Chereads / Suddenly Rich : One Lady and Four Knights (Can I Choose 1?) / Chapter 13 - Chapter 013 ( Bekerja Padaku dan Ubah Sifat Buruk Cucuku )

Chapter 13 - Chapter 013 ( Bekerja Padaku dan Ubah Sifat Buruk Cucuku )

Oiya, Saya datang kemari atas perkataan nenek kemarin tentang lowongan pekerjaan. Saya sudah membawa CV dan data pribadi lain yang kiranya diperlukan. Nenek bisa melihatnya," ujar Mayang sambil menyerahkan dokumen yang dibawanya pada Nenek.

Nenek membuka dokumen itu kemudian membacanya.

"Jadi sebelum ini, kau pernah bekerja di salah satu perusahaan produk makanan di bagian administasi marketing?" tanya Nenek pada Mayang yang langsung dibalas anggukan oleh Mayang. Nenek menatapnya serius.

"Oke. Akan kutanyakan pada bagian HRD, Apa mereka membutuhkan karyawan," lanjut Nenek sambil mengangkat telpon untuk menghubungi seseorang. Mayang mengamatinya dengan was-was.

"Merry, tolong tanyakan pada kepala HRD apa ada lowongan pekerjaan yang kosong untuk karyawan di sini. Saya punya seorang kandidat dan basisnya adalah di bagian administrasi atau semacamnya. Tolong cek segera dan laporkan padaku," ujar Nenek pada orang tersebut di i-phone.

"Mereka akan memberi kabar sebentar lagi. Kau hanya perlu menunggunya," seru Nenek pada Mayang.

Mayang mengangguk, "Iya, Nek. Tapi apa saya harus menunggunya di luar? Atau bagaimana? Saya takut mengganggu pekerjaan Anda," jawab Mayang merasa tak enak.

Nenek tersenyum, "Tidak apa-apa. Kau bisa menunggunya di sini. Tidak akan lama 'koq," balas Nenek.

"Oh, syukurlah. Tapi, apa Anda baik-baik saja? Anda terlihat sedikit kurang baik sekarang. Apa ada yang mengganggu pikiran Anda?" tanya Mayang merasa penasaran.

Nenek menggeleng, "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja."

Sejujurnya, Ia tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Cucunya, Al, baru saja menemuinya dan melakukan protes terhadap masalah pengosongan posisi CEO Glowing.

Nenek memang berencana mengosongkan jabatan itu sementara setelah ia resmi pensiun nanti. Tapi Al sama sekali tidak setuju dengan hal tersebut dan dengan keras menentangnya. Ia berpikir, tidak mungkin jika sebuah perusahaan tidak memiliki seorang pemimpin dan pengendali. Apa yang akan dikatakan orang luar?

Selain itu, Al juga menuding neneknya tidak mempercayainya dan bersikap tidak adil. Bukankah seharusnya perusahan ini diserahkan padanya yang merupakan cucu tertua dalam keluarga setelah kakaknya melepas semua urusan bisnis keluarga padanya selama ini?

Bagaimana mungkin Nenek bisa bersikap tidak adil dengan memutuskan untuk mengosongkan posisi yang seharusnya menjadi miliknya tanpa mempertimbangkan semua kerja keras dan usahanya selama ini?

Apa memang Nenek tidak pernah mengganggapnya selama ini? Atau Ia memang meragukan dirinya?

Nenek memejamkan mata memikirkan semua perkataan Al tadi padanya. Ia cukup merasa terluka mendengarnya.

Ia tidak pernah sama sekali meragukan kemampuan cucu-cucunya. Ia tahu semua cucunya adalah orang-orang yang pintar dan berbakat. Tapi ia tak kuasa jika harus menambah kericuhan yang terjadi antara cucu-cucunya jika seandainya saja ia memilih salah satu diantara mereka.

Ia tahu sifat cucunya yang lain. Vicky dan Danil selalu merasa mereka memiliki hak yang setara dengan kakaknya yang lain. Mereka tidak akan senang jika Al yang dipilih untuk menggantikannya. Apa ia harus menunda masalah pensiunnya?

Nenek menatap Mayang, "Apa kau memiliki saudara kandung?" tanyanya.

Mayang terlihat bingung dengan pertanyaan itu, tapi ia menjawab juga.

"Ya. Saya punya seorang adik laki-laki yang sekarang duduk di bangku kelas lima SD. Dia anak yang sangat lucu, pintar dan sangat penurut. Dia selalu mendengarkan kata-kata kakaknya ini dan tidak pernah melawan. Sungguh adik yang sangat membanggakan," jawab Mayang sangat membanggakan adiknya.

"Sepertinya, kau sangat menyayangi adikmu itu," ujar nenek.

"Tentu saja. Karena dia satu-satunya keluarga yang saya miliki sejak ayah saya meninggal enam tahun yang lalu. Dia adalah segalanya. Itu sebabnya saya akan melakukan apapun untuk membesarkannya menjadi orang yang hebat suatu saat nanti," balas Mayang membenarkan.

"Ayahmu sudah meninggal? Lalu ibumu?" Nenek menatap Mayang sangat serius

"Ibu saya meninggal saat melahirkan adik saya, Juju. Itu sebabnya tadi saya mengatakan adik saya adalah keluarga saya satu-satunya sekarang," terang Mayang.

"Kau membesarkan adikmu seorang diri?" tanya Nenek lagi. Ia terlihat agak terkejut.

Mayang mengangguk, "Ya, walaupun saya punya seorang paman dari pihak ayah saya yang kadang suka membantu. Tapi tetap saja sayalah yang harus mengurus adik saya sendiri semenjak ayah saya tidak ada," jelas Mayang lagi.

Nenek mengangguk mengerti sekaligus merasa kagum. Jarang sekali ada wanita yang begitu tegar dan kuat seperti Mayang diusianya yang terbilang masih sangat muda.

Telepon di meja Nenek berdering dan Nenek mengangkatnya. Nenek mengatakan beberapa patah-kata lalu menutup telepon itu kembali.

Nenek menatap Mayang dengan raut yang sedikit sedih, "Maaf, May. Sepertinya belum ada lowongan pekerjaan untukmu. Semua bagian sudah terisi penuh dan kami masih belum memerlukan tambahan tenaga. Aku sungguh minta maaf karena sudah mengecewakanmu."

Walaupun kecewa, Mayang tersenyum tipis, "Iya, tidak apa-apa 'koq, Nek. Perhatian Nenek saja sudah membuat saya sangat berterimakasih. Mungkin saya kurang berjodoh dengan perusahaan ini. Saya bisa mencarinya 'koq di tempat lain."

"Baiklah. Kalau begitu kamu tinggalkan saja CV dan datamu disini. Jadi jika sewaktu-waktu perusahaan memerlukanmu, aku akan mencarimu," tawar nenek lagi.

Mayang menurut lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan.

"Tunggu sebentar," cegah nenek mendadak saat Mayang baru saja akan membuka pintu keluar.

"Apa kau benar ingin bekerja denganku?" tanya nenek dengan wajah serius.

Mayang menatap nenek bingung.

"Kalau begitu, bagaimana jika kau bekerja di rumahku?" tawarnya.

***

"Aku memiliki tujuh orang cucu. Dan aku berharap kau bisa merubah sikap buruk mereka dan mendamaikan mereka semua, terutama cucuku yang ke-2, ke-3, dan ke-4. Ketiga cucuku itu seperti anjing dan kucing. Mereka tidak pernah bisa akur. Karenanya aku berharap kau bisa membantuku menciptakan perdamaian di dalam rumah. Apa kau bersedia?" ucapan Nenek tergiang-giang dalam benak Mayang.

"Aku akan memberimu masa percobaan enam bulan dan aku akan memberimu gaji tiga kali lipat dari gajimu yang sekarang. Jika kau bersedia, kau bisa tinggal di rumahku mulai minggu depan. Bagaimana? Apa kau bersedia?" ucap Nenek lagi, memberikan penawaran.

Mayang berdiri tepat di depan sebuah rumah besar nan megah dengan sikap mematung. Ia mengedip-ngedipkan mata dengan takjub menatap apa yang dilihatnya sekarang.

Mayang bahkan tak sanggup berkata-kata. Ia tahu Nenek Linda adalah orang yang kaya. Tapi ia tak menyangka Nenek Linda adalah orang yang benar-benar sangat kaya-raya.

Bagaimana tidak!? Dia punya rumah yang sebesar istana. Belum lagi rumah itu di kelilingi oleh halaman yang sangat luas. Mayang tak pecaya ada tempat seperti itu di Jakarta yang bahkan bisa ia injaki. Dan rumah itu ratusan kali lipat lebih besar dan luas dari rumahnya.

Hingga Mayang bahkan sempat berpikir, mungkin saja ia sedang berhalusinasi atau mungkin sedang bermimpi. Tapi lamunannya itu langsung terbantahkan saat ada seseorang dari dalam rumah menghampirinya.

***