Chereads / Awas, Papa! Mama Mau Membunuhmu!! / Chapter 13 - Bag 13 Keputusan Richard

Chapter 13 - Bag 13 Keputusan Richard

Malam itu, Lori memberanikan dirinya untuk meminta sesuatu yang tak terduga.

"Papa, aku boleh tidur bersama papa?"

Seketika suasana ruangan hening begitu mendengar permintaan yang polos ini. Semua orang tanpa terkecuali, bahkan termasuk Richard diam mematung dan hanya menatap ke arah Lori kecil dengan tatapan terkejut.

"Tidak boleh?" tanya Lori sekali lagi sambil menelengkan kepalanya. Sepasang mata hijau ungunya tampak berkaca-kaca menanti jawaban dari sang ayah.

Richard ingin sekali mengiyakan permintaan putrinya. Dia bahkan ingin tidur bersama putrinya setiap malam bila perlu, tapi…

Richard mengerling dan menatap satu per satu wajah yang dipenuhi rasa penasaran pada ekspresi saudara-saudaranya. Lalu dia menoleh kembali ke arah wajah putri yang dipangkunya yang kini memanyunkan bibirnya kedepan.

"Baiklah. Aku akan tidur bersamamu."

Lori memekik girang sembari memeluk leher ayahnya sementara saudara-saudara Richard mengernyit tampak tidak suka akan keputusannya.

"Hanya malam ini." sambung Richard untuk mengenyahkan pikiran buruk dari pikiran saudaranya.

Yah, Richard tidak bisa menyalahkan mereka. Semua saudaranya sudah tahu bahwa Richard tidak pernah serius saat mengejar wanita. Richard bahkan tidak membiarkan seorang wanita datang masuk ke tempat pribadinya.

Sekarang, seorang anak perempuan yang luar biasa cantik hadir kedalam kehidupan Richard. Dan mereka semua bisa melihat betapa Richard memanjakan serta begitu perhatiannya saat mengobrol dengan anak perempuan itu.

Mereka kan menjadi khawatir, kalau ternyata Richard memiliki kelainan penyuka anak dibawah umur. Mereka takut kalau Richard ternyata adalah seorang pedophile.

Ah, tidak mungkin. Lori masih berusia tiga tahun. Jadi tidak mungkin Richard tertarik pada Lori.

Meskipun mereka berusaha meyakinkan diri sendiri, tapi mereka tidak bisa berhenti khawatir kemungkinan mengerikan ini.

Richard tahu persis apa yang sedang berkecamuk dalam pikiran saudara-saudaranya. Bukannya membela diri, tapi dia malah sengaja menutup mulut tanpa menjelaskan apa-apa. Menurutnya, ekspresi saudara-saudaranya yang mengernyit dan menatapnya dengan penuh khawatir sangatlah lucu.

Jadi Richard membiarkan mereka berpikir sesuka hatinya saja dan memfokuskan perhatiannya pada putrinya.

Tepat pukul sembilan malam, Lori sudah sering menguap sebanyak satu kali per dua menit. Meli bisa langsung menebak bahwa sekarang adalah jam tidur Lori.

"Sepertinya sudah saatnya dia tidur."

"Kurasa kau benar."

Richard segera menggendong putrinya dan beranjak pergi.

"Kakak, dia akan tidur dimana?" Harmonie bertanya sambil memicingkan matanya dengan curiga.

"Dimana lagi? Tentu saja di kamarku."

Richard berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa saat melihat mulut ketiga saudaranya ternganga lebar. Oh, ekspresi mereka sungguh epic sekali!

Dengan langkah santai dan cuek, Richard membawa putrinya masuk ke dalam kamarnya dan menidurkan putrinya. Tepat selesai menyelimuti putrinya dengan hangat, ponsel diatas nakasnya berbunyi.

Keningnya mengernyit melihat sebuah nomor tak dikenalnya muncul dilayar ponselnya. Lalu sebuah senyuman kecil tersungging di wajahnya menduga penelpon adalah wanita yang dinantikannya seharian ini.

"Halo?" Richard mendengar sebuah suara asing di ujung sana. Apakah ini adalah suara Qiao Anxia? "Benar. Anak kecil yang memiliki mata hijau ungu memang bersamaku. Kau adalah?"

"Aku adalah ibunya."

Ibunya? Berarti Qiao Anxia?

Aneh sekali. Kenapa hatinya tidak bergetar mendengar suara wanita itu?

Seingatnya hatinya selalu bergetar dan bergairah tiap kali mendengar suara Anxia yang seksi itu. Apakah perasaannya telah berubah?

"Oh, rupanya kau baru datang ke bandara untuk mencari putrimu hah? Aku tidak menyangka ada juga seorang ibu yang baru ingat anaknya beberapa jam kemudian."

"…"

Lori yang masih belum tidur menelan ludah dengan gugup mendengar suara dingin yang sempat didengarnya tadi siang di parkiran bandara. Persis yang diduganya, ayah tampannya ini bukan pria biasa. Dia yakin sekali, ayahnya tidak akan takut pada ibunya saat kedua orang dewasa tersebut bertemu.

"Halo? Apakah kau masih disana?" tanya Richard kembali saat tidak ada respon apapun dari ujung sana.

"Tuan. Bisakah anda mengembalikan putri saya? Saya mengaku saya bukanlah ibu yang baik dan ceroboh, tapi saya tidak ingin berpisah dari anak saya satu-satunya."

"Baiklah. Aku akan membawanya ke hotel Crown Plaza. Jemput dia jam delapan pagi."

Tanpa menunggu respon dari seberang, Richard memutuskan panggilannya lalu menaruh ponselnya asal-asalan di atas nakasnya.

Kemudian dia duduk disebelah putrinya dan bicara dengan suara yang lembut membuat Lori tercengang. Bagaimana bisa seseorang bisa berbicara dengan nada mengerikan di suatu waktu, lalu berbicara dengan nada yang lembut di detik berikutnya?

"Baby girl, apa kau tahu kenapa ibumu mengajakmu ke bandara?"

"Hm. Hari ini seharusnya kami menjemput bibi Meng Meng."

"Meng Meng, siapa itu?"

"Dia adalah teman baik mama. Tapi aku tidak menyukainya."

"Kenapa?"

"Karena dia bukan orang yang baik."

"Kenapa kau berpikir dia bukan orang yang baik?"

"Karena dia membawa pengaruh buruk bagi mama."

Bibir Richard berkedut mendengar ini. Membawa pengaruh buruk? Dia menjadi penasaran pengaruh buruk seperti apa yang dimaksud oleh putrinya. Seingatnya Anxia sudah berperilaku buruk dan bukanlah gadis yang baik-baik, jadi dia merasa penasaran seburuk apa perubahan gadis yang sudah tidak ditemuinya selama empat tahun ini.

Dia akan mengetahuinya besok saat dia bertemu dengan perempuan itu.

Richard membrowsing internet untuk mencari sebuah cerita dongeng, lalu membacakannya dengan suara yang sangat lembut dan mendayu. Bahkan Richard sendiri tidak pernah tahu kalau ternyata dia bisa berbicara selembut dan penuh kasih sayang yang tulus seperti ini.

Biasanya dia bicara pada lawan jenis dengan suara menggoda serta jahil. Tidak pernah sekalipun dia berbicara dengan ketulusan seperti yang ia lakukan pada putrinya.

Richard nyaris tidak mengenali dirinya sendiri. Apakah dia adalah Richard Calvin?

Richard sudah merasa aneh saat pertama kalinya dia melihat anak ini yang meronta-ronta dalam gendongan pria penculik tadi siang. Entah kenapa dia merasa ada suatu dorongan yang ingin melindungi anak ini begitu keduanya saling bertatap muka.

Semakin lama dia berbincang-bincang dengan Lori, semakin besar pula dorongannya ingin bersamanya serta melindunginya. Mungkin karena dia merasa asing dengan perasaannya ini, sehingga dia sempat bersikap dingin pada Lori dan berusaha menghindarinya.

Dia tidak ingin dirinya merasa terikat oleh anak perempuan cantik nan jenius ini. Biar bagaimanapun, cepat atau lambat, anak ini akan kembali pada keluarganya, sehingga Richard tidak ingin membiarkan perasaan misterius di dadanya menguasainya.

Siapa yang menyangka ternyata anak perempuan mungil ini ternyata adalah putri kandungnya. Lori adalah darah dagingnya! Tidak heran dia merasakan keinginan yang kuat untuk bersama anak ini.

Itu sebabnya, Richard tidak lagi menahan diri dan membuka diri terhadap putrinya. Orang tua mana yang tidak suka kehadiran anak manis, pintar serta menyenangkan seperti Lorreine ini. Richard tidak ingin berpisah dari Lorreine dan melewatkan masa pertumbuhan putrinya.

Dia sudah kecolongan selama tiga tahun dan tidak melihat masa bayi putrinya. Karena itu, dia tidak ingin melewatkan sedetikpun berpisah dari putrinya. Bahkan jika kendalanya adalah wanita itu, wanita yang mungkin tidak akan dicintainya.

Tapi demi Lori, Richard akan mencoba kembali untuk membangkitkan rasa ketertarikannya pada wanita itu. Entah apakah dia berhasil atau tidak, besok dia akan mengetahuinya.