"Tapi sepertinya aksi bapak kemarin begitu menggemparkan dunia entertainment. Semua media kini menyorot kepada ajang pencarian bakat yang Bapak pimpin."
"Sebenarnya aku kemarin melakukan hal itu tidak karena berniat ingin mencari nama untuk ajang pencarian bakat kita, namun aku hanya ingin memberi sebuah pelajaran kepada Pak Toni, jika ajang pencarian bakat kita bukanlah sebuah ajang sembarangan yang bisa dibeli dengan materi."
"Iya saya juga tahu Pak, saya mengerti. Namun sepertinya bapak sudah salah dengan mendiskualifikasi Alea di depan umum. Saya rasa hal tersebut sangat tidak etis. Karena Alea masih muda dan dia tentu punya masa depan yang panjang setelah kejadian ini aku yakin Alea pasti akan merasa minder dan tak percaya diri lagi dengan bakat yang dia miliki padahal menurutku memiliki bakat yang dia miliki sangat baik. Sangat disayangkan jika nantinya ia tak bisa mengasah nya lagi hanya karena permasalahan ini." ucap Devan yang masih berusaha membela Alea.
Meski Devan tak suka dengan etitut Alea yang angkuh dan juga sombong, namun rupanya Devan begitu peduli karena Alea merupakan salah satu dari anak didiknya dan dia tahu betul jika Alea mempunyai kemampuan dan juga bakat yang mumpuni sebagai seorang penyanyi dan ia memiliki talenta di bidangnya.
"Ya mungkin kau betul Devan. Nanti akan aku pikirkan lagi bagaimana dengan Alea, mungkin nanti aku bisa memberikan dia kesempatan untuk tampil kembali ke layar kaca. Aku yakin gosip-gosip yang beredar itu tidak akan lama. Jika memang dia punya bakat seburuk apapun gosip yang beredar ia masih bisa bertahan di dunia entertainment."
Devan senang dengan keputusan pak Hari, yang ternyata masih perduli dengan Alea meskipun papanya yaitu pam Tony telah mencoba untuk menyogoknya.
Kedua pria tersebut kini mengobrol banyak hal termasuk juga dengan prediksi tentang siapakah nanti yang akan keluar sebagai juaranya.
"Kalau menurutmu grand final besok siapa yang akan menang, van?"
"Entahlah pak, Nathan dan Seina sama bagusnya. Keduanya punya karakter vokal yang sama-sama bagus. Tapi kalau saya pribadi lebih mengarahkan pilihan saya pada Seina."
"Memangnya kenapa?"
"Ya dia mengalami perubahan yang sangat pesat dalam beberapa bulan, sangat jauh sekali dengan saat awal ia datang ke asrama. Seina sudah memiliki suara yang bagus, dan kini dengan sedikit polesan saja penampilannya sudah jauh lebih baik dan sangat layak jual."
"Ya aku sendiri juga suka dengan penampilannya selain cantik suaranya juga sangat bagus. Jujur saja Seina sangat menjual dalam dunia entertainment."
***
Setelah kejadian kemarin malam dimana Alea sudah tereliminasi kini tinggallah Nathan dan Seina yang ada di asrama ajang pencarian bakat tersebut.
Keduanya berlatih dengan cukup keras mengingat minggu depan adalah hari penentuan dimana salah satu dari mereka akan keluar menjadi juara pertama. Bagi Seina siapapun yang menang baik itu dirinya ataupun Natan ia tak peduli, baginya bisa sampai di Grand Final saja dia sudah sangat bahagia kini ia sudah punya nama di dunia entertainment dan ia berharap sebentar lagi ia akan bisa bertemu dengan ayah kandungnya, entah nanti ayah kandungnya mengakui dirinya atau tidak setidaknya Kini dia bisa membuktikan jika tanpa ayahnya ia bisa menjadi seseorang yang yang dikenal di masyarakat dan bisa menjadi seseorang yang membanggakan untuk kedua orang tuanya.
Kimi tiba-tjba saja Seina teringat akan sesuatu ia memegangi dadanya dan baru menyadari jika ia telah kehilangan kalungnya. Seina berusaha mencari kalung tersebut di sekitar asrama dan juga Kamar tidurnya ia mengobrak-abrik dalam kamarnya dan mencari di mana-mana namun benda tersebut tidak ketemu juga baginya benda tersebut merupakan satu-satunya yang membuatnya kuat karena terdapat foto ibunya. Selama ia mengenakan kalung tersebut meskipun ia berada di asrama ia bisa merasa tenang kita mengenakan kalung itu dan merasa jika ibunya selalu hadir di setiap langkahnya menemani dan sudah mendukung. Namun kini ia kehilangan kalung tersebut ia sama sekali tidak menyadari jika ia kehilangan Kalung tersebut.
"Kau sedang apa? kau mencari sesuatu?" tanya Nathan yang melihat Seina sedang membungkuk di ruang santai asrama tersebut.
"Aku kehilangan kalung ku Nathan, apa Kau melihatnya..?"
"Kalung? kalung seperti apa dan bagaimana bentuknya? Aku sama sekali tidak melihatnya." ucah Nathan yang juga tampak kebingungan.
"Sebenarnya kalung itu kalung biasa. Kalung ith terbuat dari emas putih dan terdapat sebuah liontin berbentuk hati dan liontin tersebut bisa dibuka dan di dalamnya terdapat fotoku dan juga foto ibuku." ucap Seina menjelaskan kepada Nathan menyebutkan ciri-ciri benda yang hilang tersebut
" Aku tidak tahu Seina. Tapi mau aku bantu untuk mencoba mencarikannya? Mungkin jika kita mencari bersama-sama kalung tersebut bisa cepat ketemu." Seina hanya mengangguk setuju baginya mendapatkan kembali kalung itu sangat penting.
Kini Seina dan juga Nathan mencari di sekeliling asrama mulai dari dapur, ruang santai dan juga halaman depan sama sekali tidak terdapat tanda-tanda benda tersebut.
"Apakah kau ingat di mana terakhir kali kau masih memakainya?"
Sayangnya Seina sama sekali tidak ingat. Kemarin adalah momen yang begitu membuatnya sangat gugup selama di malam 3 besar. Ia lupa di mana terakhir kali ia masih memakainya namun seingatnya beberapa hari yang lalu saat ia masih latihan koreografi ia ingat jika ia memakai Memakai kalung tersebut.
"Yang aku ingat adalah beberapa hari yang lalu saat aku masih latihan koreografi aku masih ingat aku masih memakai kalung tersebut." ucap Seina kepada Nathan.
"Bagaimana kalau kita mencarinya kesana, barangkali masih ada disekitar situ atau mungkin kita bisa tanyakan kepada petugas kebersihan yang barangkali melihat kalung itu."
Seina pun mengangguk setuju ini ia bersama Nathan menuju ruang latihan dimana ruangan tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu ruangan koreografi, ruangan vokal dan ruangan rekaman.
Sebenarnya kalung itu sudah ia miliki sejak kecil dan ia takut jika kalung itu hilang karena kalung itu adalah pemberian dari ibunya dan ia tak ingin mengecewakan Ibunya sudah sampai kalung itu hilang.
Kini Seina dan juga Nathan sudah sampai di ruang koreografi ruangan yang di sekelilingnya terdapat cermin, mereka mencari di setiap sudut namun sama sekali tak membuahkan hasil benda tersebut tak terlihat di mata mereka.
"Bagaimana ketemu atau tidak?" tanya Nathan yang hanya dijawab dengan sebuah gelengan dan wajah Sendu Seina.
"Kita coba cari di ruang vokal mungkin terjatuh di sana." keduanya kini sudah mencari ke dalam ruangan vokal namun setelah mencari selama hampir 1 jam mereka juga sama sekali tidak mendapatkan hasil.
Kini Natan berinisiatif untuk bertanya kepada petugas kebersihan ia menghampiri seorang perempuan yang sedang membersihkan sebuah lorong di depan ruang latihan.
"Permisi boleh saya tanya sesuatu?"
Bersambung...