Sejak kejadian pembubaran mafia Segitiga Bintang, keadaan kota kembali tenang. Walau saat ada mereka kota juga selalu tampak tenang, tapi kini tidak ada lagi pembunuhan, perampokan harta, dan prostitusi gadis belia. Semua sudah di hapuskan dan menjadi peraturan pemerintah.
Aku menatap kota yang berkilauan dengan lampu di malam hari memang indah, sama seperti di atas sana. Penuh dengan kilauan bercahaya, keduanya terlihat indah dimataku.
Yuri sudah selamat, dan di tugaskan di luar negeri untuk keselamatannya. Sedangkan aku naik pangkat menjadi Letnan detektif, karna misiku yang sudah beberapa kali berhasil dengan sempurna.
Namun bagiku ini semua tidak penting, keselamatan kak Kiano yang utama untukku. Segitiga Bintang memang sudah bubar, tapi mafia-mafia lain masih banyak yang mengincar pewaris Almora.
Karna itulah aku harus tetap berada di sini, agar bisa menyelidiki siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan papa dan mama. Juga yang berencana memutuskan garis keturunan Almora.
Aku berbaring menatap langit, entah kenapa aku suka sekali menatap langit seperti ini. Rasanya aku nyaman walau hanya menatapnya, senang walau hanya melihatnya dari jauh. Walau tidak bisa ku sentuh, tapi bisa kunikmati.
Hingga tanpa sadar aku memejamkan mataku dan tertidur, tertidur dengan begitu nyaman. Di bawah kolong langit malam yang indah dengan kilauan bintang, di temani udara yang membelai secara perlahan.
•••••••
Aku terbangun dari tidurku, mencoba mengumpulkan kembali kesadaranku yang baru saja hilang. Saat tersadar ada sebuah jaket menutup tubuhku, dan aku terbangun di lokasi yang berbeda dengan saat aku tertidur.
Tentu saja aku kenal jaket itu, dan juga ruangan ini. Namun aku tidak melihat siapapun lagi disana, selain aku tentunya. 'Mungkin dia sudah pergi, pikirku' aku duduk di sofa, dan memijat pangkal hidungku yang terasa sakit. Sepertinya karna semalam aku tidur di atap, membuat tubuhku kedinginan.
Terdengar suara pintu terbuka, aku mengalihkan perhatianku pada seseorang yang baru saja masuk ke ruangan ini. Sudah aku duga, pasti dia yang memindahkan aku kesini.
"kau sudah bangun? Kupikir kau akan tidur selamanya." ucap Michael dengan candaannya.
Aku hanya menatapnya malas, sedangkan Michael malah tersenyum melihatku. Michael membawa 2 gelas yang ku pikir itu adalah coklat panas, karna pagi ini suasana disini terasa dingin. Lalu Michael memberikan satu gelas padaku, dan aku menerimanya.
"minumlah! Kau pasti kedinginan semalaman berada di atap, tanpa kehangatan apapun." titah Michael tegas sambil menatapku.
"iya, terima kasih sudah membawaku ke ruanganmu. Dan juga untuk coklat ini, terima kasih." balasku dengan senyum tipis.
Aku meminun perlahan coklat di tanganku, asap yang mengepul di atasnya menandakan jika minuman ini masih hangat. Sangat cocok sekali di minum di suasana dingin seperti ini, rasanya sungguh nikmat.
"kenapa kau tidur di atap? Apa kamar khususmu kurang nyaman?" tanya Michael penasaran.
"tidak apa-apa, hanya ingin saja" balasku berkata apa adanya.
"kenapa selalu atap yang menjadi tempat pelarianmu?" tanya Michael lagi.
"entahlah, mungkin karna aku merasa nyaman menatap langit." balasku ragu.
"begitu kah?" gumam Michael.
Aku tidak menanggapinya dan kembali meminum coklat sampai habis, setelahnya aku meletakkan gelas itu di meja.
"suasana nya sepi sekali, apa semuanya belum bangun?" tanyaku heran.
"ya, mereka semua belum bangun. Ini masih jam 5 pagi, mereka akan memilih untuk tidur kembali." jelas Michael sambil melihat jam di tangannya.
"oh, ternyata masih sepagi ini." gumamku pelan.
"ada apa?" tanya Michael.
"tidak, aku akan kembali ke kamar khusus saja. Apa kau akan tetap disini?" balasku sambil melangkah menuju pintu.
"tidak aku juga ingin kembali, ayo." jawab Michael sambil berjalan mendahuluiku.
Aku mengangguk mengikuti Michael, hingga kami sampai di lantai kamar khusus. Aku pamit pada Michael, lalu masuk ke kamarku. Setelahnya Michael juga kembali ke kamarnya.
Aku membaringkan tubuhku di kasur, lalu kembali memejamkan mataku yang masih terasa berat. Tidak lama aku kembali tertidur, sampai matahari mulai naik dan cahayanya menerobos masuk melalui jendela. Menyorot ke wajahku, membuat tidurku terganggu.
Aku membuka kedua mataku dan mengerjab untuk memulihkan kesadaranku. Lalu aku bangkit dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai aku mengganti seragamku dengan yang baru.
Setelah siap dengan pakaian aku juga merapikan sedikit rambutku yang berantakan, aku menjepitnya sedikit agar tidak menganggu penglihatanku. Setelah semua selesai aku melangkah keluar dari kamar khusus dan menuju lantai 18, dimana letak ruangan baruku berada.
Aku menunggu pintu lift terbuka, namun penuh seperti biasa. Aku berbalik menuju tangga, dan menuruni 4 tangga panjang yang memutar dengan 10 anak tangga di setiap 1 tangga.
Akhirnya aku tiba di lantai 18, untung saja tidak terlalu jauh sehingga aku tidak terlalu lelah untuk turun tangga. Aku masuk ke pintu lantai 18, setelah sampai disana keadaan masih cukup sepi. Mungkin karna waktu masih menunjukkan pukul 7:30 sedangkan jam masuk pukul 8 tepat.
Lebih baik seperti ini bagiku, setidaknya aku tidak malu untuk melangkah di depan para detektif itu. Aku menuju ruanganku, dan membuka pintu yanh tertutup itu.
Pintu itu terbuka dan tampaklah sebuah ruangan yang cukup luas, lengkap dengan meja berisikan komputer dan beberapa berkas yang tersusun rapi. Juga di sisi samping belakang pintu terdapat sofa tamu yang cukup besar, juga rak buku yang penuh dengan berbagai jenis buku.
Cukup mengagumkan untukku, tidak justru sangat mengagumkan. Aku merasa ruangan ini terlalu lengkap untuk pemula sepertiku, dan lagi bahkan AC dan TV pun tersedia di depan sofa. Membuatku merasa nyaman berada di ruangan ini.
Baiklah cukup bersantainya, saatnya melakukan pekerjaan! Aku menyalakan komputerku dan memeriksa data yang ada, lalu mengonfirmasi kebenaran data tersebut baru melaporkannya pada jendral Michael.
••••••••••
Hari sudah petang, namun aku masih betah berada di ruangan baruku ini. Juga data-data di komputer ini begitu lengkap dan mendetail, sungguh luar biasa. Anggota detektif memang tidak bisa di remehkan, terlalu banyak jaringan yang bisa mereka di akses.
Kembali aku membaca data-data yang masuk dari para mata-mata, sampai terakhir mataku terpaku pada laporan kejahatan milik (Mafia Londerson). Memang sekilas dilihat hanya laporan biasa, namun jika di teliti lagi tulisan dalam laporan itu menyatakan :
"mereka membunuh, membantai, melakukan prostitusi, memanfaatkan mafia lain untuk mengincar target. Salah satunya targer operasi mereka adalah Nyonya dan Tuan Almora, membunuh dengan perencanaan rinci: melajukan truk dengan keras, melompat meninggalkan truk dan membiarkan truk itu menghantam mobil keluarga Almora. Dan menusukkan belati kecil beracun lalu menipunya dengan belati milik Tuan Almora sendiri, jejak tidak di temukan."
"sebenarnya siapa saja yang ikut andil dalam kematian papa dan mama, kenapa tidak ada habisnya." gumamku kesal.
"tidak akan habis Kisha, mereka tidak hanya satu tapi puluhan kelompok." ucap seseorang yang sudah bersandar di balik pintu.
"kau....."
.
.
.
.
.