Anxia masih menolak untuk menjawab sementara tangan Richard sudah mulai kembali bekerja dengan gerakan ajaibnya. Malahan, ibu jarinya menemukan titik panas yang terletak persis diatas pintu gua kenikmatan itu membuat Anxia melenguh semakin keras.
Namun lagi-lagi Richard menghentikan jarinya tepat saat Anxia hendak mengalami pelepasan. Anxia merasa jengkel luar biasa karena merasa tubuhnya dipermainkan seenaknya oleh pria brengsek ini. Dia mengangkat tangannya untuk memukul serta mendorong Richard namun sayangnya semua pergerakannya telah dihapal oleh Richard.
Dengan sigap dan gesit, Richard sekali lagi menahan kedua tangannya keatas kepalanya tanpa mencabut jarinya yang masih betah berada didalam gua Anxia. Richard menekuk jarinya bergantian dengan jari keduanya membuat Anxia terkesiap. Richard tidak bergerak memompa seperti sebelumnya tapi menekukkan jemarinya seakan sedang menggaruk sesuatu.
Dinding gua Anxia terasa gatal dan lebih sensitif sekarang akibat ulah permainan Richard dan Anxia sangat ingin mengakhiri permainan pria itu. Tubuhnya tidak kuat jika pelepasannya ditunda berulang-ulang sementara rasangan kenikmatan serta euphoria terus mengalir hingga ke ujung kakinya.
"Richard, kumohon…"
Gerakan lengkukan jemari Richard terhenti saat melihat tatapan memohon yang memelas serta nada suara yang terdengar putus asa. Untuk beberapa saat Richard bisa melihat kali ini Anxia benar-benar memohon padanya. Tapi dia tidak ingin mengabulkannya begitu saja.
Ada musuh di luar sana yang ingin mengendalikan Anxia dengan menggunakan Lori. Dia tidak ingin siapapun memanfaatkan putrinya dan merenggut istrinya darinya. Karena itu dia tidak mengabulkan permohonan Anxia yang benar-benar terdengar tulus itu.
"Xia Xia, kau hanya menjawab pertanyaanku dan aku akan memberikanmu apa yang kau inginkan."
Entah kenapa Anxia merasa nada suara Richard melembut ditelinganya. Terlebih lagi pria itu memanggilnya dengan 'Xia Xia' dan bukannya 'Anxia.' Saat itu juga dia tahu, tiap kali Richard memanggilnya 'Xia Xia', itu berarti pria itu sedang bersungguh-sungguh akan ucapannya.
"Aku benar-benar tidak tahu… Ada orang yang menabrakku lalu… memberiku sebuah kertas. Aku belum sempat membacanya… jadi aku tidak tahu." jawabnya sambil tersengal-sengal karena permainan cinta jari suaminya.
"Dimana kertasnya?"
"Di… Di kantong bajuku." jawab Anxia sambil terengah-engah. "Richard... ah!"
Tiba-tiba Richard kembali memompa didalam tubuh Anxia sembari melengkukkan jarinya dan mengenai titik tersensitifnya membuat Anxia memekik dengan penuh nikmat. Untungnya Richard langsung membungkam Anxia dengan mulutnya sendiri sehingga peluhan serta erangan erotis istrinya tenggelam didalam mulutnya.
Kali ini Richard tidak berhenti disaat dia merasakan dinding gua Anxia mulai berkedut dan terus menghantam di titik G spot berulang kali membuat seluruh tubuh Anxia mengejang.
Saat itulah Anxia menyemprotkan cairan cinta bewarna bening membasahi tangan Richard. Seketika tubuh Anxia menjadi lemas dan kakinya yang sedari tadi terbuka lebar mulai terasa pegal dan lelah.
Richard menarik jarinya keluar lalu menjilat jarinya sendiri menikmati cairan cinta dari istrinya. Melihat gerakan Richard yang menjilat jarinya sendiri dengan gerakan erotis membuat wajah Anxia terasa panas. Entah kenapa jantungnya berdebar-debar melihat pria tampan dihadapannya tampak menyukai cairan bening darinya.
Tidak lama kemudian Richard menggendong Anxia ala bridal sementara Anxia mengalungkan tangannya ke leher Richard secara spontan. Dengan penuh perhatian serta kehati-hatian, Richard membaringkan Anxia di tempat tidur membuat Anxia kebingungan.
Mengapa pria ini sekarang memperlakukannya dengan lembut seperti ini?
Ah, tidak. Pria ini selalu memperlakukannya dengan lembut disaat Richard merasa senang. Apakah itu berarti pria itu merasa senang? Apa yang membuat pria itu senang?
Anxia terlalu larut dalam pikirannya sehingga tidak sadar Richard telah mengambil kertas dari kantong bajunya. Kalaupun dia sadar, Anxia juga akan membiarkannya. Toh, dia sudah memberitahunya mengenai kertas rahasia itu. Untuk apa dia bersikeras menyembunyikannya? Dia tidak mau membuang energinya dengan sia-sia mengikuti permainan yang sudah pasti tidak akan pernah bisa ia menangkan.
Richard membaca kertas dengan kening berkerut membuat Anxia penasaran apa isi dari kertas tersebut.
"Ada apa? Apa isinya?"
Richard menoleh kearah istrinya lalu hanya menjawabnya dengan senyuman misterius.
Tsk. Sungguh membuat penasaran. Dan lebih menyebalkannya lagi Richard pergi meninggalkannya begitu saja tanpa memuaskan rasa penasarannya.
Anxia tidak bisa menyusulnya karena saat ini pahanya terlalu pegal untuk dibuat gerak dan pakaiannya tidak karuan. Belum lagi ada bekas lengket yang tidak nyaman diantara pangkal pahanya.
Untuk saat ini Anxia malas bergerak dan memilih untuk tetap berbaring diam terlebih dulu.
Tidak perlu menunggu lama Richard telah kembali sambil membawa handuk serta baskom membuat Anxia bertanya-tanya apa yang ingin dilakukan pria itu.
Anxia sama sekali tidak melawan ataupun mengeluh ketika pria brengsek itu mengangkat rok bajunya lalu menurunkan celana dalamnya.
Pria ini benar-benar mesum luar biasa. Belum puas mempermainkan daerah kewanitaannya, kini pria itu malah melepaskan celana dalamnya hanya agar bisa memuaskan matanya!?
Anxia bersusah payah menahan dirinya untuk tidak menyerang pria itu saat ini juga. Dia tahu dia pasti akan kalah dan Richard akan kembali menyerangnya dengan cara yang pasti tidak akan disukainya. Karena itu Anxia memaksa tubuhnya untuk tidak memberontak.
Lagipula, mereka sudah melakukan jauh lebih daripada apa yang dilakukan pria itu beberapa saat lalu. Richard telah melihat seluruh tubuhnya, apa bedanya dengan saat ini yang hanya melihat bagian bawah tubuhnya?
Anxia memejamkan matanya menolak untuk melihat apa yang akan dilakukan pria itu pada dirinya. Dia bahkan sudah bersiap saat merasakan sebelah kakinya terangkat dan angin dingin menerpa mulut gua kewanitaannya.
Anehnya, dia malah merasakan sensasi hangat dan nyaman pada bagian dalam pahanya. Rasa lengket akibat cairan cinta miliknya berangsur menghilang digantikan dengan rasa segar dan dingin.
Anxia membuka matanya karena penasaran apa yang sedang dilakukan suaminya dan dia tercengang begitu melihat apa yang ada dihadapannya.
Richard sedang membasuh pahanya dengan handuk yang direndam dalam air hangat dengan gerakan lembut serta kehati-hatian. Segala tindakan pria itu terhadapnya tampak seperti Richard sedang membersihkan barang antik yang berharga.
Anxia menjadi teringat perlakuan pria itu saat memakaikannya sepatu cantik saat berbelanja kemarin siang. Perlakuannya sama persis seperti saat ini.
Kenapa? Kenapa kau bersikap baik padaku?
Gerakan Richard berhenti lalu menoleh kearahnya dengan ekspresi terkejut. Anxia baru sadar dia baru saja menyuarakan pertanyaan dalam pikirannya.
Apa yang harus dia lakukan? Dia sama sekali tidak berencana bertanya seperti itu pada suaminya, tapi pertanyaan sudah terlanjur terlontar. Mau tidak mau Anxia harus mengakui, dia merasa was-was menanti jawaban pria itu.
Jawaban seperti apakah yang akan diberikan pria itu padanya?