari mereka, tetapi ia jarang bahkan mungkin tidak pernah bertemu dengan Giovanna semasa SMP, karena sekolah mereka berbeda dan Giovanna yang suka mengurung diri di kamar. "Suka aja sama dia pas ketawa." Ucap Ravino santai.
"Pikirin diri lu sendiri." Ucap Alex dengan wajah datar dan nada bicara yang cuek seperti biasanya.
"Udah lah gausah pikirin cewek, mending pas jamkos kita push rank." Ucap Gio dengan mengangkat kedua alisnya.
Ravino memandang Gio dengan malas, "Push rank terus, tugas lu gak pernah di kerjain. Lagian, ogah main sama yang noob kek lu." Ucapnya sambil menjulurkan lidah panjang dan lancipnya.
"Main one by one aja sama gue, kalah traktir seminggu full makanan apa aja.." Ucap Raja dengan angkuh, sama angkuhnya dengan Ravino.
Ravino mengangguk mengiyakan.
+×÷