Nenek datang kembali ke restoran tempat Mayang bekerja, begitu mendengar restoran tersebut sedang melakukan promosi menu makanan baru yang memang selalu diadakan setiap enam bulan sekali.
Mayang mendatangi meja Nenek Linda sambil membawakan buku menu dan menawarinya menu baru restoran nya, 'soup asparagus lada hitam' dan 'tongseng udang jala'. Nenek Linda dengan senang-hati memesan menu baru itu, yang memang menjadi tujuan utamanya datang kemari.
Ia memang hobi mencoba berbagai macam makanan yang dirasanya baru dan belum pernah dimakannya. Walaupun nama makanan itu terdengar umum, tapi menurut kesaksian orang yang sudah pernah makan di restoran ini, menu makan baru ini sangat recommended. Tentu saja itu menarik minatnya untuk juga mencicipinya.
Setelah mencatat pesanan Nenek, Mayang segera mohon diri. Tapi Nenek mencegahnya.
"Apa kau tidak ingat padaku?" tanyanya sambil menatap Mayang.
Mayang terlihat kebingungan.
"Kau tidak mengingatnya?" tanya Nenek lagi.
"Maaf, Nyonya. Saya sama sekali tidak mengingatnya. Apa memang sebelumnya saya pernah bertemu dengan Anda?" tanya Mayang balik dengan sopan.
Nenek tertawa pelan, "Tentu saja. Karena kau yang sudah menyelamatkan hidupku," ujarnya memberi kebanggaan.
Awalnya Mayang masih tak mengerti, tapi beberapa detik kemudian ia akhirnya sadar.
"Ah!! Aku ingat sekarang! Nenek yang waktu itu kutolong saat hampir saja tertabrak itu 'kan? Itu Anda?" tanya Mayang merasa senang bisa bertemu dengan nenek itu lagi.
Nenek mengangguk. Mayang tersenyum senang.
"Syukurlah Anda baik-baik saja. Saya benar-benar khawatir saat itu. Bagaimana bisa keluarga Anda membiarkan Anda berpergian sendirian di tengah jalan seperti itu? Ah, anak Anda sungguh terlalu dingin dan cuek!" dumel Mayang ceplas-ceplos.
"Anak dan menantuku sudah lama meninggal," Nenek mengungkap kenyataan.
Mayang menjadi tak enak, "Maaf. Saya tidak bermaksud menyinggung. Apa Anda hanya tinggal sendirian?"
Nenek menggeleng, "Tidak. Aku punya beberapa orang cucu. Mereka adalah satu-satunya keluarga nenek sekarang."
Mayang mengangguk mengerti," Jika begitu seharusnya mereka tidak membiarkan Anda jalan seorang diri. Kenapa tidak ada yang menemani Anda? Anda seharusnya ditemani seseorang saat ada berada di luar,"
Mayang terdiam sejenak lalu melanjutkan, "Maaf sekali lagi. Sepertinya saya sudah terlalu banyak bicara," lanjutnya.
Nenek tertawa mendengarnya. Belum pernah ada yang mengomeli cucu-cucunya karena masalah seperti ini. Cucu-cucunya memang jarang sekali ikut dengannya jika ia akan berpergian karena ia memang sudah bisa pergi dengan supir atau asistennya saja.
"Kau bekerja di sini?" tanya Nenek pura-pura tak tahu.
"Iya, Nek. Aku baru 4 bulan bekerja di sini. Dan sejujurnya aku sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Aku sudah merasa bosan dan tidak betah bekerja di sini. Kuharap Nenek tidak akan memberitahukannya pada bosku. Beliau sangat galak," bisik Mayang pelan agar tidak ada oranglain yang mendengar.
"Kau sedang mencari pekerjaan lain?" tanya Nenek agak terkejut.
"Iya. Sebelum ini aku pernah bekerja di sebuah perusahaan yang cukup bagus. Tapi karena perusahaan itu akhirnya bangkrut, jadi aku terpaksa harus di PHK dan bekerja di sini karena jarang ada perusahaan berkembang yang mau menerima pelamar yang hanya lulusan SMA. Mereka lebih tertarik pada orang-orang yang sudah memiliki pangkat. Aku benar-benar kesulitan karenanya," jawab Mayang sedih.
"Apa nilaimu bagus di sekolah?" tanya Nenek.
"Tentu saja! Walau bukan yang terbaik, setidaknya nilaiku cukup memuaskan. Tapi tetap saja hal ini tidaklah cukup. Banyak perusahaan yang lebih melihat pada sebuah gelar di belakang nama para pelamarnya, daripada hanya sebuah nama saja," dumel Mayang mencurahkan apa yang memang selama ini dialami.
Nenek menatapnya lekat.
"Begitukah? Lalu kenapa kau tidak melanjutkan sekolahmu saja? Sehingga kau bisa mendapatkan gelar dan setara dengan mereka," tanya Nenek tidak mengerti. Ia pikir bukankah setiap orang harus mengenyam pendidikan setinggi mungkin demi karirnya di masa depan?
"Ya, Nenek benar. Itu tentu akan sangat membantuku," jawab Mayang, "Ah, kenapa aku jadi melantur seperti ini. kalau begitu aku permisi dulu ya 'Nek. Akan kusiapkan pesanan Anda setelah ini. Permisi."
Nenek menganguk dan mempersilahkan. Setelah kepergian waiter itu, Nenek mulai memikirkan ucapannya tadi. Gadis ini pasti tidak sanggup membayar biaya kuliahnya sehingga ia harus bekerja di restoran ini.
Gadis itu pasti merasa sangat sedih karena harus di PHK begitu saja oleh perusahaannya dulu. Sehingga ia terpaksa harus bekerja menjadi pelayan di restoran ini. Sungguh memprihatinkan, pikir Nenek.
Tak perlu menunggu lama, hidangan untuk Nenek telah datang diatar oleh waiters itu yang tadi lagi.
"Siapa namamu?" tanya Nenek.
"Nama Saya Mayang, Nek. Biasa dipanggil May atau Maya," jawab Mayang memperkenalkan diri.
"Berapa umurmu?" tanya Nenek lagi
"Umur Saya sekarang 23tahun, Nyonya."
"Panggil saya Nenek atau Nenek Linda saja. Kau tidak perlu memanggilku nyonya," ujar Nenek. Nenek mengeluarkan sebuah kartu pada Mayang.
"Ini kartu namaku dan pergilah ke sana besok. Cari aku di sana dan aku akan mencoba membantumu mencarikan pekerjaan. Siapa tahu ada lowongan pekerjaan untukmu di kantorku. Bagaimana? Apa kau berminat?" tawar Nenek menawarkan pekerjaan di kantornya.
Senyum Mayang langsung mengembang, "Benarkah? Nenek akan membantuku mencarikan pekerjaan? Wah, tentu saja aku mau 'Nek! Baiklah. Terimakasih, Nek! Aku akan pergi menemui Anda besok. Terimakasih!"
Sungguh sangat beruntung ia hari ini. Benarkan apa yang dikatakannya dulu? Jika berbuat baik maka akan ada hal yang baik pula yang diterima. Ia sangat bersyukur karena pernah sempat menolong seorang nenek-nenek di tengah jalan.
Dan ternyata nenek itu adalah orang yang sangat ramah dan baik hati. Berkatnya, sekarang ia bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Bekerja di sebuah perusahaan. Mayang jadi tidak sabar menunggu hari esok.
Dan benar saja. Begitu esok tiba, ia sudah berpakaian rapi dan bersiap-siap pergi ke alamat yang tertera di kartunama yang diberikan oleh Nenek Linda padanya. Ia sudah menyiapkan CV dan segala data yang diperlukan untuk interview.
Semua sudah disiapkannya dengan sangat baik, mengingat ini adalah harapan terbesarnya untuk bisa kembali bekerja dalam sebuah perusahaan seperti yang dicita-citakannya selama ini.
Betapa terkejutnya Mayang begitu ia sampai di alamat yang ditunjukkan kartunama tersebut. Ternyata perusahaan Nenek Linda bukan perusahaan biasa atau mungkin perusahaan menengah ke atas.
Melainkan perusahaan besar yang sangat terkenal bernama "Glowing Fashionable". Perusahaan pakaian nomor satu di Indonesia. Mayang terpaku di tempat mengamati bangunan pencakar yang sangat besar di hadapannya sekarang.
Ia mengamati sekali lagi kartunama yang ada di tangannya dan gedung ' GF ', sebutan untuk perusahaan Glowing Fashion, secara bergantian.
Tidak salah lagi. Ini jelas benar. Tapi ia sungguh tidak menyangka bahwa orang yang ditolongnya waktu itu ternyata adalah orang yang sangat kaya dan hebat. Apa jabatan Nenek Linda di sini, ya? Apa jangan-jangan dai pemiliknya? Pikir Mayang mengira-ngira.
***