Devan yang secara langsung meminta Ijin kepadanya untuk berhubungan dengan putrinya sangat di hargai oleh Santi. Karena di jaman sekarang ini sangat jarang pria yang bersikap seperti itu terlebih orang kota. Mereka kebanyakan justru melakukan hubungan secara sembunyi-sembunyi tanpa meminta adanya sebuah restu.
"Ternyata acara di kampung lebih seru dari acara dikota ya." ujar Devan sambil tersenyum senang.
"Memangnya apa bedanya? Dan seru apanya? Justru di kampung tak semeriah di kota kan?"
"Ya memang benar tapi disini suasana dan kekeluargaannya masih terasa sangat kental. Penyanyi lebih di hargai dan lagi setelah acara selesai semuanya yang menikmati jamuan masih saling ngobrol, kalau di kota mungkin akan langsung pulang tanpa perduli lagi dengan hal lain."
"Ah apakah begitu? Kalau menurutku di kota penyanyi lebih di hargai, mereka yang menonton lebih bisa menikmati sebuah karya seni, tidak seperti di kampung yang hanya bisa melihat penyanyi dari goyangannya saja. Semakin dahsyat goyangannya akan semakin banyak mereka memberikan saweran. Namun sebagian mereka justru tak bisa bersikap sopan."
Ternyata Devan dan Seina punya pandangan sendiri-sendiri tentang penyanyi kampung dan penyanyi kota. Devan menilai seperti itu karena ia sendiri baru melihat apa yang ada di depannya dan baru saja ia alami. Sedangkan Seina menilai sebaliknya karena ia sudah mengalami menjadi penyanyi kampung dan belum sepenuhnya mengalami menjadi penyanyi kota.
Setelah acara selesai merekapun pulang bersama menggunakan mobil baru Seina yang di kendarai oleh Devan. Santi dan Ilham juga ikut serta.
"Seina ini mobil kamu nyaman banget ya?" Ilham tampak katrok dengan mobil baru Seina hingga ia menyentuh semua interior yang ada di dalamnya.
"Jangan banyak gerak. Ini mobil mahal nanti lecet!! Meskipun aku gak beli pake uang tapi aku mendapatkannya dengan susah payah." Seina memperingatkan Ilham.
"Idih.. sombong amat kamu Sein.. Nanti kalau aku udah jadi manager kamu aku juga mau beli mobil sendiri yang lebih bagus."
"Ya jelaslah aku sombong. Karena aku dapetin ini gak mudah dan gak instan. Gak seperti anak orang kaya yang hanya taunya tinggal minta." Seina dan Ilham berdebat dan ramai sendiri. Keduanya memang sering seperti itu jika bersama walaupun keduanya sebenarnya punya hubungan yang sangat baik.
"Sudah sudah.. Kalian ini kalau ketemu udah kayak pasar aja ramenya bikin pusing yang denger. Ucapan Seina itu memang benar tapi ucapan Ilham juga benar. Kamu gak boleh sombong nak meski kamu sedang di atas dan mendapatkan sesuatu yang baik ataupun posisi yang baik kamu harus tetap rendah nanti dan jangan sombong." Santi menghentikan kegaduhan dengan memberikan wejangannya.
"Dan kamu Ilham. Kamu kan, sebentar lagi mau jadi menagernya Seina. Apapun yang seina lakukan budhe harap kamu selalu mengingatkan putri budhe untuk tetap berada dalam jalan kebaikan. Jika ia salah langkah tolong diingatkan dan selalu di jaga dengan baik."
"Baik bude. Saya akan menjalankan tugas dan tanggung jawab saya dengan baik. Tapi masalahnya saya belum pernah ke kota jakarta jadi saya juga agak takut begitu." ucapan Ilham membuat santi dan Seina menepuk kening mereka dengan kompak. Jawaban polos Ilham rupanya malah menimbulkan sebuah gelak tawa.
"Tante tenang saja. Selama di jakarta saya yang akan menjamin Ilham dan Seina dalam keadaan aman. Saya juga akan mengajari Ilham bagaimana menjadi seorang manager yang baik dan mengatur management job Seina nantinya. Sekarang kan sekarang saya pacarnya Seina jadi tentu saja saya akan melakukan hal yang terbaik untuk seina termasuk melindunginya. Ya kan Sayang..?" Devan yang menyetir mobil melirik kearah gadis yang duduk di bangku sampingnya sambil tersenyum semanis mungkin, membuat seina juga terpaksa tersenyum karena Santi yang ada di bangku belakang memperhatikan mereka berdua.
***
Setelah beberapa hari tinggal di kampung Mulyo tempat tinggal Seina kini Seina siap untuk kembali ke jakarta. Pemberitaannya dengan Devan membuatnya kini di banjiri berbagai tawaran baik iklan maupun menyanyi.
Seina. Ilham dan Devan kini bersiap menuju ibukota. Ilham sendiri yang belum pernah ke ibukota tampak sangat ke girang bagai seorang anak kecil yang di ajak jalan-jalan.
Sesampainya di jakarta Seina dan Ilham telah di sediakan sebuah rumah kontrakan oleh Devan. Rumah yang cukup bagus dan jauh lebih besar dari rumah keduanya di kampung. Devan juga telah melengkapi rumah tersebut dengan dua orang asisten rumah tangga yang akan membantu bersih-bersih dan memasak.
"Wahh.. Rumahnya bagus dan besar ya.." Ilham yang baru masuk terkagum-kagum dengan rumah kontrakan yang Devan sewa untuknya dan seina.
Kalian berdua tinggal di sini. Kalian akan di temani Bi Surti dan Bi Asih. Tapi ingat jangan macam-macam pada Seina.!!" ucap Ilham memberi peringatan keras.
"Hei.. Kita itu dari kecil tumbuh bersama luar dalamnya Seina aku juga udah tau." jawab Ilham dengan cuek yang justru seketika ia mendapatkan timpukan sebuah benda dari Seina yang malu. Ilham hanya bisa mengelus kepalanya yang baru saja di lempari sebuah tas oleh Seina.
"Oh ya Devan, lalu kau sendiri tinggal dimana?"
"Aku punya rumah sendiri. Tapi bukan disini."
"Jadi kau tidak ikut disini dengan kita?" tanya Ilham.
"Tentu saja tidak. Bisa jadi Brita heboh nanti kalau aku ikut tinggal di sini sama Seina. Bisa-bisa kita digrebek dan langsung di kawinkan."
"Ah kau benar juga."
"Besok pagi Seina ada jadwal bertemu dengan agensi pemotretan untuk salah satu model iklan. Jadi kalian siap-siap saja."
"Ha apa?? Besok? Tapi aku belum siap bagaimana ini..?!"
"Jangan khawatir. Besok aku juga akan ikut pemotretan bersama Seina. Karena mereka ingin kita jadi bintang utamanya. Dan kau Ilham kau harus mulai belajar mulai sekarang untuk mengurusi Seina. Seina sekarang bukan hanya sahabatmu tapi juga artis yang harus kau jaga dan juga kau perhatikan segala sesuatunya termasuk hal terkecil sekalipun."
"Apakah memang harus begitu?".
"Tentu saja. Kau mau tidak digaji?"
"Hei tentu saja aku mau. Aku kan tadi hanya bertanya karena aku tidak mengerti. Huhh.." Ilham mengerucutkan bibirnya merasa malas dengan Devan yang ternyata terlalu banyak aturan. Memang faktanya Devan lebih dewasa dan dia tentu saja lebih tau dan juga lebih berpengalaman. Mau tak maj Seina dan Ilham hanya tunduk dan mematuhi semua perintah Devan.
"Baiklah kalian lebih baik beres-beres lalu istirahat dulu. Aku juga akan pulang besok aku akan kemari lagi jika butuh sesuatu minta saja pada Bi Surti atau Bi Asih."
Devanpun melenggang pergi menggunakan mobilnya sendiri yang sebelumnya sudah menjemputnya di rumah kontrakan Seina.
Bersambung..!