Chereads / Suddenly Rich : One Lady and Four Knights (Can I Choose 1?) / Chapter 12 - Chapter 012 ( Pertemuan Tak Terduga )

Chapter 12 - Chapter 012 ( Pertemuan Tak Terduga )

Mayang melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung GF. Ia menghampiri meja resepsionis dan memberitahukan keperluannya datang ke sana sambil menunjukkan kartu nama Nenek pada resepsionis.

Sang resepsionis langsung mengangguk lalu memberikan sebuah buku untuk Mayang dan memintanya untuk mengisi data kunjungan terlebih dahulu.

Sesuai dengan peraturan perusahaan, setiap tamu yang datang diharuskan mengisi data diri mereka dan alasan kunjungannya itu dalam secarik form yang memang sudah sengaja di sediakan.

Mayang pun menurut tepat ketika itu seorang pria yang keliatannya baru keluar dari lift.

Pria itu berjalan ke arah meja resepsionis dan berkata, "Shinta, tolong titip pesan jika ada yang mencariku. Katakan padanya untuk menghubungiku lagi nanti siang, jika aku sudah kembali. Dan bila ketua mencariku, katakan padanya aku ada urusan pribadi yang sangat penting sebentar. Jadi, minta padanya untuk tidak menggangguku dan mengusik. Kau mengerti?"

"Baik, pak!" jawab si resepsionis yang bernama Shinta itu sambil mengangguk mengerti.

Pria yang berbicara itu adalah Vicky.

Vicky menoleh sedikit ke arah Mayang begitu melihat kartunama yang dipegang gadis itu. Vicky jelas mengenal dengan baik bagaimana tampilan bentuk kartunama Nenek yang memang agak berbeda dengan kartunama pegawai atau direktur lain yang ada di Glowing.

Jika pegawai glowing memiliki kartunama dengan warna dasar putih atau abu sesuai dengan jabatannya masing-masing dan para petinggi di atasnya lalu berwarna silver. Milik Nenek berwarna gold dengan ukiran simbol GF yang sengaja dibuat timbul dipinggir kanan atas.

Ia mengerutkan kening sejenak. Nenek jarang sekali memberikan kartunamanya pada oranglain. Tapi, kenapa kartu nama itu bisa ada di tangan wanita yang ada di meja resepsionis itu?

Jika memang itu asli, rasanya aneh sekali. Biasanya nenek hanya akan memberikan kartunama asisten pribadinya saja setiap kali ada yang meminta. Lantas, kenapa kartunama itu ada di sana?

Vicky melirik jam tangannya. Ia harus buru-buru, sehingga Vicky memutuskan untuk tidak mempertanyakannya lagi perihal kartu nama itu dan memilih untuk pergi.

Mayang selesai mengisi formulirnya. Langsung dipersilahkan untuk naik ke lantai 14, tempat Nenek Linda berada. Mayang berjalan menuju ke lantai atas.

Dalam perjalanan, Mayang masih saja terkagum-kagum dengan dekorasi gedung kantor yang sangat jauh berbeda dengan kantornya dulu. Ia masih terheran-heran memikirkan bagaimana mungkin ada gedung perkantoran yang sebagus ini.

Benar-benar seperti sebuah hotel berbintang lima. Walaupun ia tidak pernah mencoba memasuki hotel berbintang lima, tetap saja ia punya bayangan yang sangat "Waw" tentang tempat itu.

Dan ketika ia berada dalam lift, Mayang tidak sengaja bertemu dengan Danil yang sedang membawa banyak dokumen untuk disortirnya.

Mereka yang tidak saling mengenal, bersikap acuh satu sama lain. Dan karena saat itu Danil membawa setumpuk barang yang amat banyak sampai harus menutupi sebagian wajahnya, Mayang menawarkan diri untuk membantunya menekan tombol tujuan.

"Ingin ke lantai berapa?" tanya Mayang.

"Lantai 11," Danil menjawab dengan singkat.

Mayang mengangguk lalu menekan angka 11 yang ada di deretan layar sebelah kanan lift.

Danil langsung berseru, "Terima kasih."

"Sama-sama," balas Mayang.

Keduanya kemudian hening. Mayang menatap pantulan dirinya dalam lift berlapis kaca. Memeriksakan kembali penampilannya dari atas hingga ke bawah lalu mengoreksinya jika ada yang dirasanya kurang pas atau salah. Tanpa sadar ia bersuara pelan.

"Oow, tidak! Sepertinya aku terlalu terburu-buru kemari. Untung saja lift ini ada kacanya, hehe.." gumamnya pelan sambil membetulkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Baiklah... Rambut, oke. Polesan wajah, oke. Baju, oke. Sepatu juga. Ehm... Perfect!" gumamnya lagi dengan penuh semangat.

Danil tersenyum geli di balik tumpukan barang bawaannya mendengar ucapan Mayang yang dirasanya lucu.

Mayang menoleh sekilas ke arah pria yang ada di sebelahnya itu. Merasakan ada suara tawa yang tertahan. Mayang menatapnya heran.

Apa dia baru saja menertawakanya?

Mayang menatap sinis ke arah pria yang entah siapa itu lalu memutuskan untuk tidak memperdulikannya. Memilih bersenandung pelan untuk membunuh kesunyian di dalam lift. Mayang menyenandungkan irama salah satu lagu favoritnya 'Heall the World' milik Michael Jackson yang sering didengarnya belakangan ini.

Walaupun lagu lama, tapi ia tetap suka karena musik, irama dan maknanya yang sangat dalam.

Danil mendengar senandung kecil itu sambil memejamkan mata. Tanpa ia sadari, senandung kecil wanita tak dikenal di dekatnya itu membuatnya merasa sedikit rileks. Hingga tanpa terasa tombol lantai 11 menyala dan pintu lift terbuka.

Danil yang menyadari itu, langsung keluar dari lift dan kembali ke ruangannya. Sementara Mayang tetap bersenandung pelan sampai ke lantai atas.

Lift berhenti tepat di lantai 14. Mayang berjalan keluar dan mengikuti petunjuk yang diberikan resepsionis di bawah tadi tentang lokasi ruangan Nenek Linda berada.

Menurut keterangan resepsionis, ia hanya perlu berjalan lurus saja lalu berbelok ke kanan kemudian ke kiri dan akan sampailah ia ke ruangan Nenek.

Mayang berlari kecil menelusuri koridor di lantai tersebut. Lalu tiba-tiba saja ia tak sengaja menubruk seseorang dibalik persimpangan jalan yang dilaluinya.

"Maaf, maaf. Saya tidak sengaja," seru Mayang meminta maaf sambil menunduk dalam. Sepertinya ia terlalu bersemangat menemui Nenek sehingga ia sembarang berbelok saja ke kiri tanpa melihat-lihat lagi. Mayang menepuk keningnya yang sedikit sakit karena tubrukan itu.

"Maaf-maaf... Makanya lihat-lihat! Jangan sembarang berbelok saja tanpa melihat!" maki pria itu kesal. Mayang melongo mendengarnya.

Belum sempat memprotes makian pria itu, pria yang ternyata adalah Si Al, sudah berjalan pergi meninggalkan Mayang.

Mayang menatap kesal ke arah punggung Al.

"Heh! Baru juga ditabrak sedikit, sudah marah!" dumel Mayang, "Dasar pria bertempramen buruk! Kwekk!!"

Mayang menjulurkan lidahnya ke arah pria yang sudah berjalan jauh darinya, lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruangan nenek Linda.

Mayang mengetuk pintu ruangan Nenek dan masuk begitu dipersilahkan.

"Oh, Maya. Senang bertemu denganmu kembali," sapa Nenek.

"Iya, Nek. Anda masih ingat saya?" tanya Mayang.

"Tentu saja. Bagaimana bisa aku melupakan penolongku?" canda Nenek.

Mayang terkekeh, "Ah, Nenek. Anda hebat sekali! Saya sungguh tak menyangka Anda mempunyai perusahaan yang sangat besar seperti ini. Bukankah 'Glowing Fashion' adalah perusahaan fashion terbesar di Indonesia? Saya sungguh tak menyangka bisa berkenalan dengan orang hebat seperti itu. Tadi saja, saat di luar gedung, saya sempat berpikir saya salah alamat. Hehe..."

Nenek tertawa, "Begitu hebatnyakah?"

"Tentu saja. Anda juga orang sangat baik dan ramah. Tidak seperti para pengusaha kaya pada umumnya. Mereka cenderung sombong dan tak bersahaja. Itu bisa dimaklumi karena mereka pikir mereka bisa memiliki apapun yang mereka inginkan dengan uang yang mereka miliki. Tapi Anda? Anda sangat berbeda. Dan saya sangat kagum pada Anda," tutur Mayang jujur. Nenek tersenyum mendengarnya.

***