Sebuah telur baru saja menetas membuat seorang pria tua yang bertugas menjaganya pun langsung datang dan menemukan penghuni telur tersebut yang kini sedang berbaring dengan kedua mata yang terpejam.
"Apa dia sudah sadar?" tanya pria tua itu dengan begitu khawatir.
"Belum, Tuan. Sepertinya dia belum diharuskan berada di sini."
Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seorang tabib tersebut membuat pria tua itu menghela nafas. Ada banyak keanehan yang terjadi di sini membuatnya menjadi bertanya-tanya.
"Jika memang dia belum seharusnya dilahirkan, lantas kenapa telur itu sudah pecah?" ujarnya di dalam hati. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Pria tua itu pun akhirnya memutuskan untuk memindahkannya kembali ke tempat semula dengan mengubah telur yang sudah pecah tersebut seperti belum pernah terjadi.
Ada begitu banyak yang belum terlahir, dan ia menjaganya di sini. Pria tua itu selalu memastikannya setiap saat. Dirinya yang bertanggung jawab atas telur-telur tersebut. Sudah menjadi tugasnya untuk selalu menjaga apapun yang sedang berusaha untuk terlahir dan tumbuh dengan layak.
Kini pria tua itu sedang memperhatikan beberapa petugas yang melaksanakan pekerjaan untuknya. Salah satu di antaranya adalah seorang anak kecil yang dibiarkan berkeliaran di sekitaran Taman hanya untuk merawat bunga-bunga tersebut.
"Tuan," panggil anak kecil itu. Kedua matanya melihat bagaimana pria tua yang berada di hadapannya saat ini seperti sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya langsung bertanya, "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Mendengar apa yang baru saja dikatakan olehnya membuat pria tua itu langsung menghela nafas, lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada, aku hanya kelelahan saja."
Anak kecil itu yang mendengarnya pun langsung menggangguk mengerti, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam keranjangnya yang selalu ia gendong. Kemudian diberikan kepada pria tua tersebut sebagai obat untuk menghilangkan rasa lelah Tuannya sendiri.
"Ini minumlah, dan jangan lupa untuk selalu menghabiskannya, Tuan."
"Terima kasih, Masao."
Setelahnya pria tua tersebut pun langsung pergi begitu saja meninggalkan Masao yang sedari tadi memandang punggung itu yang semakin menjauh.
Anak laki-laki itu pun kembali menuju Taman untuk melihat bunga-bunga yang sedang bermekaran. Senyumannya tidak pernah luntur karena Masao yang sangat mencintai mereka yang sedang berusaha untuk lahir dan tumbuh.
Hingga dimana ia menemukan sesuatu yang membuat dirinya terkejut, sebuah bunga yang berada di dalam pot selalu terlahir dan mati dengan begitu cepat membuatnya menghela nafas.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Apa kau tidak ingin terlahir seperti mereka?"
Pandangannya langsung beralih ke arah sekitar dimana terdapat bunga-bunga yang sudah berhasil tumbuh dengan begitu baik. Setelahnya Masao menyimpan kembali pot itu ke tanah, dimana tempatnya semula.
Sudah bertahun-tahun ini selalu terjadi kepada mereka yang tidak diberikan sebuah keberuntungan dalam kehidupannya. Terlahir dan mati dengan begitu cepat bukanlah sesuatu yang mudah bagi yang mendapatkan takdirnya.
Bahkan, hingga saat ini tidak ada yang tahu bagaimana mencegah agar itu tidak pernah terjadi. Masao sekalipun tak pernah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka yang diberikan hidup dengan sesingkat itu.
"Untuk apa mereka terlahir jika hidupnya hanya sebentar saja?" gumam Masao dengan polos. "Seandainya aku sepertimu, apa aku akan merasa sedih? Takdir memang begitu kejam untuk mereka yang mendapatkan keinginannya dengan begitu mudah, meskipun itu hanya sesaat saja."