"Apakah kau serius dengan Seina?" suara itu tiba-tiba mengagetkan Devan yang masih terjaga.
Suara itu berasal dari Ilham yang terpejam. Devan menatapnya dengan bingung apakah Ilham melantur dalam tidurnya? Ataukah ia memang masih terjaga?
"Hei aku bertanya kepadamu. Apakah kau serius dengan Seina?" Ilham kembali bertanya namun kini ia membuka matanya.
"Kau?? kau bermimpi atau tersadar?"
"Tentu saja aku sadar kau kira aku sudah gila?"
"Aku kira tadi kau.. Ah sudahlah.."
"Jawab dulu pertanyaan ku?"
"Memangnya apa pedulimu aku serius atau tidak pada Seina?"
"Tentu saja aku perduli. Seina itu sahabatku. Meskipun aku sedikit lebih tua darinya. Aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Sejak duku ia sering di bully teman-temannya dan sering menangis. Dan aku tak ingin jika dia berhubungan denganmu dia hanya akan merasakan kesedihan. Atau mungkin di permalukan." ucap Ilham yang kini bangun dan menatap Devan dengan serius.
"Apakah kau juga suka dengan Seina?" kini Devan membalik pertanyaan Ilham.
"Aku? Haha.. Jika kita tak tumbuh bersama mungkin aku juga menyukainya. Sayangnya rasa sukaku kepadanya adalah sebagai kakak kepada seorang adik. Akulah yang selalu membelanya saat dia di bully oleh teman yang lain. Dan aku juga tak akan membiarkan kau menyakiti Seina ataupun mengecewakannya."
"Apakah kau serius? Belum apa-apa aku sudah mendapatkan ancaman keras darimu." Devan tampak mendengus kesal.
Namun jujur saja Devan bingung dan tak tah harus menjawab apa, karena yang sesungguhnya ia melakukan semua ini hanya karena sebuah kompromi dan perjanjian saja tanpa di dasari rasa cinta ataupun perasaan lainnya.
"Oke baiklah tentu saja aku tidak akan menyakitinya."
"Apakah aku bisa percaya padamu?" ilham memicingkan matanya tampak ragu.
"Lalu aku harus bagaimana? Kau mau mengikuti kami terus-terusan begitu, Agar kau percaya?"
"Mungkin itu ide yang bagus. Tapi tentu saja tidak mungkin."
"Memangnya apa pekerjaanmu?"
"Aku bekerja di sebuah bengkel diujung jalan sana."
"Apa kau tak ingin punya pekerjaan lain?"
"Pendidikan ku hanya sampai smk dan itupun lulusan kampung mana bisa aku kerja kantoran seperti orang di tv-tv itu."
"Apakah kau mau sebuah pekerjaan yang menguntungkan sekaligus bisa menjaga Seina juga?"
"Hah maksudnya? Memangnya ada pekerjaan semacam itu?"
Devan memikirkan sesuatu. Ia mungkin juga bisa membantu ilham dan juga bisa membuat Seina merasa nyaman di dekatnya karena akan ada sahabatnya yang selalu menemaninya.
"Tentu saja ada. Kau jadi managernya Seina saja."
"Manager? Apa itu?" tanya ilham dengan polosnya.
Mendengar ilham yang tak tau tentang manager Devan hanya bisa menepuk keningnya, ia lupa jika dirinya bicara dengan orang kampung yang lugu dan polos. Namun sok menjadi preman jika menyangkut tentang Seina.
"Besok kita akan bahas hal ini dengan Seina. Dia adalah pendatang baru di dunia musik dan di dunia entertainment jadi dia butuh seorang manager. Manager adalah orang yang mengatur jadwal artisnya dan yang mengatur jobnya. Jadi kau bisa bekerja dengan Seina sekaligus menjaganya. itu pun kalau kau mau. Dari pada dirumah mengurus sapi."
"Hei. Sapi itu adalah aset. Jarang-jarang orang kampung sini yang punya sapi dan punya sawah.." Ucap Ilham dengan bangganya. "Sepertinya tawaran itu menarik dan sepertinya kerjanya juga mudah." Ilham berpikir dan tampaknya ia tertarik dengan tawaran Devan.
"Seina belum tau tentang hal ini. Tapi aku yakin jika pasti dia juga akan setuju karena yang jadi managernya adalah orang yang mengenalnya dan sangat dekat dengannya."
"Baiklah.. Kalau begitu lebih baik kita tidur sekarang." ajak Ilham. "Dan ingat jangan banyak bergerak nanti ranjang ku yang reot ini bisa ambruk..!" pinta ilham.
Devanpun akhirnya kembali merebahkan tubuhnya dengan sangat hati-hati ia khawatir apa yang ilham katakan akan menjadi kenyataan. Ia tak mau ranjang ini ambruk dan ia tak bisa tidur di bawah karena punggungnya pasti akan sangat sakit. Kini Devan pun mencoba untuk tidur dengan tak banyak bergerak ia seolah menjelma menjadi mayat hidup yang tak berani bergerak sedikitpun. Ia juga menutup sebagian wajahnya dan hidungnya agar bau sapi yang menyeruak tak mengganggu tidurnya malam ini. Uang Devan inginkan adalah hari segera pagi dan malam cepat berlalu. Ia tak sanggup jika tiap malam harus tidur di kamar ilham seperti ini bisa-bisa ia gila dibuatnya jika harus menjelma menjadi mayat hidup sambil menutup hidungnya seperti ini.
Pagi indah yang Devan harapkan rupanya tak berjalan mulus sesuai harapan. Kini saat ia membuka mata justru di kuaran sana sudah ada keributan dan kehebohan. Bagaimana tidak kini bahkan media dan para reporter sudah sampai di kampung Seina. Mereka tau karena ada yang sengaja mempostis foto Devan yang sedang berada di kampung Mulyo dimana kampung tersebut meruoaka. tempat dimana Seina tinggal.
Kini pemberitaan mengetai Seina dan Devan sudah menjadi konsumsi publik. Hampir semua media dan juga portal online memberitakan perihal kedekatan mereka berdua. Dan kini para reporter itu ingin mendengar jawaban langsung dari Seina yang belum pernah mengucapkan jawabannya perihal hubungannya dengan Devan. penyanyi dan musisi berkaca mata itu.
"Ada apa ini?" Seina yang baru saja keluar rumah di kejutkN dengan suara bising dan ribut. Dan ternyata di luar rumahnya kini sudah di penuhi oleh para reporter yang ingin meliput berita. Seina yang bahkan belum siap dan hanya mengenakan pakaian ala kadarnya tampak malu menghadapi banyaknya reporter di depannya. Seketika Seina langsung masuk kedalam rumah lagi dan mengganti bajunya dengan yang lebih pantas ia juga menyisir rambutnya dan memoleskan sedikit lipstik agar lebih fresh.
Devan yang bisa melihat kegaduhan di depan rumah Seinapun segera mendekat ia paham jika nantinya Seina pasti akan kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para reporter jika tak ia dampingi.
"Maaf sepertinya biarkan Seina bersiap terlebih dahulu baru kalian liput." pinta Devan yang kini berjalan mendekat.
Kehadiran Devan justru .membuat para awak media malah mengambil gambar dan mengarahkan kameranya pada Devan. Namun Devan menolak menjawab lantaran ia ingin tampil berdua dengan Seina.
Setelah beberapa menit Seina pun kembali keluar rumah dengan tampilan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Sebenarnya Seina begitu gugup baru kali ini ia bertemu media dalam jumlah banyak dan sedekat ini. Seina tampak canggung dan bingung harus bersikap bagaimana ia hanya mampu menebarkan senyumannya saat keluar dari rumah.
Melihat Seina yang tampak canggung Devan pun menariknya mendekat ke sisi tubuhnya. Seina yang merasa kaget karena di tarik hingga keduanya berjarak sangat dekat membuat Seina memandang pria bermata sipit di balik kaca matanya itu keduanya saling menatap dengan jarak pandang yang begitu dekat. Kameramen yang mendapatkan momen sempurna tersebut tentu saja tak menyia-nyiakan momen mereka langsung menghujani Devan dan Seina dengan tangkapan kamera yang menyilaukan keduanya.
Bersambung..!