"kau tau, Michael?" tanyaku pada Michael yang sedang bersandar di balik pintu.
"tidak semua, hanya sedikit. Ya seperti data-data itu, analisis ku belum terkumpul sempurna." jelas Michael yakin.
"aku mengerti, terima kasih sudah membantu." ucapku senang.
"sepertinya kau sibuk sekali, bahkan ini sudah lewat jam pulang. Dan kau kenapa masih di kantor?" tanya Michael sambil duduk di sofa.
"hanya ingin saja, ada masalah?" balasku datar.
"tidak, lakukan saja sesukamu." jawab Michael santai.
Aku kembali memeriksa data-data itu, dan sekali lagi membaca laporab itu dengan teliti.
"kau kenal Mafia Londerson?" tanyaku pada Michael.
"hm tidak, mereka bersembunyi dengan rapi. Tidak di ketahui ada dimana, dan siapa saja. Tapi yang ku tau, salah satu di antara mereka memiliki bekas luka sayatan di pipinya." jelas Michael serius.
"hm, baiklah aku ambil kasus ini." ungkapku pada Michael.
"apa kau serius, mereka terlalu berbahaya untukmu?" jawab Michael tidak yakin.
"ya, aku yang akan menghancurkan mereka." balasku dingin.
Michael pasti tau jika aku sudah serius untuk misi ini, dia memilih diam dan menerima permintaanku.
"baiklah, akan aku buat surat perintahnya. Tapi berjanjilah, jangan sampa berakhir disana." pasrah Michael akhirnya.
"ya, aku berjanji." balasku yakin.
Michael keluar dari ruanganku, entah kemana dia akan pergi. Aku mematikan komputer dan semua alat elektronik di ruangan ini, setelah semua di matikan aku keluar dan menutup pintu.
Aku menaiki lift menuju lantai satu, aku akan pulang ke mansion. Sudah beberapa hari ini aku jarang pulang, pasti para pelayan akan khawatir dan melapor pada kak Kiano. Sebelum pelayan itu melapor, aku harus menjelaskan dulu pada mereka.
Aku menunggu bus di halte dekat kantor, pakaianku sudah ku ganti dengan pakaian santai biasa. Dan seragamku ku tinggal di kamar Khusus pribadi milikku di kantor, agar tidak di ketahui oleh kak Kiano.
Bus yang ku tunggu pun sampai, aku naik dan duduk di pojok dekat jendela. Lagi, kulihat kota di balik jendela bis. Aku kembali memikirkan Mafia Londerson itu, tersembunyi, tidak di ketahui, rapi, berbahaya, semua kata itu berputar di otakku.
Kepalaku sampai pusing memikirkannya, namun saat mataku melihat sebuah gedung perusahaan tinggi. Aku tersadar akan sesuatu, Mafia Londerson, Mafia Londerson, Mafua Londerson, astaga ternyata mereka begitu dekat dengan kita.
Aku menatap di kejauhan gedung ML corporation, gedung perusahaan ternama milik Tuan Ryan itu seketika muncul di kepalaku saat nama Mafia Londerson berputar dan membentuk singkatan ML. Apa mungkin gedung itu tempat persembunyian mereka?
Jika dilihat secara awam, gedung itu hanya gedung perusahaan yang menjual barang-barang penting yanh menguntungkan. Tunggu, barang-barang? Aku kembali berpikir, apakah yang mereka jual sebenarnya adalah senjata ilegal? Tapi mereka mendapat izin beroperasi, pasti ada yang mereka sembunyikan.
Bus pun berhenti di halte tujuanku, aku turun dengan penuh pemikiran tentang Mafia Londerson dan ML coorporation. Semuanya kembali berputar di kepalaku, seperti film rusak yang terus menerus membentuk jalan cerita lain.
Sesampainya di rumah, aku melihat kak Kiano sedang membaca koran. Ternyata kak Kiano sudah kembali dengan selamat, aku lega melihatnya.
"kau dari mana saja, Kisha?" tanya kak Kiano tiba-tiba.
"habis hm, main ka." jawabku ragu.
"kau berbohong?" tekan kak Kiano.
"tidak, Kisha memang habis bermain bersama Yuri." balasku meyakinkan.
"bukankah Yuri sedang di luar negeri?" tanya kak Kiano mendesakku
"ya, aku berbohong. Maafkan aku, terkadang aku kesepian dirumah karna itulah aku pergi ke taman untuk menghabiskan waktu." jawabku apa adanya.
Memang benar, aku selalu ketaman untuk menghabiskan waktu. Karna di mansion ini aku merasa kesepian, tidak ada siapapun yang bisa di ajak bercanda. Aku sangat bosan disini.
Kak Kiano menatapku sedih, lalu mendekatiku dan memelukku.
"maafkan kakak Kisha, kakak sudah jarang menemanimu bermain." ungkap kak Kiano sedih.
"tidak apa-apa, aku mengerti." balasku mencoba memahami.
"sebenarnya kakak ingin tetap di mansion bersamamu, tapi pekerjaan ini membuat kakak harus meninggalkanmu. Kakak minta maaf, karna kau merasa kesepian di mansion." ucap kak Kiano lagi.
"sudahlah, aku tidak apa-apa. Tapi kakak harus berjanji, jaga kesehatan dan tetap tersenyum ya?" pintaku pada kak Kiano dengan senyum.
"iya, kakak janji." balas kak Kiano, lalu kembali memelukku.
••••••••••
Makan malam kali ini aku tidak sendiri seperti biasanya, karna kali ini kak Kiano ada bersamaku. Kami menikmati makan malam ini bersama, makanan jadi terasa begitu nikmat. Aku bahagia merasakan ini.
"Kisha, bagaimana sekolahmu?" tanya kak Kiano perhatian.
"baik kak, semua seperti biasa." jawabku apa adanya.
"baguslah, kau harus rajin belajar dan lulus dengan nilai yang baik. Kelak, kau akan kuliah di London dan tinggal bersama kakak disana." ungkap kak Kiano menasehati.
"tinggal dengan kakak? Di London? Kita kan tinggal disini kak, kenapa harus ke London?" tanya ku heran.
"maafkan kakak Kisha, pekerjaan kakak menuntut untuk pindah ke London. Perusahaan disana membutuhkan kakak, jadi lusa kakak akan pindah ke London." jelas kak Kiano dengan sedih.
Aku terdiam, lagi-lagi di tinggalkan. Baru saja kak Kiano pulang setelah beberapa saat, tapi kini aku harus berpisah lagi dengannya. Kenapa harus pindah? Kenapa sejauh itu? Kenapa tidak bisa di sini saja?
Semua pertanyaan itu berputar dalam benakku, membuat kepalaku sakit dan pening. Aku hanya bisa menghela nafas lelah, dan tetap mengunci rapat mulutku saat ini.
"kakak janji akan mengunjungimu saat ada waktu, jadi kakak mohon mengertilah. Kakak tau Kisha pasti kesepian, tapi kakak juga tidak bisa menolak kepindahan ini. Kisha mengerti keadaan kakak bukan?" ungkap kak Kiano sedih.
Aku menatap kak Kiano kecewa, tapi bagaimana pun ini memang jalan takdirnya. Menjadi seorang pengusaha adalah jalan hidupnya, begitu juga aku. Suatu saat aku pasti berada di posisi yang sama dengan kak Kiano saat ini, mau tidak mau pasti terjadi.
"ya, aku mengerti. Tapi bisakah aku meminta sesuatu?" tanyaku ragu.
"katakan saja, kakak akan mencoba mengabulkannya." balas kak Kiano.
"aku ingin tinggal di luar mansion, aku ingin menyewa kos-kosan kecil dan tinggal disana. Bisakah?" jelasku meminta izin.
"kenapa? Bukankah dimansion lebih baik? Apa ada yang kurang? Kenapa kau malah ingin tinggal di tempat kecil dan tidak terurus?" tanya kak Kiano heran.
"tidak apa-apa, hanya ingin saja. Lagi pula di mansion juga sama saja, aku tetap merasa kesepian." jawabku sedih.
"Kisha, baiklah. Kakak izinkan kau menyewa tempat untuk tinggal sementara, tapi kau harus berjanji untuk menjaga diri baik-baik." balas kak Kiano mengizinkan.
"benarkah?" tanyaku memastikan.
"iya, asal kau berjanji pada kakak." jawab kak Kiano menuntut.
"Baiklah, aku berjanji" ungkapku dengan yakin.
"baiklah, sekarang kakak merasa tenang karna kau sudah berjanji." balas kak Kiano senang.
Setelah makan malam selesai aku kembali ke kamarku, dan tertidur. Memang tubuhku merasa lelah, tapi nyatanya batinku yang kesepian lebih lelah dari ragaku.
.
.
.
.
.