Darlie bersikap sok dihadapan Shela dengan bertingkah bahwa ia akan segera menerkam Shela saat itu juga. Dipikirnya Shela akan takut? Shela mengetahui apa yang menjadi ketakutan Darlie. Ia lalu mengangkat teleponnya di depan Darlie dan memutar rekaman suara Darlie dari awal!
Darlie terkejut. Bagaimana bisa anak yang kelihatan sangat polos, bisa memikirkan cara yang bahkan tidak dilakukan oleh wanita-wanita yang pernah ia tiduri! "Apa yang akan kau lakukan dengan rekaman itu?" Kesal Darlie.
Shela tersenyum. "Mudah saja! Aku akan mengirimkan rekaman ini ke kakek Pramu dan kamu tahu kan apa yang akan kakek lakukan. Jika tahu kau kurang ajar padaku,, kira-kira apa yang akan kamu dapatkan!" Seringai Shela penuh kemenangan.
Darlie sangat tahu mengenai watak kakeknya. Merendahkan Shela, sama dengan menentang kakek. "Sial!" Gumamnya.
Segera tangan Darlie hendak ingin mengambil handphone Shela untuk menghilangkan jejak. Akan tetapi, Shela sangat lihai dan segera menyembunyikan telepon genggamnya ke belakang punggungnya. Ia lalu melangkah keluar dari celah yang diberikan Darlie untuk lepas dari situasi itu.
"Hei, jangan pikir kau bisa lolos!" Darlie menangkap tubuh Shela dari belakang. Sayangnya, Shela tidak diam saja. Ia sedikit memberontak untuk lepas dari genggaman pelukkan Darlie, Sehingga mereka berdua terjatuh ke atas lantai.
Tubuh mereka saling bertindih dengan posisi Shela di bawah. Mata yang saling bertatapan, membuat keheningan tiba-tiba merasuk dalam ruangan itu. 'Anak ini... matanya indah juga!' Darlie terkagum dengan mata hitam pekat Shela. Ia teringat akan mendiang ibunya yang memiliki sorotan sinar yang sama dengan milik Shela.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Shela membuat Darlie tersadar dari lamunannya. Segera pria itu berdiri dan mengepak sekujur tubuhnya dengan kedua tangan yang ia miliki, seolah-olah Shela membawa virus yang sangat mematikkan.
Shela memicingkan matanya, tak suka dengan sikap Darlie. Pria itu benar-benar merusak suasana hatinya!
"Apa kau pikir aku pembawa bakteri?" Sinis Shela.
Darlie melihatnya dengan tidak percaya, "Maaf mba! Kau bukan hanya pembawa bakteri. Tapi kau itu virus mematikan yang harus dibasmi..." Jelas Darlie. "Sekarang berikan handphonemu padaku." Tambah Darlie sambil mengulurkan tangannya.
"Tidak!" Tegas Shela. "Bagaimana bisa aku memberikan satu-satunya alat yang bisa aku gunakan untuk merantai lehermu!" Sambung Shela lagi berbicara dengan lantang. Ia terlihat tidak takut dengan pria yang mungkin bisa melakukan apapun yang ia mau.
Darlie tertawa. "Baiklah. Mari kita lihat siapa yang akan menjadi pemenang pada akhirnya! Kau mau menikah kan? Oke. Mari kita menikah! Akan aku pastikan kau akan menyesali keputusanmu."
Darlie menarik Shela keluar dari apartemen. "Apa yang mau kau lakukan?" Teriak Shela sambil mendorong tangan Darlie pergi darinya.
"Kita akan ke gereja! Kau ingin segera menikah kan? Akan aku berikan semua yang kau mau." Kata Darlie enteng, tanpa memikirkan perasaan Shela.
"Apa kau gila? Ini jam 4 subuh. Kau pikir gereja akan sembarangan menikahkan kita? Lepaskan aku!" Hardik Shela.
Darlie melepaskan tangan Shela. Ia menatap kedua mata calon istrinya itu dalam. "Kau... Kau hanya bencana untukku!" Ujar Darlie dengan suara mengecil, kemudian berlalu pergi.
Shela terdiam, tak beranjak dari tempatnya. Ia menatap punggung belakang Darlie dengan pikiran yang kosong. 'Pria yang malang!' Entah kenapa Shela berpikir demikian saat melihat wajah Darlie sebelum ia berpaling pergi.
'Apa aku harus mengejarnya?' Terbesit kata dipikiran Shela, namun kaki Shela tak bisa beranjak seolah tertahan oleh tali yang mengekangnya.
"Hei..." Shela memanggil sebelum Darlie benar-benar menjauh pergi.
"Aku... aku sama sekali tidak ingin menjadi bencana bagimu." Shela sedikit mengeraskan suaranya, agar Darlie mendengar apa yang ia katakan. "Aku, aku hanya ingin mendapatkan kepercayaan dari ayah dan ibuku. Apa itu juga adalah keegoisan?" Kata Shela dengan nada yang memelan.
Darlie berlalu pergi tanpa menengok ke belakang. Mungkin kedua insan itu benar-benar sulit untuk bersatu.
"Hah..." Shela menghembuskan nafas panjang. Darlie sungguh membuatnya lelah, tapi mau bagaimana lagi. Ia harus memenangkan hati pria itu! Dengan langkah kaki yang berat, Shela kemudian mengikuti pria itu. Melangkah perlahan untuk membuntutinya dari belakang.
'Tunggu, memangnya aku punya mobil!' Serunya dalam hati.
"Aish..." Terpaksa Shela harus mengeluarkan uang sewa taxi untuk terus mengikuti Darlie.
Untung saja taxi berlalu lalang tanpa henti di kota besar itu. Jadi mudah saja bagi Shela untuk menemukan taxi. "Just follow that car..." Kata Shela terburu-buru.
Pengendara taxi dengan segera menancapkan kakinya menginjak gas mobil. Zzzt, pengendara itu melaju dengan kecepatan tinggi mengikuti jejak Darlie. Belok ke kiri, lalu ke kanan! Shela pun ikut terpelanting ke arah mobil melaju...
Tiba-tiba mobil itu berhenti. Nyiiit! Bukkk! Jidat Shela terbentur pada kursi pengemudi. Pengemudi itu lalu melihat ke belakang, ke arah Shela dengan senyuman puas. "Mem we have arrived," Katanya.
Shela menarik nafas, lalu mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar jasa pengemudi taxi. Kepalanya terasa oleng dan ingin muntah rasanya. Setelah menerima pembayaran, Shela turun dan taxi itu pun pergi.
Shela melihat sekeliling, mencari di mana keberadaan Darlie! Saat itu cukup ramai, tampaknya ia sedang berada di club yang masih saja beroperasi saat pagi akan segera menjelang datang.
Beberapa gadis berjalan di depannya dengan kondisi mabuk berat, dan beberapa lainnya berdiri di pojokkan sambil berciuman mesra, mungkin mereka adalah pasangan.
Brukk! "Aish..." Seorang pria menggerutu. Ia menabrak Shela, dan pria itulah yang menjadi kesal! "Damn you whore! Don't get in my way." Gerutu pria itu.
Bola mata Shela memutar. Bukannya minta maaf, pria itu malah mengumpatnya. Dari pada mengurusi orang yang tidak jelas, Shela cepat-cepat berpindah lokasi.
"Hey! Where do you want to go?" Pria itu mencoba menghalangi Shela dengan menarik lengan baju Shela. Namun Shela malas untuk menanggapi, pria yang setengah sadar itu. Karena mungkin, bisa-bisa saja ia yang akan menjadi gila berurusan dengan orang mabuk.
Ia lalu melepaskan kaitan tangan pria itu yang sempat menarik lengan bajunya. "Hey, I talk to you!" Teriak Pria setengah sadar tersebut. Tapi lagi-lagi Shela tidak menghiraukannya. Pria itu pun menjadi sedikit kesal!
Pandangan Shela lalu tertuju kepada pria mencolok yang sedang bersandar santai pada mobilnya, melipat kedua tangannya sejajar dada seperti sedang menunggu seseorang. "Akhirnya ketemu juga!" Geram Shela menuju ke arah Darlie dengan cepat. Namun langkah kakinya terhenti saat melihat seorang gadis yang keluar dari club tersebut, melompat memeluk Darlie dengan berani lalu mencium bibirnya.
'Apa yang barusan terjadi!?' Shela bergeming.
~To be continued