Chereads / Kompromi Cinta Sang Idola / Chapter 29 - Aroma Sapi

Chapter 29 - Aroma Sapi

"Tapi bagaimana caranya?"

"Kita akan pikirkan Ini nanti. Yang penting aku sudah berjanji padamu dan kau juga harus berjanji kepadaku untuk menikah denganku."

Kini permintaan Devan semakin membuat Sejna tertekan. Ia yang baru tau perihal fakta ayah kandungnya kini di desak Devan untuk mah menikah dengan ya hanya demi status palsu. Status agar dirinya tak lagi di cap sebagai seorang gay. Yang sebenarnya entah dia benar-benar gay atau tidak Seina sendiri masih tak mengerti.

"Baiklah aku akan menuruti maumu untuk menikah denganmu dan menjadi istri settinganmu. Tapi aku punya satu syarat. Aku ingin melihat sendiri dompet pak Adiguna yang terdapat foto ibuku. Aku ingin memastikannya sendiri jika apa yang kau katakan itu adalah benar." ucap Seina seolah memberi tantangan kepada Devan.

"Aku tau mungkin ini akan sedikit sulit, tapi aku akan berusaha menyanggupi permintaan mu itu. Aku akan membantumu sampai kau tau segalanya tentang masa lalu kedua orang tuamu." Devan mengulurkan jari kelingkingnya kepada Sejna seolah ia membuat sebuah janji. Dan seina pun menyanggupinya. Seina menantikan jari kelingkingnya pada kelingkingnya Devan. Ia benar-benar sudah sangat penasaran dengan pak Adiguna benarkah ia memang adalah ayah kandungnya?

Tanpa Seina sadari ia telah mengingkari janjinya pada nathan dan membuat janji lain pada Devan hanya demi sebuah kompromi.

"Sekarang hapus air matamu. Aku tak ingin ada orang yang salah paham pada kita, nanti mereka kira aku telah melakukan hal buruk kepadamu."

"Lalu sekarang kita harus bagaimana?apa yang sebaiknya kita lakukan untuk memulai semua ini, untuk mencari bukti?"

"Sudah kubilang asal kan kau menjadi kekasihku, aku akan mengatur semuanya dan aku yakin aku bisa mendapatkan bukti itu."

"Tapi aku sendiri masih ragu dengan semua sandiwara ini."

"Kita akan memulainya saat kita kembali ke jakarta lagi."

"Lalu sampai kapan kau mau berada disini?"

"Disini cukup menyenangkan. Dan aku rasa aku juga perlu sedikit waktu disini untuk menenangkan diriku dari semua gosip-gosip yang menerpakh akhir-akhir ini. Jadi bolehkan aku tinggal di rumahmu untuk sementara waktu?"

"Mana mungkin. Tentu saja tidak boleh. Mana bisa aku membiarkan seorang pria tinggal dirumahku. Kah mau kita digerebek para warga?"

"Lalu aku harus tinggal dimana? Apakah disini ada hotel?"

"Jangan mimpi. Jika kau mau menginap di hotel kah harus pergi selama satu jam perjalanan untuk menuju ke perbatasan dimana disana ada sebuah hotel. Itupun juga cuma hotel kecil dan murah. Bukan hotel bintang lima seperti yang kau bayangkan."

"Lalu? Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Kau bisa tinggal di rumah Ilham. Aku akan bicara padanya nanti."

"Apakah dia adalah pria yang tadi mengataiku tua?"

"Ya. Dia tinggal didekat rumahku. Tapi ya kau harus tahan suatu hal."

"Apa itu?"

"Kah akan tau nanti. Itu juga kalah kau mau."

Devan penasaran dengan apa yang di maksudkan oleh Seina. Sementara Seina sendiri justru berusaha menahan tawanya. Kini tangisnya dan kesedihannya sudah luruh dan menghilang tergantikan oleh senyuman geli di bibir manisnya.

Keduanya memutuskan untuk pulang setelah bersepakat untuk saling membantu sagu sama lain dan saling menguntungkan.

Seina pergi kerumah Ilham bersama Devan. Keduanya ingin meminta ijin agar Devan bisa tinggal sementara waktu di rumah ilham.

Tok tok tok

"Seina ada apa ya?" seorang perempuan dengan rambut di gelung membuka pintu.

"Maaf budhe yanti saya sebenarnya mau minta ijin agar temen saya yang dari jakarta untuk menginap disini karena kan gak mungkin kalau menginap di rumah saya."

"Oh kamu Devan yang penyanyi itu kan? boleh.. Tentu saja boleh. Budhe juga ngefans sama kamu. Kamu boleh menginap disini sepuasmu." Yanti yang merupakan ibu ilham mempersilahkan Devan untuk menginap di rumahnya selama yang dia mau.

"Emm terimakasih telah mengijinkan saya untuk tinggal disini."

"Tentu saja. Tapi ya mohon di maklumi tempatnya apa adanya gak seperti rumah-rumah yang ada di kota."

"Ah gak masalah kok saya bisa tidur dimana saja." ujar Devan.

Pada akhirnya Devan dan Seina berpisah karena hari sudah semakin sore. Devan sendiri bahkan tak membawa baju ganti karena tadi terburu-buru mengejar Seina dan bahkan semua ini tak ia prediksi sebelumnya.

"Jadi kamu mau menginap disini?" ilham yang baru muncul kini bertanya dengan nada menyindir kepada Devan.

"Iya. Oya kalau boleh apakah aku bisa meminjam bajumu? hanya untuk malam ini besok aku akan membeli baju."

"Haduh kamu ini ngerepotin aja."

"Ada tamu itu di layanin yang baik jangan banyak ngeluh. Lagian dia ini kan seorang artis jarang-jarang ada artis yang mau menginap di rumah kita yang kecil dan bau ini." ganti menjewer telinga putranya dengan gemas karena tak ingin Devan tersinggung dengan ucapan Ilham. "Nak Devan kalau mau pakai baju itu ambil saja di lemari pilih saja yang kamu suka, jangan dengerin omongannya Ilham."

"Hee.. baik tante." Devan yang melihat bagaimana Yanti memperlakukan ilham ia menjadi sedikit bergidik ngeri walaupun ia tau maksud yanti tidak untuk menyakiti anaknya.

"Kalau mau mandi ada di belakang dari dapur keluar belok kiri." ucap Ilham dengan nada keduanya sambil mengelus telinganya yang masih panas dan memerah.

Devan yang telah mendapatkan baju yang ia inginkan langsung menuju pada tempat yang di maksudkan ilham. la menelusuri rumah kecil itu hingga kebelakang. Namun ia tak menemukan letak kamar mandi. Ia hanya menemukan dapur dan sebuah pintu keluar. Setelah ia membuka dapur itu yang ia temukan justru sebuah kandang sapi. Jujur saja aroma bau mulai menyeruak menusuk hidungnya. Devan yang tak menyangka hanya bisa bisa melongo kemudian menutup hidungnya rapat-rapat. Ia bahkan juga berusaha menahan napas sebisanya dan selama mungkin.

Setelah ia menoleh ke kiri barulah ia menemukan sebuah bilik kamar mandi sederhana dengan sebuah sumur di depannya. Devan mulai melangkah dan mendapati sebuah pemandangan yang amat sangat jauh dari harapannya. Sangat jauh dari kamar mandinya yang ada di rumah. "Ya tuhan? Apakah aku harus tinggal di tempat seperti ini?" Devan menatap ke sekeliling dengan miris. Ia tak menyangka harus melalui perjuangan seperti ini hanya demi menutup skandal yang menerpa dirinya.

Mau tak mau Devan tetap harus mandi dan menyegarkan tubuhnya. ia mandi dengan kilat karena tak mau berlama-lama ada dalam bilik kamar mandi itu terlebih aroma sapi juga masuk dan Mengganggu acara mandinya.

Malam ini Devan juga harus tidur dalam satu kamar yang sama dengan ilham. Ia harus tidur berdesakan diatas sebuah ranjang reot yang jika Devan bergerak ranjang tersebut berbunyi. Jujur saja Devan takut untuk banyak bergerak ia hanya memilih diam dan mencoba untuk memejamkan matanya. Namun sayang aroma sapi masih terus menganggu dirinya, jujur saja ia bahkan tak bisa tidur walau sudah mencoba untuk memejamkan kan matanya.

"Apakah kau serius dengan Seina?" suara itu tiba-tiba mengagetkan Devan yang masih terjaga.

Bersambung..!