Richard memakirkan perahunya ke tempat khusus parkiran boat lalu mengikatkan tali pada tiang yang dipatok di baton tersebut. Kemudian Richard melompat keluar lalu menggendong Lori dan meletakkannya di daratan sebelum mengulurkan tangannya untuk membantu istrinya melompat keluar.
Seperti biasa Anxia menolak sentuhan pria itu sehingga dia melompat sendiri tanpa menyambut uluran tangan suaminya yang kini hanya menggantung di tengah udara.
Hhhh... sungguh sulit membuka hati istrinya ini. Desah Richard dalam hati.
Kemudian Richard mengajak mereka berjalan kaki mengikuti jalur jalan khusus untuk para pejalan kaki. Tidak lama kemudian barulah mereka memasuki salah satu toko es krim terkenal disana. Begitu Richard menurunkan Lori dari gendongannya, Lori langsung berlari ke arah etalase es krim dan berjinjit untuk melihat berbagai macam pilihan rasa es krim.
Richard melirik sekilas ke arah istrinya yang kini tampak tidak fokus pada acara keluarga namun pandangannya beredar kesegala arah seolah mencari sesuatu. Apa lagi yang direncanakan gadis itu? Apakah mungkin dia mencoba menghapal jalan untuk menjadi jalan kaburnya?
Richard memutuskan membiarkan istrinya menghapal jalan sesuka hatinya dan lebih memusatkan perhatiannya pada putri kecilnya. Istrinya bisa menjaga dirinya sendiri tapi tidak dengan putrinya. Terlebih lagi kejadian penculikan anak sering terjadi dan Richard tidak ingin lengah barang sedetikpun.
Anxia mendesah lega saat tidak menemukan salah satu orang kepercayaan master Yu didekat mereka. Namun dia tidak akan benar-benar lega kalau dia belum membawa putrinya pergi dari sini. Dia ingin menjauhkan putrinya dari pandangan master Yu serta anak buahnya.
Setelah memilih cita rasa es krim sesuai pesanan, ketiganya duduk di tempat yang telah disediakan untuk menikmati es krim mereka. Lori segera melahap es krimnya dengan lahap dan penuh semangat. Tawanya yang ceria tak berhenti terdengar membuat hati Anxia yang gelisah merasa tenang.
Richard turut melahap es krimnya tapi dengan santai. Sesekali dia akan melirik ke istrinya yang tampak enggan memakan es krimnya. Tampaknya Anxia tidak memiliki mood untuk makan es krimnya.
Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan perempuan itu? Seandainya saja ayahnya bisa menciptakan program digital yang bisa membaca pikiran manusia, dia pasti akan menggunakannya untuk membaca pikiran istrinya.
Tanpa terasa es krim milik Richard serta Lori telah habis dan yang tersisa es krim milik Anxia. Wanita itu tampak melamun hingga tidak sadar es krim diatas conenya hendak meleleh.
Sebelah alis Richard terangkat lalu terpikirkanlah sebuah ide nakal lainnya menggoda wanita itu. Tepat saat Anxia menggigit es krimnya, Richard menggigit es krim Anxia berlawanan dengan posisi Anxia.
Lori langsung menutup mata sambil menyeringai melihat kedua orangtuanya yang kini tampak sedang berciuman.
Untuk kesekian kalinya Anxia dikagetkan oleh serangan mendadak suaminya yang tampaknya urat kemaluannya sudah putus. Hanya saja, saat ini otaknya sudah terlalu penuh memikirkan kenyataan master Yu telah menemukan posisinya sehingga dia agak sedikit lamban dalam bereaksi dan tetap diam tanpa memberontak ataupun memukul suaminya.
Begitu fungsi otaknya berjalan kembali, Anxia langsung memundurkan kepalanya menjauh dari es krim conenya. Kemudian dia menyerahkan cone pada suaminya tanpa bicara apa-apa lalu bangkit berdiri menuju ke toilet.
Richard merasa heran dengan perubahan sikap istrinya sembari menghabiskan es krim yang diberikan istrinya
"Papa, aku juga mau." seru Lori yang juga ingin mencicip es krim milik ibunya. Richard mendekatkan es krim bekas Anxia dan membiarkan putrinya menjilat es krim yang tinggal sedikit. Kening Lori mengernyit serta hidungnya mengerut seperti dia telah memakan sesuatu yang asam. "Bleh… pahit…"
Richard tertawa geli melihat ekspresi lucu putrinya yang kini langsung meneguk air putih sampai habis.
"Ini dark coklat, jadi rasanya tidak semanis coklat biasanya."
"Ewww…" Lori menggoyangkan badannya seakan dia sedang kedinginan membuat Richard tertawa. "Kalian bisa makan rasa sepahit itu?"
"Tentu saja bisa. Mungkin saat kau seusia kami, kau juga akan menyukainya."
"Ah, tidak. Aku lebih suka yang manis. Aku tidak mau makan sesuatu yang dark."
Aduh, sungguh menggemaskan putrinya yang satu ini. Terlebih saat Lori mengacungkan jarinya dan menggerakkannya ke kanan-kiri saat berkata 'tidak'. Kepalanya juga menggeleng-geleng dengan tegas layaknya orang dewasa yang dengan tegas berkata 'tidak' terhadap narkoba.
Richard mengacak rambut putrinya dengan gemas mengundang tawa geli Lori lalu mengangkat tubuh mungil putrinya untuk diposisikannya diatas pangkuannya.
"Aku tahu aku belum pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi aku ingin kau tahu, mulai sekarang aku akan menyayangimu dan memberikan semua yang kau inginkan. Aku sangat menyayangimu." Richard menciumi wajah putrinya sambil tertawa saat Lori malah balik menciumi wajahnya juga.
Splash! Splash!
Richard langsung terdiam mendengar suara seperti suara kamera yang sedang menjepret sesuatu. Tanpa menoleh, Richard melirik ke arah sumber suara tersebut dan melihat memang ada orang yang menjepret kamera terarahkan ke mereka. Hanya saja dia tidak tahu apakah orang tersebut hanyalah fotografer biasa ataukah memiliki target tertentu.
Anehnya, instingnya mengatakan orang tersebut berusaha mengambil foto Lori dengan jelas.
Untungnya Lori memakai jaket yang ada hoodnya, sehingga Richard bisa menyembunyikan wajah putrinya dengan memasang hood keatas kepala putrinya.
"Panas papa." rajuknya sambil memanyunkan bibirnya.
"Tahan sebentar ya. Kau boleh melepasnya saat kita tiba di rumah."
Walaupun Lori merasa gerah harus menutup semua tubuhnya dengan jaket tebal, Lori tetap menurut dan tidak melepaskan kancing pengikat hoodnya. Dia juga diam saja saat Richard memindahkannya duduk disebelahnya.
Tempat kursi yang diduduki Richard adalah sebuah sofa melingkar dengan tempat sandaran yang tinggi. Sehingga begitu Lori duduk di sofa, punggung serta wajahnya tertutup sempurna dengan sandaran sofa. Dengan begini, Richard bisa menghalangi orang mencurigakan itu untuk mengambil foto putrinya.
Tidak masalah jika wajahnya yang terambil pada kamera tersebut, dia tinggal mengaktifkan stealth miliknya.
Stealth merupakan chip program khusus yang akan langsung mendeteksi wajah Richard, Raymond serta Harmonie di berbagai alat elektronik. Begitu aktif, stealth ini akan menghapus semua foto mereka bertiga sekaligus mengirim virus yang merusak sistem program yang berusaha menyelidiki mereka.
Sementara Lori, stealth masih belum mengenal Lori dan Richard belum memberikan data Lori pada stealth. Karena itu ada baiknya jika wajah Lori tidak tersebar dulu mengingat Anxia sendiri juga telah berusaha menyembunyikan keberadaan putri mereka.
"Lori, apakah hari ini mama ada memberimu kode rahasia lagi?"
Mulut Lori ternganga lebar mendengar pertanyaan ayahnya. Darimana ayahnya tahu kalau ibunya telah memberikan kode rahasia?
"Darimana papa tahu?"
Sudah kuduga. Pikir Richard.
Dia sudah merasa heran kenapa putrinya lebih melengket padanya selama beberapa menit terakhir. Padahal sebelumnya putrinya bersemangat ingin menyatukannya dengan Anxia, tapi kini Lori menempel padanya dan Anxia tampak menjauh dalam diam.
Tidak hanya itu, istrinya tampak tidak fokus dan terlihat tidak bersemangat seperti biasanya. Apalagi saat dia mencuri kesempatan dengan mencium bibir gadis itu, Anxia tidak marah ataupun menghajarnya.
Sudah pasti ada yang tidak beres dan kecurigaannya menguat saat dia merasakan ada seseorang yang mencoba mengambil foto mereka diam-diam.
Qiao Anxia, kapan kau akan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanmu? Tanya Richard dalam hatinya. Jika seandainya istrinya meminta bantuannya dan bersedia untuk keluar dari profesinya, Richard tidak akan ragu untuk mengerahkan sekuat tenaga menghilangkan jejak Anxia dari para musuhnya.
Sayangnya… Anxia masih belum ingin berhenti sebelum perasaan dendamnya terpenuhi.