Selama perjalanan Felina selalu memikirkan perkataan Reino waktu dikantin. Bagaimana tidak,secara mendadak Reino memohon kepada Felina agar Vansa mau ikut tim basket.
"Ngak...gue ngak boleh ikut campur,lagian gue bukan siapa-siapa nya Vansa kok" guman Felina lalu segera masuk kekelas. Dilihatnya sudah ada Vansa,Wanda beserta kedua sahabatnya sedang mengobrol.
Dengan sigap, Felina bersikap baik-baik saja dan mendekati mereka semua. "Darimana ajah Fel?"Tanya Vansa membuat semua orang tersenyum menatap Felina.
"Bukan urusan elo..."ucap Felina lalu duduk dan mengambil novel yang biasa dia bawa. Vansa terkejut dengan sikap Felina yang mendadak berubah.
"Fel...elu kenapa? palingan malu gegara ada kami kan" tebak Naila yang langsung mendapat tatapan tajam dari Felina. "Kagak..."
"Terus kenapa? Elu kenapa tiba-tiba pendiam gini?"tanya Rena kembali membuat Felina bangkit berdiri. "Kalian semua kenapa sih!kan gue udah bilang...gue itu ngak kenapa-kenapa"Felina langsung keluar dari kelas dan berniat untuk pergi kebelakang sekolah.
Dan saat itu juga,Vansa berlari mengejar Felina yang tiba-tiba berubah. Apa Vansa tadi terlalu kepo?bagi dia tidak,tapi kenapa Felina bisa begini. Sudahlah Vansa tidak tahu dan segera mengejar Felina.
Dibelakang sekolah, perasaan Felina menjadi tenang dan dia segera duduk diatas rerumputan hijau dan bersih.
"Elo kenapa sih Fel...kenapa perasaan elu kagak enak gitu?ingat yah Vansa itu bukan siapa-siapa elu jadi elu ngak berhak ikut campur... tinggal kasih tahu aja susah banget sih" ucap nya sendiri dan ternyata didengar oleh Vansa.
"Elu kenapa?sini curhat sama gue" tiba-tiba Vansa duduk disamping Felina membuat gadis itu terkejut.
"Elu?elu ngikutin gue kan?dasar!"
"Gue khawatir elu kenapa-kenapa,elu kenapa berubah kayak harimau kelaparan dah"
"Van...Reino ngajak elu ikut tim basket nya tapi perasaan gue ngak enak"ucap Felina jujur membuat lekukan senyuman dari wajah Vansa terlihat.
"Cuma itu ajah?elu khawatir nya kelewatan,lagian kenapa harus khawatir. Dia kan cuma pengen gue ikut tim basket nya gegara gue Maco main kali"ucap Vansa bangga.
"Gue serius Vansa!tapi terserah elu ajah deh...kalau menurut elu itu baik gue bisa apa...lagian gue bukan siapa-siapa elu"
Mendengar hal itu Vansa langsung menangkup wajah tembem Felina dan jarak mereka tinggal sejengkal saja. Dan benar saja jantung Felina langsung berdetak kencang, menatap wajah Vansa yang benar-benar tampan diluar dugaan Felina.
"Elu itu imut banget tahu kalau lagi khawatir...gue ngak pernah bosan liat wajah manis elu"ucap Vansa diiringi senyuman.
"Tapi Van...elu yakin kalau Reino nggak macam-macam kan?"
"Ngak tenang ajah deh...bilang sama dia kalau gue terima"
Felina langsung mengangguk dan Vansa segera melepas genggaman tangannya dari wajah Felina. "Ehemmm....kalau gitu yuk balik kekelas...entar lagi masuk"ajak Vansa yang hanya diangguki oleh Felina.
Dan mereka akhirnya berjalan bersama sampai dikelas. Semua memandang mereka iri termasuk kedua sahabatnya.
"Cieee....baikan lagi...kenapa ngak langsung pacaran ajah deh, ngak tahu TTM" rayu Naila.
"Iya TTM...teman tapi mesra entar ujung-ujungnya teman tapi menikah" rayu Rena lagi. Yang membuat Felina ingin menampol mereka berdua atas ucapan yang memalukan itu.
Vansa yang mendengar hanya tersenyum dan mengajak Felina untuk segera duduk.
🌠🌠ðŸŒ
Kring....kring....
Jam pulang sudah berbunyi dan lebih tepatnya hujan datang begitu deras membasahi seluruh sudut kota, termasuk sekolah yang Felina tempati.
"Ngimana kalau kita langsung masuk ajah kemobil?"tanya Vansa kepada Felina yang pada saat ini tengah berlindung dipos penjaga.
"Yaoudah deh...eh tapi ngak papa kalau mobil elu basah?" Tanya Felina.
Tanpa aba-aba,Vansa langsung menarik tangan Felina membawa gadis itu keparkiran.
Sampainya dimobil Felina dan Vansa langsung segera masuk,"eh elu basah banget?" Tanya Vansa yang hanya digeleng oleh Felina.
"Yaudah kalau gitu kita langsung pulang ajah yah" Vansa segera melaju mobilnya dengan normal.
Ditengah perjalanan, tiba-tiba mobil Vansa mati. Padahal Vansa yakin kalau mobilnya tidak kenapa-kenapa tadi pagi,tapi kenapa sekarang bisa mati.
"Mobil elu kenapa mati? jangan bilang mogok...malah cuacanya lagi hujan lagi"
"Tunggu gue periksa dulu yah" ucap Vansa.
"Jangan lama-lama,hujan nya tambah keras nih"jawab Felina dan langsung diangguki oleh Vansa. Kemudian dia segera keluar mencek mobilnya.
Hampir lima menit, Vansa memeriksa membuat Felina geram dan ikut keluar dari mobil.
"Eh elu kenapa keluar entar elu sakit ngimana?sana masuk dulu"pinta Vansa yang mendapat gelengan dari Felina. "Elu lama amat sih ngimana kalau kita panggil tukang bengkel ajah" ucap Felina.
"Oh iya...sini bentar gue cari bengkel terdekat dulu yah..."
"Enggak usah...biar gue ajah,gue tahu kok bengkel terdekat disini" pinta Felina dan dia langsung pergi tanpa jawaban dari Vansa.
Vansa hanya berharap kalau gadis itu baik-baik saja dan kembali memeriksa mesin mobil nya kembali.
Tidak menunggu lama, seorang lelaki paruh baya berjalan bersama Felina yang seperti adalah tukang bengkel.
"Sini biar saya periksa"ucap bapak itu dan langsung memeriksa bagian mesinnya.
"Ngimana pak... mobil saya?"
"Ooo mobilnya ada yang rusak, padahal saya lihat mobilnya baik-baik saja dan ini butuh waktu yang lama" jawab Bapak itu yang terus memeriksa.
"Jadi pak ngimana kalau saya titip mobilnya entar saya ambil kalau sudah selesai?" Tanya Vansa yang langsung diangguki oleh bapak itu.
"Bisa..."
Vansa dan Felina saling tatap muka. "Ngimana kalau elu ke apartemen gue ajah... soalnya apartemen gue tinggal dekat lagi?"tanya Vansa.
"Hhmmm.... yaudah deh tapi baju ganti gue?"
"Kita beli ditoko baju dekat sini ajah" jawab Vansa dan mereka akhirnya pergi berjalan ditengah hujan yang deras ini.
Semua orang berlindung saat ada hujan tapi bagi Felina hujan adalah tempat dimana dia mendapatkan kebahagiaan seperti ini.
"Elo kedinginan?" Tanya Vansa tiba-tiba. "Ee.. enggak "jawabnya yang masih setia menatap indahnya kota kelahirannya. Vansa yang memandang hanya tersenyum dan segera menggenggam tangan Felina.
Sontak Felina terkejut dengan apa yang dilakukan oleh cowok yang berada disampingnya sekarang. "Elu ngapain megang tangan gue segala? alay"ucapnya berusaha untuk tetap santai.
"Emang ngak boleh...lagian elukan sahabat gue yah kali dimarahi gegara pegangan tangan"jawab Vansa sambil tersenyum.
Deg. Antara sakit hati atau bagaimana yang terpenting hati Felina seperti ditusuk-tusuk jarum yang tajam. Sangat sakit bahkan sakit daripada perkataan orang yang menjelekkan fisik nya.
"Kita udah sampai nih...elu masuk ajah gue nunggu diluar"pinta Vansa yang membuyarkan lamunan Felina.
"Eh?iya tapi elu ngak kedinginan kan?oh iya...guekan ngak bawa uang sisa?"
"Udah tenang ajah...gue bawa kartu kredit kok,jadi elu suka hati mau beli semua...bila perlu beli banyak sekaligus"ucap Vansa dengan bangga.
Dengan garangnya,Felina langsung mencubit pinggang Vansa membuat cowok yang berada disampingnya meringis kesakitan.
"Enaka ajah yah... mending beli makanan kenyang lagi"oceh Felina. "Elu yah dikasih baju gratis malah dicubitin...sini gue cubit balik" dengan cepat Vansa langsung mencubit pipi tembem Felina, alhasil gadis itu meringis dan berupaya melepas tangan Vansa dari wajahnya yang sudah merah akibat cubitan yang dibuat oleh Vansa.
"Iiiiihhh....sakit tahu!udah ahk...gue mau masuk dulu"pinta Felina lalu segera masuk ketoko. Sedangkan Vansa hanya menatap kepergian gadis yang menurut dia sangat imut dan manis.
"Felina Moisture analyzer, dia adalah gadis yang aku punya selama selamanya...tidak peduli bila dunia membenci kami yang terpenting dia selalu ada disamping ku,karena dia adalah milik gue seutuhnya...tidak ada yang boleh mengambil nya bahkan menyentuh dirinya sekalipun.tidak!"
Nah kan Vansa kayak gitu lagi...siapa sih yang ngak mau punya cowok kayak Vansa?gue yang author ajah mau...hehehe...
Budayakan vote and coment sesudah membaca.harus!!!hehehe canda, jangan cemberut dong...nah gitu kan cantik/ganteng kalau senyum:)