Chereads / Suddenly Rich : One Lady and Four Knights (Can I Choose 1?) / Chapter 14 - Chapter 014 ( Menjebak dan Dijebak )

Chapter 14 - Chapter 014 ( Menjebak dan Dijebak )

Seorang Pria paruh baya dengan seragam rapi.

"Non, Mayang?" sapa pria itu. Mayang mengangguk.

"Ayo, silakan masuk."

Pria itu mempersilakan Mayang untuk masuk dan memyuruh Mayang untuk mengikutinya. Mayang pun menurut.

Mencoba tetap bersikap tenang, walaupun sebenarnya Mayang sangat gugup. Ia tidak tahu apakah pekerjaannya ini benar harus diambil atau tidak.

Pasalnya ia sama sekali tidak tahu bagaimana kondisi keadaan rumah tempat ia akan tinggal ini. Apakah akan cocok atau tidak. Dan apakah ia akan sanggup melakukan apa yang diinginkan Nenek Linda. Dan lagi, ia juga sebenarnya cukup keberatan harus pergi meninggalkan adiknya demi pekerjaan ini.

Menurut percakapannya dengan Pak Burhan, diketahuilah bahwa ia ternyata adalah seorang kepala asisten rumah tangga kepercayaan yang sudah mengabdi di rumah ini selama 25tahun lamanya. Bisa dikatakan hampir sepanjang usianya yang sudah menginjak 35tahunan. Pembawaannya sangat sopan dan tenang.

"Wah, tempat ini sangat benar-benar sangat luas," ujar Mayang takjub, "Bagaimana cara nenek bisa membangun rumah yang begitu besar seperti ini dan juga halaman yang sangat luas seperti arena pertenakan? Aku tidak menyangka ada rumah yang begitu besar dan luas seperti ini di daerah sini. Ini benar-benar luar biasa!"

Pak Burhan menanggapi dengan senyum.

Mayang menatap Pak Burhan, "Apa cucu-cucu nenek sedang berada di rumah sekarang?" tanya Mayang.

"Tidak. Mereka semua sekarang tidak sedang berada di rumah," jawab Pak Burhan, "Apa mungkin Anda sudah tidak sabaran ingin bertemu dengan mereka?"

Pak Burhan mungkin nampaknya ingin bercanda. Tapi sikapnya yang tenang membuat Mayang bingung, dia sedang bercanda atau tidak ya? Sehingga Mayang membalas dengan ekspresi yang serius.

Mayang menggeleng, "Ah, tidak. Tentu saja tidak. Saya hanya merasa sedikit gugup saja. Selama ini, saya tidak pernah melakukan pekerjaan seperti ini sebelumnya. Ini pertama kalinya. Karenanya saya sangat berharap tidak akan mengecewakan."

Pak Burhan tersenyum menanggapi, "Baguslah kalau begitu. Anda harus sangat berusaha," ujarnya dengan wajah penuh keseriusan yang membuat Mayang jadi khawatir.

"Apa mereka begitu sulit diatur?" tanya Mayang merasa cemas.

Pak Burhan menimbang sejenak.

"Tidak juga. Jika dibilang sulit diatur rasanya tidak. Tapi jika dikatakan mudah diatur dan penurut, rasanya juga tidak."

Penjelasan Pak Burhan yang tidak jelas justru malah semakin membuat Mayang bingung.

"Ya, ampun Pak. Jadi yang benar itu sulit diatur atau tidak? Saya jadi bingung. Jika nenek saja pusing menghadapi kelakuan cucu-cucunya, saya yakin pasti mereka itu adalah anak-anak yang sangat nakal."

Kini gantian Pak Burhan yang ikut mengerutkan kening. Rasa aneh menyebut cucu-cucu majikannya itu sebagai anak yang nakal mengingat mereka bukan anak-anak lagi. Ya.. walau sikap mereka memang kurang dewasa.

"Anda benar. Hanya saja, saya merasa mereka sebenarnya bukannya sulit diatur. Tapi mereka itu hanya kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtua mereka. Almarhum tuan dan nyonya meninggal dalam waktu yang terlalu cepat dan hanya Nyonya besar yang akhirnya membesarkan mereka seorang diri," jawab Pak Burhan memaparkan beberapa infomasi kecilnya

"Ya, karenanya aku merasa nenek sangat hebat," balas Mayang menyetujui.

"Tapi karena Nyonya besar selalu memanjakan mereka. Apapun yang mereka butuhkan dan inginkan, pasti akan langsung dipenuhi. Sehingga para cucu menjadi sangat arogan dan menganggap segala sesuatunya mudah. Terkadang diantara mereka ada yang menganggap sesuatu secara sebelah mata. Tapi percayalah, mereka semua adalah anak-anak yang baik," ujar Pak Burhan mengatakan jujur.

Mayang memaklumi hal itu. Sindrom orang kaya. Tentu saja karena mereka punya seorang nenek yang sangat kaya raya dan sanggup memberikan apapun yang mereka minta tanpa kesulitan apapun.

"Ya, tapi saya berharap setidaknya mereka bukan jenis anak-anak yang benar-benar sangat nakal dan sulit diatur. Anda tentu tahu maksud saya. Saya terbiasa dengan adik saya yang berumur 10tahun. Dia anak yang sangat lucu dan penurut. Dia tidak pernah sekalipun berbuat ulah. Karenanya saya sangat berharap mereka bukan jenis anak-anak usil yang bandel atau semacamnya. Anda tentu tahu kan kenakalan yang sering dilakukan anak-anak kecil dibawah umur 10tahun zaman sekarang?" Mayang memaparkan kekhawatirannya.

Pak Burhan justru menatapnya bingung, "Apa?" Sebutnya tanpa sadar.

"Anda tidak bisa menangkap apa yang saya maksudkan?" tanya Mayang balik ikut bingung.

Pak Burhan menggeleng.

"Bukan, bukan. Maksud saya, sepertinya Anda telah sangat salah paham dengan umur para cucu Nyonya Linda. Mereka sudah besar. Mereka bukan anak kecil yang berumur dibawah sepuluh tahun seperti yang Anda maksudkan. Cucu termuda bahkan sudah berumur 17tahun dan sebentar lagi akan lulus sekolah menengahnya. Dan cucu tertua baru saja memasuki kepala tiga," jelas Pak Burhan. Membuat Mayang syok.

"APAAA??!!" teriak Mayang terkejut setengah mati. Mayang hanya bisa melongo.

***

"Nenek, kenapa nenek tidak mengatakan padaku bahwa cucu-cucu nenek semua sudah besar? Mereka sudah pada dewasa dan bukan anak kecil seperti yanag aku kira selama ini?" Mayang melayangkan gugatan protes begitu bertemu dengan Nenek Linda. Ia merasa dipermainkan.

"Aku belum mengatakannya?" Nenek justru berpura-pura tidak tahu.

"Tidak sama sekali! Nenek seharusnya mengatakannya terlebih dahulu. Kenapa Anda justru tidak mengatakan apapun? Hah.. aku pikir aku akan menjadi pengasuh untuk anak umur di bawah 10tahun. Tapi ini? Anda memintaku mengurus orang yang bahkan hampir seumuran denganku? Haiz, tidak! Bahkan lebih tua dariku? Anda bergurau?" Mayang berujar dengan tidak percaya.

Nenek bukannya marah atau kesal dengan protes Mayang. Ia malah tertawa. Tawa yang malah membuat Mayang semakin jengkel.

"Maaf. Maaf. Aku sama sekali tidak bermaksud membohongimu. Tapi aku terpaksa melakukanya. Apa jika aku mengatakan bahwa aku memintamu mengurus cucu-cucuku yang sudah dewasa semua, kau akan mau membantuku?" Nenek mengungkapkan pemikirannya dengan gamblang.

"Tentu saja tidak!" jawab Mayang yakin, "Bagaimana cara aku bisa mengurus mereka. Jika itu anak kecil, aku mungkin sudah terbiasa karena aku biasa mengurus adikku. Tapi ini? Anda meminta aku mengurus orang dewasa? Bagaimana aku bisa melakukannya?"

Mayang masih tidak habis pikir.

"Karenanya aku terpaksa berbohong demi agar kau mau menyetujuinya," balasan nenek membuat Mayang tak berdaya.

"Anda menjebakku?" Mayang memasang wajah sedih.

"Tidak. Aku hanya merasa kau sanggup mengubah semua sifat cucu-cucuku. Itu saja. Aku masih ingat bagaimana cara kau mendamaikan anak kecil yang sedang berebut kue di hari ulang-tahun temannya itu. Kau terlihat berkompeten," tutur nenek mengingat masa utu.

"Bagaimana Anda bisa menyamakan situasi saat itu dengan kondisi kita saat ini?" Mayang masih menatap tak percaya, "Anda saja sudah mengurus cucu-cucu Anda selama bertahun-tahun tidak bisa! Mana mungkin aku bisa?"

"Maaf, Nek. Sepertinya untuk kali ini aku tidak bisa membantumu. Aku terpaksa menolak tawaranmu itu," seru Mayang akhirnya.

Nenek tetap tenang.

***