Sesampainya aku di rumah, aku langsung mandi dan sholat agar menenangkan hatiku yang terus saja resah dan bayang-bayang makhluk itu di kepalaku. Setelah melakukan dzikir aku melipat mukena dan sejadahku. Entah langit sore atau awan mendung, di luar sana terlihat gelap, lebih gelap dari yang terakhir aku lihat saat di luar rumah tadi. Karena hari belum terlalu larut, aku enggan menyalakan lampu kamarku. Di antara ruang temaram ini, entah mengapa aku merasa seperti ada yang mengawasiku. Sekarang aku sudah tidak di kamar lamaku yang pengap dan gelap itu, tidak mungkin, kan, makhluk berbau tak sedap dan bermata merah itu ada di sini? Mengabaikan adalah pilihan terbaik saat ini.
Aku berjalan ke dapur untuk membantu ibuku menyiapkan makan malam dan mengurusi kedua adikku hingga tak terasa matahari sudah pulang ke peraduannya. Aku merasa ragu untuk menutup pintu belakang karena kakakku belum juga pulang, tapi sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang. Menurut orangtua dahulu, jika adzan maghrib berkumandang semua pintu dan jendela di rumah harus sudah ditutup, jika tidak banyak jin-jin jahat yang akan bertamu ke dalam rumah. Syukurlah tepat ketika adzan maghrib kakakku pulang, aku memintanya langsung menutup pintu belakang.
"Kok lambat sekali pulangnya, mas?"
"Iya, ada latihan Paskib tadi."
Kakakku memarkirkan motornya, lalu mengucap salam masuk ke rumah.
"Loh, mas, Mas Rendynya dimana? Tadi mas Syahri bonceng kan?"
"Dih, ngaco ah. Aku pulang sendiri, kok."
"Eh tadi, aku beneran lihat ada yang mas Syahri bonceng loh. Tapi..."
Seketika suaraku tercekat, aku mengalihkan pandangku dari kakakku.
"Lebih baik mas Syahri cuci kaki dulu." Setelah mengatakan itu aku langsung masuk ke dalam kamarku karena aku sudah berwudhu. Aku mengusap wajahku berharap bayangan makhluk yang barusan di belakang kakakku hilang. Jantungku berdetak kencang, tanganku pun terus gemetaran. Aku mulai menenangkan pikiran dan hatiku dengan berdzikir sebelum melakukan sholat.
Setelah sholat aku langsung mengambil buku pelajaran. Aku tidak ingin menyianyiakan waktu karena ini sudah semester empat. Tapi aku bukan tipe anak rajin yang akan belajar semalaman suntuk jika tidak ada pekerjaan rumah atau pun ulangan. Aku belajar awal karena malam ini aku ingin menonton anime kesukaanku.
Satu jam sudah lebih dari cukup bagiku membolak-balik kertas sambil menguap berulang kali hingga menangis. Mengendap-endap aku ke kamar kakakku berharap ibu dan ayahku di dapur tidak menyadari aku ke luar kamar. Kuketuk pintu kamar kakakku sambil berbisik memanggilnya. Kakakku sangat peka jika jam segini aku mengetuk pintu kamarnya dengan waspada. Ia membuka pintu kamarnya sambil menyerahkan laptop dan pengisi dayanya. Dengan semringah aku kembali ke kamarku berjalan cepat sambil terus melirik ke dapur. Berhasil!
Aku menonton hingga lupa waktu. Kuambil gawaiku, aku terkejut ketika melihat ini sudah pukul dua dini hari. Aku melepas headphoneku dan mematikan laptop. Aku masih sadar diri bahwa besok masih hari sekolah. Aku baru sadar jika udara mulai terasa menusuk dan kabut di luar masuk ke dalam kamarku melalui celah ventilasi udara. aku mematikan lampu kamar dan membalut badanku dengan selimut. Aku membaca doa-doa sebelum tidurku, lalu memejamkan mata walau rasa penasaran akan episode selanjutnya dari anime yang kutonton masih terbayang dii kepalaku.
Bau kabut mulai tercium di udara. hanya terdengar detikan jam dinding dan gesekan daun dengan kaca jendela. Aku berusaha menormalkan deru nafasku agar lebih cepat tertidur. Ketika aku sudah mulai memasukki alam mimpi, aku merasakan seperti ada rambut yang menjalar pelan di kakiku.