Chereads / UNCOVER / Chapter 9 - Dua Anak Gadis Terlantar

Chapter 9 - Dua Anak Gadis Terlantar

Malam hari yang hening seperti saat ini, sangat membuatku jenuh. Aku memilih membaca beberapa koleksi buku milikku, dan menghabiskan waktu dengan itu. Namun di tengah kenyamananku membaca, suara dering ponsel membuat perhatianku teralihkan ke ponsel milikku yang berada di atas nakas.

Aku mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telpon itu. Beberapa saat aku menunggu namun tidak ada suara apapun dari sambungan telpon, aku merasa bingunh dan aneh karnanya.

"halo?" sapaku lagi dengan nada kesal.

"kau sudah besar ternyata, cepatlah datang! Kami menunggumu." balas suara seseorang yang terdengar asing untukku.

"siapa kau?" tanyaku pada orang itu.

"kau akan tau setelah kau berhasil menemukanku, Kisha. Carilah, kau harus cepat." balas orang itu dengan nada mengejek.

Aku menutup sambungan telpon darinya, lalu melempar ponsel ke queen size milikku. Kembali, aku merasa tidak tenang dengan kata-kata orang itu. Apa maksudnya mereka menungguku?

Sungguh ucapan orang itu bagaikan bom yang siap kapanpun membuat kepalaku meledak, kata-kata nya mampu membuatku merasa tidak tenang. Seakan ia mengancamku tentang sesuatu, yang bahkan aku sendiri tidak mengerti.

~~~~~

Aku terbangun dengan wajah lelah dan kantung mata yang terlihat jelas. Hanya karna telpon dari orang asing yang bahkan aku sendiri tidak tau siapa dia, aku sampai tidak bisa tidur semalaman. Sungguh menyebalkan.

Hari ini weekend, jadi aku tidak perlu datang ke markas. Namun menghabiskan waktu di rumah juga percuma, tidak ada siapapun disini. Yang ada hanya rasa kesepianku yang kian membesar, dan rasa bosan yang tiada ujung. Daripada merasa malas dirumah, aku lebih baik pergi ke taman. Sekalian menghirup udara segar, siapa tau aku mendapat ide untuk misiku selanjutnya.

Setelah rapi dengan pakaian santai, aku melangkah keluar dari mansion. Aku berjalan kaki menuju taman yang letaknya tidak jauh dari mansionku. Suasana di taman begitu sejuk dan nyaman, di tambah sinar mentari pagi yang menghangatkan menambah kesan damai dari tempat ini.

"tidak pernah berubah, selalu sama." gumamku pelan dengan senyuman.

Aku duduk di rerumputan yang hijau, memandang ke danau yang memantulkan sinar mentari. Terlihat begitu indah dan cantik, seperti kilauan cahaya yang sedang menatapku. Aku berbaring menikmati udara sejuk dari taman ini, yang menghantarkan rasa nyaman dan tenang ke dalam hatiku.

"terlalu banyak misteri, membuat kepalaku pusing." bisikku pada langit.

Aku menatap langit, begitu cerah. Namun tidak dengan hati dan pikiranku, semua kelabu. Aku kembali berpikir, sebenarnya apa maksud orang itu semalam? Kenapa dia menungguku? Dan siapa sebenarnya dia?

Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul di benakku, semua karna ucapan orang asing itu. Tapi untuk sekarang aku tidak bisa menyelidikinya, karna misiku tentang mafia segitiga bintang belum selesai. Aku harus segera menyelesaikan misi ini, agar bisa mencari tau tentang orang asing itu.

"misteri membuat hidupku rumit, seperti jalan takdir yang tidak tau kemana arahnya." gumamku lelah.

~~~~~~

Aku berjalan menyusuri keramaian kota di siang hari, semua terlihat baik-baik saja. Orang-orang tertawa dan tersenyum begitu mudah, bahkan mereka terang-terangan mengejek satu sama lain tanpa merasa takut yang di ejek akan marah.

Aku memperhatikan setiap ekspresi yang mereka keluarkan, semua terlihat bersinar dengan kebahagiaan. Dulu pun aku seperti mereka, tetapi kini hanya untuk tersenyum pun aku merasa sulit. Semua mengingatkanku kembali pada kenangan pahit itu, sulit untuk memperbaiki.

Dalam keramaian itu, aku melihat seorang gadis kecil yang menatap sedih pada bunga-bunga di keranjang yang ia bawa. Ia menatap setiap orang yang berlalu-lalang di hadapannya, dan sesekali ia berbicara kepada mereka dengan wajah ceria. Namun setelahnya ia menunduk sedih saat orang-orang itu pergi meninggalkannya.

Aku mendekati gadis kecil itu dan berlutut di hadapannya, menyamakan posisiku dengannya. Aku menatapnya sedih, dan kulihat ia tersenyum padaku.

"beli bunganya kak, aku merangkainya sendiri. Lihat! Semua cantik, ayo dibeli kak." ucap gadis kecil itu dengan semangat.

"wah, ini buatan tanganmu? Cantik sekali." balasku padanya.

"iya kak, ayo kak di beli. Aku ingin cepat pulang, adikku sedang menunggu di rumah." ungkap gadis kecil itu dengan wajah sedih.

"baiklah, kakak beli semua bunga yang kamu jual. Tapi, ajak kakak bertemu dengan adikmu ya?" balasku dengan senyum tipis.

Gadis kecil itu mengangguk senang, bahkan sinar dimatanya membuatku tenang melihatnya. Seakan ia percaya dan berharap besar padaku, aku tidak tega membiarkannya seperti tadi.

Gadis kecil penjual bunga itu mengajakku ke sebuah gubuk tua, di pinggir kota. Jika di perhatikan lagi, tempat ini sangat kumuh dan tidak layak lagi untuk di tempati. Namun dengan senyum bahagianya gadis kecil itu menyambut ku, dan mengajakku masuk ke dalam.

Dapat aku lihat, seorang gadis yang lebih muda dan kecil dari gadis kecil penjual bunga tadi. Mereka terlihat mirip, hanya saja tubuh mereka berbeda.

"kakak, ini adikku Mili. Ia berusia 5 tahun sekarang, Mili ayo sambut kakak cantik ini!" ucap gadis kecil penjual bunga itu padaku.

"hai, kamu cantik sekali." sapa ku pada gadis kecil itu.

"hai juga kakak cantik, kakak lebih cantik dan baik. Apa kakak temannya kak Mila?" balas gadis kecil bernama Mili itu dengan wajah menggemaskannya.

"terima kasih Mili, ya kakak temannya kakak kamu. Panggil kak Alexa saja ya, itu nama kakak." kataku dengan lembut, sambil mengelus kepala Mili.

"kak Alexa, kakak cantik." ucap Mili dengan senyumnya.

"Mila, itu namamu kan?" tanya ku pada gadis penjual bunga tadi.

"ya kakak cantik, namaku Mila." jawab Mila dengan senyumnya.

"panggil kak Alexa saja! Apa kalian hanya tinggal berdua?" tanya ku lagi sambil memperhatikan sekitar.

"ya, kami hanya tinggal berdua. Orang tua kami sudah meninggal 3 bulan lalu, dan sekarang aku harus bekerja menjual bunga untuk dapat makanan." jelas Mila dengan wajah sedihnya membuat aku tidak tega melihat keadaan kedua gadis kecil itu.

Aku merasakan apa yang mereka rasakan, kesedihan kehilangan orang tua membuat hidup mereka terasa sakit. Karna aku juga merasakan hal yang sama, aku jadi mengerti apa yang mereka rasakan.

"oh begitu, apa kalian mau ikut sama kakak?" usulku.

"hah? Ikut kemana kak?" tanya Mila dengan wajah bingungnya.

"ke tempat yang lebih nyaman untuk kalian, disana kalian tidak akan kelaparan tidak perlu juga bekerja. Kalian hanya perlu belajar, dan berprilaku baik. Bagaimana?" jelasku pada Mila dan Milo.

"aku mau kak, yang penting kami bisa makan." jawab Mila dengan senang.

"baiklah, ayo ikut kakak" ajakku pada mereka.

Aku membawa mereka ke yayasan panti asuhan milik keluargaku, aku akan menitipkan mereka disana agar hidup mereka jadi lebih baik. Yayasan atas nama Almora ini selalu memberikan pelayanan terbaik bagi mereka yang kurang mampu, itu karna aku tidak suka melihat kesusahan dalam hidup mereka.

Di yayasan ini anak-anak akan di ajarkan untuk berprilaku baik, juga di sekolahkan sesuai kurikulum sekolah pada umunya. Semua di perlakukan sama dan sesuai bakat masing-masing, tergantung pada hobi dan cita-cita mereka.

Yayasan ini adalah tempat yang selalu mama kunjungi dulu, sebelum kecelakaan itu terjadi.

.

.

.

.