Chereads / MARRY AN IMAGINARY HUSBAND / Chapter 3 - SIAPA YANG BERUNTUNG DISUKAI AMETSA?

Chapter 3 - SIAPA YANG BERUNTUNG DISUKAI AMETSA?

12 tahun kemudian ...

Kini seorang gadis baru saja terlambat karena semalam ia harus bermimpi indah dan membuat dirinya lupa bahwa itu bukanlah berada di dunia nyata. Sebut saja namanya adalah Ametsa, gadis yang selalu menjadi incaran para pria yang bekerja di sebuah Cafe.

"Kamu terlambat lagi, Ametsa?" ujar salah seorang karyawan yang juga bekerja di Cafe dimana tempatnya bekerja.

Gadis itu saat ini sedang mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal sehingga seorang laki-laki yang berada di hadapannuya saat ini menggelengkan kepala.

"Aku tidak terlambat," bantah Ametsa yang kini mendongakkan kepala menatap teman kerjanya itu. "Apa kau tidak tahu?"

Kening dari laki-laki yang berada di hadapannya saat ini pun berkerut setelah mendengar jawaban yang tidak dimengerti olehnya sama sekali sehingga membuat Ametsa menyunggingkan senyumannya.

"Tidak terlambat kamu bilang?" Laki-laki itu menggelengkan kepala, "Apa kamu sudah gila?"

Ametsa terkekeh setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh temannya itu.

"Ya, aku memang gila, bahkan setiap malam." Gadis itu pun berlalu pergi meninggalkan laki-laki yang masih saja terdiam mematung sembari memikirkan yang baru saja diucapkan oleh Ametsa kepadanya. "Sudahlah, pesanan mana yang harus ku antar?"

Akan tetapi laki-laki itu sepertinya tidak mendengar apa yang baru saja dikatakannya sehingga membuat Ametsa yang sudah siap memakai celemeknya pun langsung menghela nafas dan berjalan mendekati temannya itu dengan satu tepukan dipundaknya.

"Daniel," panggilnya setelah berada tepat di belakang laki-laki itu. "Apa yang kamu pikirkan?"

Keterkejutan Daniel membuat gadis itu mengangkat kedua alisnya dan seseorang yang berada di hadapannya saat ini langsung memutar tubuhnya hendak menatap gadis di hadapannya tersebut.

"Apa kamu memiliki kekasih?" tanya laki-laki itu spontan yang membuat Ametsa langsung membelalakkan kedua matanya dengan satu tangan yang hendak menampar seseorang yang berada di hadapannya saat ini jika saja Daniel tidak cepat menahan pergelangan tangan gadis itu. "Apa? Menamparku lagi?"

Ametsa yang mendengarnya pun kembali terkekeh, lalu menyentuh kening dari temannya tersebut untuk memastikan bahwa laki-laki itu memang baik-baik saja.

"Kamu baik-baik saja, Daniel." Gadis itu merasa kebingungan kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini, lalu kembali berkata, "Aku pikir ..."

Kening Daniel berkerut dengan kedua tangan yang melipat di dada. "Kamu pikir aku gila?" tebaknya yang langsung diangguki oleh gadis di hadapannya tersebut sehingga membuatnya langsung membelalakkan kedua mata lalu menggelengkan kepala.

Suara pecahan benda membuat Daniel dan Ametsa langsung memusatkan perhatiannya ke arah depan dimana para pengunjung berada.

"Apa yang terjadi?!" tanya Daniel yang membuat gadis di hadapannya itu langsung berlari ke arah sana untuk melihat yang terjadi di depan sana. "Bos bisa marah jika sampai dia tahu tentang ini."

Semua orang langsung memusatkan perhatiannya ke arah sepasang kekasih yang ternyata sedang bertengkar membuat Ametsa langsung menghela nafas dan memijit pangkal hidungnya sejenak sebelum akhirnya berjalan mendekati mereka.

Seorang pria yang sedang menundukkan kepala, serta wanita yang kini berdiri memandang terkejut dengan kehadiran yang sepertinya juga adalah kekasihnya sedang menatapnya.

"Jadi seperti ini perbuatanmu di belakangku, hah?" ujar laki-laki itu yang baru saja melempar benda yang berada di dekatnya. "Apa kamu sudah gila? Untuk apa aku bekerja jika bukan untuk menikahimu?! Tapi, inikah balasanmu padaku?!"

"Daniel, aku mohon maafkan aku. I-ini tidak seperti yang kamu pikirkan, aku mohon percayalah."

Laki-laki itu yang mendengarnya pun langsung menghela nafas dengan kedua tangan yang berkacak pinggang sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Kamu pikir aku bodoh?" tanyanya dengan senyum smirknya itu. "Selama ini aku selalu mengawasimu tanpa kamu tahu itu!"

Wanita di hadapannya saat ini terkejut dan menangis setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh kekasihnya tersebut. Ia memohon-mohon kepada laki-laki yang bernama Daniel dengan kedua tangan yang dirinya coba untuk menggenggamnya.

"Daniel, dia bukan siapa-siapa, aku hanya---" Seorang laki-laki yang sedari tadi diam pun langsung berdiri dan menyela ucapannya lalu berkata, "Hanya sedang bersenang-senang."

Deg.

Ametsa yang mendegarnya pun langsung terperangah dengan satu tangan yang menutupi mulutnya berusaha untuk menahan tawanya. Hingga dimana sebuah tepukan di pundaknya membuat ia langsung menoleh ke arah samping dan dirinya mendapati Daniel yang juga sedang menatap yang terjadi di sana.

"Apa yang kamu tertawakan, huh?" tanya Daniel kepada Ametsa.

"Laki-laki itu memiliki nama yang sama denganmu, Daniel. Dia baru saja menghampiri kekasihnya yang sedang berselingkuh, malang sekali."

Daniel yang mendengarnya pun langsung menggelengkan kepalanya dan menghela nafas, "Lalu kenapa kamu malah tertawa, huh?"

"Aku hanya teringat padamu, Daniel. Kamu dan dia memiliki nama yang sama, juga..." Ametsa tidak berani untuk melanjutkan perkataannya dikarenakan temannya itu yang kini menatapnya kesal kepadanya membuat ia mengulum bibir dan dirinya memilih untuk terdiam. "Juga apa, huh?! Kamu tahu aku melakukan itu karena dirimu."

"Siapa suruh kamu menyukaiku?!" Kesal Ametsa kepada seseorang yang berada di sampingnya saat ini, lalu gadis itu pun kembali berkata, "Aku sudah lama memberi peringatan padamu untuk tidak menyukaiku, Daniel."

Laki-laki itu yang mendengarnya pun langsung menghela nafas, lalu mulai menghadap seorang gadis yang kini terkejut dengan yang sedang dilakukan oleh teman kerjanya tersebut dengan kedua alis yang terangkat.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ametsa terkejut melihat seseorang yang berada di hadapannya saat ini sedang menggenggam tangannya sembari menatap dengan penuh kelembutan. "Daniel, apa kamu sudah gila?!"

Daniel menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak, aku memang ingin seperti ini padamu. Apa itu membuatmu kesal?"

Gadis di hadapannya itu pun yang mendengarnya menghela nafas, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kedua tangan yang melipat di dada membuat Daniel merasa dicampakkan kembali untuk kesekian kalinya.

"Daniel, aku tidak bisa terus-menerus seperti ini. Jika kamu masih seperti ini, lebih baik aku berhenti dari pekerjaan ini."

Laki-laki tersebut langsung membelalakkan kedua matanya dengan tangan yang melambai di hadapan Ametsa yang saat ini kesal kepadanya.

"Tidak!" Daniel menolak apa yang baru saja dikatakan oleh gadis di hadapannya itu, lalu menghela nafas dengan kepala yang menunduk. "Ya sudah, aku tidak akan pernah memaksamu lagi untuk menjadi kekasihku. Tapi, jangan memintaku untuk melupakan perasaan ini karena aku sangat menyukaimu, Ametsa."

Deg.

Entah kenapa Ametsa saat ini menjadi merasa bersalah kepada laki-laki yang berada di hadapannya sehingga gadis itu tiba-tiba kembali teringat dengan mimpinya semalam. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya sedang jatuh cinta pada seseorang yang berada di dalam mimpinya, karena itu sangatlah tidak nyata.

"Aku menyukai orang lain, Daniel." Ametsa tersenyum kepada laki-laki yang kini mendongakkan kepala menatap ke arahnya, "Maafkan aku."

Setelah itu Ametsa pun kembali menuju ke dapur dengan meninggalkan Daniel yang diam terpaku karena mendengar yang baru saja dikatakan oleh gadis yang begitu disukainya itu sejak lama.

"Apa?" ujar Daniel terkejut. "Jadi selama ini Ametsa menyukai seseorang? Siapa orang yang beruntung disukai oleh gadis sebaik dirimu?"