Chereads / Takdir Cinta Diandra / Chapter 1 - Aku dilamar

Takdir Cinta Diandra

Phat_Cute
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 16.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Aku dilamar

POV Diandra

"Pagi, Sayang," sapa Abimanyu saat aku sedang mencari file yang akan dibawa saat rapat nanti.

"Baru sampai?" tanyaku masih fokus pada tumpukan file di meja.

"Huum!" Ia menjawab dengan bergumam.

Aku mengangkat kepala melihat padanya ternyata ia sedang menatapku sambil menaik turunkan alisnya.

"Aku kan sudah bilang, jangan pulang malam-malam!" ucapku dengan menatap sebal padanya.

Bukannya marah Abimanyu malah terkekeh melihatku cemberut. Dalam hitungan detik ia sudah berpindah posisi ada di belakangku.

Ia meletakkan dagunya di bahuku, "Maaf," bisiknya.

Aku yang kesal langsung menyingkirkan kepalanya, dan memutar kursi. Sekarang kami saling berhadapan.

Abimanyu setengah berdiri, dengan kedua tangan memegang pinggiran kursiku. Ia mengunci netraku hingga kedua manik hitam kami bertemu.

"Maaf, aku janji nggak akan ngulangin lagi," katanya penuh penyesalan.

Sebenarnya aku tidak beneran marah, aku hanya kecewa saat mengetahui kalau semalam ia pulang larut dan dalam keadaan mabok.

Semalam ia ada undangan pesta dari teman kuliahnya, pesta khusus laki-laki, sebab itu ia tidak mengajakku serta. Tapi tadi pagi aku meneleponnya yang angkat maminya, dan mengatakan ia masih tidur karena pulang larut dan habis minum banyak.

Padahal ia sudah berjanji padaku untuk meninggalkan kebiasaan lamanya. Aku cuma tidak mau kebiasaan buruknya akan kembali lagi.

"Sudah sarapan?" tanyaku, mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, tapi belum sempat minum kopi," jawabnya dengan wajah memelas. "Buatin aku kopi, mau kan, Di."

"Sudah aku buatkan di dalam. Sana siap-siap jam sepuluh kita ada meeting!"

"Siap, Sayangku. I love you," ucapnya sambil mencium keningku.

"Love you too," sahutku, membuat ia tersenyum, kemudian masuk ke ruangannya.

Kami sudah berhubungan selama dua tahun. Walau pun kami berpacaran, di kantor baik aku mau pun Abimanyu tetap bersikap profesional antara atasan dan sekertaris.

***

"Tunggu aku di lobbi!" Pesannya saat aku sedang bersiap-siap untuk pulang.

"Sudah mau pulang, Bu," sapa Pak Bowo seorang security saat aku tiba di lobbi.

"Iya, Pak. Ini lagi nunggu Pak Abi," sahutku kemudian duduk di bangku tunggu.

Kantor sudah sepi, karena karyawan yang lain sudah pulang sejak setangah jam yang lalu. Setelah menunggu lima belas menit, Abimanyu muncul juga. Dengan lengan kemeja digulung setengah, jas yang tadi ia gunakan di sampirkan di tangannya.

"Come on baby," ucapnya, dengan tangan sebelah kiri terulur padaku.

Aku langsung meraih tangannya, dan ia pun menggenggamnya erat. Kami tidak selalu pulang bersama, tapi hari ini ia mengajak pulang bersama karena ada yang ingin ia katakan padaku.

"Kita mau ke mana, Bi?" tanyaku saat kami sudah berada di dalam mobil.

"Kalau aku kasih tahu, bukan surprise lagi dong," jawabnya sambil tersenyum jahil padaku.

Refleks aku langsung mencubit lengannya, "Ampun, sakit, Sayang!" ungkapnya sambil terkekeh.

Hari sudah hampir malam, jalanan Ibukota dipadati berbagai kendaraan. Sepanjang jalan tidak banyak obrolan antara kami, karena Abimanyu fokus menyetir.

Ternyata ia membawaku ke pantai. Aku memang suka suasana malam di pantai. Sunyi, hanya terdengar suara deburan ombak, apa lagi ini bukan weekend jadi tidak banyak pengunjung yang datang.

Aku pikir ia akan mengajak makan malam di salah resort yang ada di sana. Tapi ternyata dugaanku salah. Ia malah mengajakku berjalan di pinggiran pantai. Sesekali ombak membasahi kaki kami.

Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. "Di, maafin aku, ya. Karena udah buat kamu kecewa. Aku janji nggak akan ngulangin kesalahan itu lagi," ucapnya sambil menggenggam kedua tanganku.

"Jangan berjanji padaku, Bi. Berjanjilah pada dirimu sendiri. Apa yang kamu lakuin semalam itu, bukanlah sesuatu yang baik."

"Iya Di, aku janji nggak akan melakukan itu lagi. Kamu maukan maafin aku."

"Aku udah maafin kamu, tapi aku kecewa, karena semalam kamu itu bilang kalau pestanya di rumah, bukan di club!"

Abimanyu kaget mendengar ucapanku. Semalam dia telah berbohong padaku. Kalau saja ia jujur aku tidak akan pernah mengijinkannya datang ke pesta itu.

Padahal sudah sejak lama ia meninggalkan dunia malam, ia sama sekali tidak pernah minum atau keluyuran ke club lagi.

"Di, maafin aku."

Tiba-tiba Abimanyu berjongkok di depanku. Tangannya mengambil sesuatu dari saku kemejanya.

"Will You Merri Me," ucapnya sambil membuka sebuah kotak berbentuk hati.

Sebuah cincin bermata indah, yang sempat kami lihat di sebuah toko berlian waktu itu, aku tidak menyangka ia membelinya untukku.

"Maukah kamu menjadi pendamping hidupku,  yang menemaniku dalam suka maupun duka. Menjadi Ibu dari anak-anakku kelak."

Mataku memanas, aku terharu tidak menyangka Abimanyu akan melamarku.

Aku mengangguk tanda setuju, Abimanyu langsung memakaikan cincin itu di jari manisku.

"Terima kasih," ucapku pelan, air mataku akhirnya lolos juga.

"Kenapa menangis?" Abimanyu menghapus air mataku dengan kedua ibu jarinya.

"Aku bahagia."

Abimanyu mencium keningku, kemudian ia memelukku erat. Malam itu jadi saksi, saat Abimanyu membuktikan keseriusan cintanya padaku.

"Sayang," bisiknya

"Yaa," sahutku sambil mengangkat kepala kemudian menatapnya.

"Aku lapar!" serunya dengan mimik lucu, membuatku tidak bisa menahan tawa.

***