Aku memberi kode pada Rino untuk membawa pergi Yuri, Rino yang menangkap maksudku langsung menyerang Yuri. Yuri yang memang sudah terlatih segera menghindar dan mengelak dari serangan Rino.
"biar gadis ini saya yang urus, Tuan." ucap Rino meminta izin.
"ya, lakukanlah. Aku ingin dengar kabar kematiannya, habisi dia!" titah pria tua itu pada Rino.
Setelah mendapat izin Rino menarik Yuri keluar dari tempat itu, untuk saat ini aku hanya bisa mempercayai Rino untuk menjaga Yuri.
Pria tua itu mendekatiku dengan pistol di tangannya, entah sejak kapan dia mengeluarkan senjatanya itu? Pria itu bersiap menembakku, aku tersenyum miring menatap wajahnya.
"kau yakin akan membunuhku? Aku kan harta berharga, apa kau tidak ingin harta?" tanyaku basa basi padanya.
"ha!ha!ha! Tidak mungkin, kau pikir aku bodoh? Memang siapa dirimu? Kau hanya sampah, tidak berharga sedikitpun." tukas pria tua itu dengan sombong.
"oh begitu, apa kau yakin?" tanyaku lagi dengan malas.
"sudahlah, kau itu tidak berguna. Kau akan mati di tanganku, se-ka-rang!" tekan pria tua itu.
"baiklah, lakukanlah. Itupun kalau kau sanggup menyentuhku, lakukan saja." balasku dengan seringai.
Pria tua itu memposisikan pistolnya tepat ke hadapanku, aku tersenyum melihatnya. Sesaat kemudian dia menarik pelatuknya, namun sebelum peluru itu sampai padaku. Aku menunduk dan memukul perut pria tua itu, lalu mengankat kembali kepalaku tepat di tangannya membuat pistol itu terlempar jauh dari tangannya.
Pria tua itu mundur kebelakang dengan nafas terengah-engah, aku menatapnya malas. Sangat tidak seru melawan pria tua sepertinya, terlalu cepat menjatuhkannya.
Pria tua itu menyerangku dengan tongkatnya, terus menerus mengayunkan tongkatnya ke tubuhku. Dengan lihat aku mengelak, namun sesaat aku terkena pukulannya membuat tubuhku terasa sakit. Namun aku tidak berhenti dan tetap mengelak dan menahan serangannya.
Aku menahan tongkatnya dengan lenganku, lalu aku memutar tongkatnya dan mendorongnya jatuh dari pegangan pria tua itu. Tongkat itu terlempar dan pria tua itu kembali mundur beberapa langkah, namun setelahnya pria tua itu menyerangku lagi dengan tangan kosong.
Aku melayaninya dengan baik, ilmu bela dirinya cukup tinggi dan membuatku kuwalahan. Kupikir dia akan kehabisan nafas di tengah pertarungan, namun ternyata pria tua ini memiliki stamina yang luar biasa. Justru akulah yang kelelahan sekarang, memang tidak bisa di remehkan.
Pria tua itu menyerang dengan tendangan, aku menahan lalu menepis tendangannya. Setelahnya menyerang balik dengan tendangan samping menuju punggungnya, dan berhasil. Pria tua itu jatuh ke lantai dan terbatuk-batuk, namun ia tetap kembaloh bangkit.
"apa kau tidak lelah? Aku sudah bosan melawanmu." ucapku jengah.
"cih, bocah sialan!" umpatnya untukku.
Dia menyerangku lagi dan lagi dengan pola yang sama, sampai aku mulai bosan melawannya. Aku memutuskan untuk mengakhiri saja pertarungan ini, dan menyusul Yuri.
Aku menatap pria tua itu tajam, dia menyerangku dengan kombinasi pukulan lalu tendangan. Pukulannya berhasil merobek bibirku, namun tendangannya berhasil ku tepis. Aku memukul wajah pria tua itu, lalu memutar tubuh dan memberi pukulan akhir yang membuat pria tua itu seketika tergeletak di lantai.
Aku membuang keluar darah yang mengalir di mulutku, lalu melangkah mengambil cctv yang di pasang Yuri. Setelah mengambilnya aku segera keluar dari rumah Yuri dan membawa mobil Michael untuk menjemput Michael di taman.
~~~~~
Hal yang pertama kali kulihat saat tiba di taman adalah, para mayat yang tergeletak sembarangan disana. Mayat-mayat itu penuh luka memar dan darah di tubuh mereka, kurasa Michael tidak main-main.
Aku melihat kiri dan kanan, namun tidak terlihat siapapun disana selain para mayat itu. Aku menghela nafas lelah, lalu berbalik akan kembali ke MPD. Namun baru selangkah, suara familiar milik Michael tertangkap oleh indra pendengaranku.
"kau terlambat" suara Michael yang terdengar olehku.
Aku kembali membalikkan tubuhku dan mencari dimana jendral Michael berada. Setelah ku amati, ternyata Michael sedang berbaring di taman rumput di balik pohon bunga-bunga di depanku.
"tanpa aku juga kau bisa" balasku datar, lalu menghampiri Michael dan ikut berbaring.
"mereka terlalu bodoh untukku, lalu bagaimana denganmu?" tanya Michael santai.
"lumayan, aku lelah." balasku jengah.
"tidurlah, aku akan menjagamu." kata Michael lembut.
Aku menatap langit sesaat, lalu memejamkan mataku. Aku akan beristirahat sejenak disini, sungguh tenagaku saat ini sudah terkuras habis karna pertarungan sebelumnya. Membuat tubuhku lemas dan mengantuk, karna itulah aku tidur untuk memulihkan tenagaku.
Sesaat sebelum benar-benar tertidur, aku seperti mendengar Michael mengatakan sesuatu. Tapi itu tidak mungkin, aku pasti sedang bermimpi.
'aku akan selalu menjagamu, karna aku menyayangimu.'
••~~~••
Aku terbangun dari tidurku, mengerjabkan mata dan mencoba untuk memulihkan kesadaranku. Saat terbangun, jaket Michael ada di tubuhku. Dan Michael sendiri juga sedang tertidur sepertinya, karna ia juga memejamkan matanya.
"kau sudah bangun?" tanya Michael tiba-tiba membuatku sedikit terkejut.
"hah? Oh ya, aku sudah merasa lebih baik. Ku pikir kau juga tertidur," balasku heran.
"aku tidak mengantuk, ayo pulang!" ajak Michael padaku sambil mengulurkan tangannya, dan aku menerima uluran tangannya.
"aku harus jemput Yuri terlebih dahulu" balasku ketika teringat Yuri.
"kita jemput dia, lalu kembali ke markas." tukas Michael jelas.
Michael melajukan mobilnya membelah jalan menuju halte tempat Rino dan Yuri menunggu. Dapat kulihat Rino terus mencariku yang belum tiba disana, dan Yuri yang terlihat cemas. Sesampainya di halte, aku keluar dari mobil dan meminta Yuri untuk masuk mobil terlebih dahulu.
"akhirnya kau datang, apa kau terluka?" tanya Rino dengan wajah khawatir.
"aku baik-baik saja" balasku santai.
"baguslah, berarti ketua segitiga bintang sudah kalah sekarang. Dan sebentar lagi, kumpulan mafia itu akan bubar." jelas Rino dengan tenang.
"ya tentu, terima kasih atas bantuanmu. Dan mulai sekarang kau bebas dari perintahku, maaf sudah melibatkanmu." ucapku pada Rino.
"apa kita tidak bisa melakukan misi bersama lagi?" tanya Rino khawatir.
"bisa saja, jika di butuhkan." balasku datar.
"lalu bagaimana dengan anggota yang tersisa?" tanya Rino bingung.
"itu tugasmu, kau bos mereka sekarang. Lakukan sesukamu, tapi kuingatkan jangan melanggar hukum." balasku jelas.
"baiklah, senang kenal denganmu Alexa." ucap Rino dengan senyumnya, lalu mengulurkan tangannya.
"ya," balasku lalu menerima uluran tangannya, dan kembali melepaskannya.
"kau tidak akan melupakanku, bukan?" tanya Rino ragu.
"tentu, aku pergi kau berhati-hatilah." pamitku pada Rino.
"ya, kau juga." balas Rino.
Aku kembali masuk ke dalam mobil Michael, lalu setelahnya Michael melajukan mobilnya menuju markas.
Sesampainya di markas, aku menuju kamar khusus di lantai 20. Di lantai itu ada beberapa kamar yang bisa dipakai untuk beristirahat, karna terkadang para detektif tidak bisa pulang ke rumah jika menjalankan misi. Karna itulah di buat kamar khusus, agar para detektif dapat beristirahat dengan nyaman.
.
.
.
.