Flashback empat tahun yang lalu…
Qiao Anxia bersenandung antusias ketika sampai di rumahnya. Bukan karena dia akan menikah dengan salah satu anak dari Tuan besar Calvin, tapi karena dia satu langkah lebih dekat dengan rencana balas dendamnya.
Namun malam itu ketika dia membuka email, dia mendapat misi dari master Yu untuk pergi ke Mesir. Dia harus menjadi anggota perwakilan perusahaan Luen group sebagai asisten pribadi master Yu. Disaat bersamaan dia akan menjadi mata-mata sekaligus informan untuk targetnya.
Waktu itu dia masih belum berpikir untuk lepas dari master Yu dan menganggap master Yu sebagai mentornya. Karena itu dia lebih memilih menurut pada master Yu dibandingkan melanjutkan rencana balas dendamnya.
Hari itu Qiao Anxia langsung berangkat bersama partner kerjanya, Wang Xuemin, seorang pemuda tampan namun sangat ahli menembak jarak jauh. Dia adalah seorang sniper kesukaan master Yu.
Xuemin tidak begitu pandai martial arts, tapi begitu dia memegang pistol atau jenis senapan lainnya, lawannya tidak akan bisa berkutik melawannya.
Mereka menemani master Yu di Mesir selama seminggu sebelum master Yu memutuskan kembali pulang meninggalkan Anxia bersama Xuemin untuk melanjutkan misi mereka.
Anxia tidak merasa curiga akan kehamilannya dan terus melakukan misinya sebagai mata-mata aka seductress. Dia merayu targetnya dan membiarkan targetnya meraba-raba sesuka hatinya. Dan disaat targetnya hendak melangkah lebih jauh, Anxia langsung meringkus targetnya dengan memiting tangan targetnya.
Tentu saja targetnya sempat melawan dan memukulnya namun Anxia bisa cepat pulih dan kembali menyerangnya hingga berhasil mengalahkannya.
Anehnya, dia merasa gelisah dan tidak merasa nyaman pada bagian perutnya. Dia merasa seperti ada sesuatu didalam perutnya yang bergerak-gerak. Apakah mungkin dia kelaparan?
Yah, dia memang sangat mengurangi makannya agar tubuhnya tetap langsing dan bisa menggaet kebirahian targetnya.
"Qiao Qiao, kau baik-baik saja?" tampak raut muka khawatir dari Xuemin yang sudah lama memiliki perasaan dengan Anxia.
Anxia sama sekali tidak menggubrisnya dan berpura-pura tidak peka akan perasaan pria itu karena Anxia hanya menganggap pemuda itu sebatas partnernya dalam misi saja.
"Aku tidak apa-apa. Bukankah tugas kita sudah selesai disini?"
"Benar. Kita bisa pulang malam ini."
Seharusnya mereka pulang ke Hongkong malam itu juga. Namun Anxia memutuskan untuk tidak pulang dan pergi ke kota Luxor. Awalnya Xuemin hendak menemaninya tapi Anxia bersikeras ingin sendirian.
Sedari awal Anxia bersikap tegas dan tidak ingin menjalin hubungan dengan pemuda itu melebih dari misi. Begitu misi selesai, Anxia akan langsung pergi meninggalkan pemuda itu.
Pada akhirnya Xuemin menyerah dan kembali pulang ke Hongkong meninggalkan Anxia sendirian di negeri Mesir ini.
Setelah memastikan Xuemin telah berangkat dari negara itu, Anxia segera pergi ke Luxor dengan menggunakan kereta api. Anehnya selama perjalanan itu dia merasa mual dan tidak mood makan.
Anxia mulai berpikir keras apa yang membuatnya mual. Apakah mungkin dia keracunan makanan? Ataukah program dietnya yang sudah keterlaluan over? Sepertinya juga tidak.
Dia mencoba menelusuri menu makanan beberapa hari terakhir ini, lalu minggu-minggu sebelumnya hingga dua bulan yang lalu.
Dia juga baru sadar, sudah hampir dua bulan ini dia tidak mengalami haid. Padahal biasanya masa menstruasinya lancar dan datang tepat waktu.
Kelopak matanya yang tadinya terpejam kini terbuka lebar saat mengingat kejadian dua bulan lalu. Dia ingat dia melakukan hubungan suami istri bersama pria brengsek dan dia lupa minum pil pencegah kehamilan! Apakah mungkin dia…
Tidak, tidak mungkin. Ini tidak boleh terjadi! Seketika Anxia menjadi tidak tenang dan gelisah selama perjalanan. Begitu dia tiba di kota Luxor, Anxia segera pergi ke apotik terdekat untuk membeli alat tes kehamilan.
Setelahnya dia langsung masuk ke kamar hotel dan berlari ke kamar mandi untuk segera mengetes air seninya.
Tidak perlu menunggu lama hasil alat tes tersebut menunjukkan dua garis menandakan hasil positif.
Seketika tatapannya menjadi kosong dan tanpa sadar sebelah tangannya terangkat kearah perutnya.
Dia tahu ada sebuah kehidupan didalam tubuhnya, tapi anehnya dia tidak merasakan apa-apa setelah mengetahui hal ini.
Dia tidak merasa marah ataupun senang. Tapi dia merasa jijik.
Kalau seandainya dia tidak lupa meminum pilnya, maka dia tidak mungkin akan mengandung anak dari pria brengsek itu.
Anxia membuang alat tes kehamilan tersebut ke dalam sampah lalu keluar dari kamar mandi. Dia mengirim pesan rahasia pada Ling Meng yang kebetulan juga mendapatkan misi di Afrika utara sama seperti dirinya.
Setelah mengirim pesan tersebut, Anxia bangkit berdiri lalu melompat-lompat layaknya orang gila seolah dia sama sekali tidak sedang mengandung sama sekali.
Dia melakukan gerakan meroda lalu melakukan salto sebanyak dua kali. Tidak diragukan lagi, dia berencana membuat dirinya sendiri mengalami keguguran.
Tapi setelah melakukan gerakan ekstrim yang membahayakan janinnya, Anxia sama sekali tidak merasakan sakit atau apapun dari dalam perutnya. Dia bertanya-tanya apakah mungkin gerakannya kurang ekstrim?
Sepertinya dia harus mencari misi yang melibatkan tenaga fisiknya agar bisa membuang janinnya.
Anxia segera membuka laptopnya dan membuka website khusus miliknya. Dia memilah-milah misi yang berbahaya… tidak berbahaya bagi nyawanya, tapi berbahaya bagi janinnya.
Sayangnya, tidak ada satupun misi yang sanggup membahayakan janinnya. Rata-rata misi yang dikirim oleh master Yu adalah penyelundupan obat terlarang dan mengawasi gerak-gerik seseorang.
Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu kedatangan Ling Meng. Siapa tahu sahabatnya itu memiliki misi yang sangat memacu adrenalinnya.
Setelah menunggu beberapa jam dalam kebosanan didalam kamar hotel, akhirnya sahabatnya tiba juga.
"Meng Meng, kau terlambat." pertama kali ucapan yang keluar dalam menyambut sahabatnya yang sudah tidak bertemu dalam setengah tahun adalah keluhan.
Ling Meng sudah terbiasa dengan sapaan tak biasa dari Anxia dan hanya memutar matanya dengan malas.
"Aku langsung berangkat kemari begitu menerima pesanmu. Kedatanganku sudah termasuk cepat, apalagi aku memilih naik kereta tercepat di negara ini. Tapi, kenapa kau menggunakan kode rahasia? Ini pertama kalinya kau menyembunyikan sesuatu dari master."
"Aku tidak ingin master mengetahui rencanaku."
"Rencana apa?"
"Ngomong-ngomong, apa kau memiliki misi yang pas untukku? Aku ingin banyak bergerak dan kalau bisa, melakukan adu fisik melawan target kita."
Ling Meng tidak langsung menjawab dan mengangkat sebelah alisnya dengan terheran-heran.
Biasanya Anxia akan memilih untuk membunuh dengan cepat dan efisien. Perlawanan adu fisik memang sulit untuk dihindari, tapi Anxia tetap memilih untuk menghindari adu fisik.
Lalu kenapa sekarang Anxia malah meminta untuk melakukan misi yang melibatkan adu fisik?