Chereads / Teratai Gurun / Chapter 4 - | Rekor Masuk Ruang BK

Chapter 4 - | Rekor Masuk Ruang BK

Jam tujuh pagi, Reza baru terbangun dari tidur pulasnya, bahkan dia tidak peduli akan terlambat saat menuju sekolah nanti.

Dasar pemalas!

Reza menjulurkan tangan mematikan jam weker di nakas kecil yang berada di samping tempat tidur empuknya. Benar saja, jam itu telah berbunyi sadari tadi. Namun, bukannya bangun, ia malahan tidur kembali.

Sungguh pemalas sejati.

Tok... Tok... Tok...

"REZA!!" teriak wanita paruh baya.

Reza memincingkan matanya ke arah getokan pintus tersebut. Terdengar suara getokan pintu yang keras dan suara toak masjid dari luar kamarnya, membuat Reza berdecak sebal.

"Kenapa?"

"Yaampun! Sekolah Rez, jangan keasikan tidur!"

"Hmm," sautnya malas, lalu duduk di ranjang untuk mengumpulkan nyawanya.

Wanita paruh baya itu merupakan tante Reza yang sejak lama menemaninya tinggal di rumah keluarga Athana itu.

Kesibukan dari ayah dan ibu Reza yang bekerja di luar negeri sebagai pemilik saham terkenal membuat Varrel dan Natasha tidak bisa menemani anak kesayangannya. Oleh karena itu, Eli lah yang menemani Reza.

Oke, back to Reza.

"Yang cepet Reza, udah kesiangan kamu! Tante juga mau ada miting sekarang, jadi nggak bisa terus jadi alarem kamu Reza!!" teriak Eli, bisa terdengar jelas di kamar Reza. "Tante mau kerja dulu ya, Bye," lanjut Eli berpamitan.

Reza memutar bola matanya malas, "Hmm, iya."

Nyawa Reza sudah sudah terisi penuh, ia mulai terbangkit dan menuju bilik kecil yang ada di kamarnya. Ya, itu kamar mandi.

Beberapa menit berlalu, setelah melakukan ritual basuhan di kamar mandi, akhirnya Reza beranjak memakai seragam sekolah yang bisa dikatakan asal-asalan dan jauh dari kata rapi. Ia mengambil sepatu dengan merek adidas berwarna putih kesayangnya tak lupa melihat cermin memastikan penampilannya sudah cool. Cool menurutnya, padahal masih acak-acakan. Tapi, tetap saja aura ketampanan dari Reza masih bisa terasa menusuk sampai ke pelipis mata.

Reza menyampirkan tas yang tidak tau apa isinya, mungkin hanya sesuatu yang tidak penting. Setelah itu, ia mengambil kunci motor sport merah kesayangannya di nakas, lalu beranjak keluar kamarnya menuju ruang tamu, di sana ada Bi Inah yang masih membersihkan meja ruang tamu.

"Eh… Den Reza ganteng mau sekolah nih?"sapa Bi Inah ramah.

Riza tersenyum ramah ke arah Bi Inah, "Iya Bi, Reza mau berangkat sekolah," sahut Reza kepada sang pembantu.

Bi Inah sudah Reza anggap sebagai keluarga, bahkan Bi Inah lah yang selalu mengasuh dan merawat Reza sejak kecil hingga sekarang. Bahkan Bi Inah sudah dianggap sebagai orang tua pengganti bagi Reza.

Sejak orang tuanya disibukan dengan pekerjaan di luar negeri dan tantenya yang bernama Eli tdaik bisa intens untuk mengawasi Reza, karena kesibukan pekerjaan. Bi Inah lah yang selalu ada untuk Reza. Makanya tidak heran Reza sangat ramah dan juga akrab pada Bi Inah.

"Nggak makan dulu Den?"

"Nggak Bi, nanti di sekolah aja Reza makannya," sahut Reza dengan seulas senyuman. "Terus, Bibi udah makan belum?" lanjut Reza, bertanya balik kepada Bi Inah.

"Bulum sih Den, setelah bersih-bersih ini baru Bibi makan," jawab Bi Inah sambil menunjuk meja yang ia bersihkan.

"Nanti inget makan ya Bi, awas lho cacingnya main band di dalem perut," sahut Reza, mencoba menghibur Bi Inah yang tampak kelelahan.

Bi Inah tertawa pecah, "Ahh… Deden mah bisa aja."

Reza tersenyum kecil melihat Bi Inah tertawa, "Kalau gitu Reza duluan ya Bi, mau berangkat ke sekolah."

"Yowes, nanti hati-hati di jalan ya Den."

Reza tersenyum tipis ke arah Bi Inah, "Iya Bi, kalau gitu Reza duluan."

Reza beranjak keluar dari ruang tamu menuju garasi rumahnya, untuk mengambil motor dengan warna merah itu menuju sekolah.

Brrrrrummmmm…

Reza pun berangkat ke sekolah.

===***===

Jam pelajaran pertama telah dimulai 45 menit yang lalu, Reza belum kunjung datang untuk memasuki kelas matematika yang diajar oleh Bu Dewi. Sungguh kemalasan Reza sudah merasuk sampai ke akar-akarnya.

Menyebalkan!

Breakkkkk..

Pria tinggi dengan gaya anak berandal memasuki kelas tanpa mengucapkan salam atau patah kata yang menggambarkan murid sopan santun.

Bu Dewi yang sedang menulis materi dan siswa yang menyimak, sentak menjadi kaget. Sunggguh membuat nyawa hilang beberapa persen.

Sadar akan kehadiran orang yang masuk tanpa permisi itu, Bu Dewi langsung mendengus sebal, "Datang telat, main masuk saja kamu! Nggak tau ini udah mau jam istirahat?"

Bu Dewi, selaku guru ketertiban sekaligus mengajar matematika sudah berdecak pinggang, kesal dengan kelakuan Reza yang hampir setiap pelajarannya datang terlambat.

Reza yang merasa diajak bicara menatap malas wanita paruh baya yang tengah mencelotehinya.

Sungguh membosankan, berhadapapan dengan nenek lampir ini lagi, dan lagi.

"Kamu pikir kamu itu siapa?" tambah Bu Dewi tegas sambil memplototi wajah Reza yang terlihat tenang.

"Kenalin, saya Reza Bu," saut Reza dengan wajah datar, lalu menjulurkan tangannya. Reza menjawab pertanyaan Bu Dewi tanpa dosa.

Sentak seisi kelas tercengang mendengar jawaban dari Reza yang di luar dugaan, Bu Dewi yang mendengar jawaban dari Reza mulai memanas, "Reza!! Kamu sadar gak sih bicara dengan siapa? Sudah telat kurang ajar lagi!" jawab Bu Dewi dengan nada keras seraya menatap jengah ke arah Reza.

"Iya Bu, saya sedang bicara dengan guru yang bernama Ibu Dewi Rustiana yang mengajar materi matematika di kelas ini," jawab Reza tidak ada takut-takutnya.

"REZA!! KAMU INI MAU BUAT IBU MARAH, AHHH!?" gertak Bu Dewi sangat keras keli ini.

"Nggak," jawab Reza singkat.

Sekarang emosi Bu Dewi telah memuncak sampai ke ubun-ubunnya, pasalnya Reza sangat santai dan menganggap ini bukan masalah besar sama sekali, bahkan dari gerak-geriknya sangat tidak menunjukan rasa takut sekalipun. Bu Dewi menunjuk, seakan-akan ingin mengutuk murid tidak tau diri itu, "REZA!! SEKARANG JUGA KAMU-"

"Keruang BK kan?"

Bu Dewi langsung melongo karena Reza tau perkataan yang akan dilontarkannya, "Kok kamu tau?"

"Udah langganan," saut Reza santai, lalu berpaling meninggalkan Bu Dewi menuju ruang BK.

Sedangkan Bu Dewi hanya bisa memijat pusing kepalanya dengan kelakuan murid yang kurang ajar ini.

Menyebalkan!

Memang sosok Reza sudah menjadi langganan dari ruangan yang penuh celotehan itu, bahkan namanya sampai memenuhi catatan dari Pak Reno selaku guru BK di sekolahnya.

Jika ada rekor dunia masuk ruang BK terbanyak, Reza lah yang akan menjadi pemecah rekornya.

"Reza, Reza, bapak sampai enek lihat muka kamu terus dateng ke ruangan ini," keluh Pak Reno melihat Reza yang sedang duduk tepat di hadapannya.

"Hmm, jadi apa hukuman hari ini?" tanya Reza, duduk bersender menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya melihat malas Pak Reno yang gelang-gelang kepala.

Pak Reno berfikir jengah, mengingat Reza yang selalu menjadi langganan hampir setiap minggu, membuat guru BK ini bingung setengah mati dengan hukuman apa yang pantas untuk berandalan ini.

Membingungkan.

"Lari aja pak," celetuk Reza dengan santai menatap bosan Pak Reno yang sedang berfikir keras.

Pak Reno berfikir sampai urat di kepalanya terlihat, ia tak punya pilihan, dan akhirnya ia setuju dengan memilih untuk menjatuhkan hukuman 10 kali keliling lapangan.

Menyesal? Tentu saja tidak. ini kesempatan bagus untuk tidak mengikuti pembelajaran yang membosankan.

===***===

Reza yang telah menyelesaikan hukumannya yang melelahkan, langsung pergi dan mengambil tas yang ia letakan di pinggir lapangan.

Sungguh hari yang melelahkan.

Dengan peluh yang mengucur, Reza pergi menuju tempat favoritnya. Rooftop tentu akan membuat keletihanya hilang setelah menjalankan hukuman lari keliling lapangan yang melelahkan.

"Eh, Rez kenapa lo? kayak habis di kejar suster dengkleng aja," tanya Adit, baru saja melihat Reza berejalan ke arahnya

"Hmm."

"Gue tebak, pasti lo tadi kena hukuman lari keliling lapangan," tebak Bara, tepat sasaran.

Reza duduk di sampag Galang, "Udah biasa," saut Reza enteng, lalu merogoh ponsel dari kantong celana sekolahnya.

"Lo gak takut di keluarin apa, dari sekolah," kata Galang yang sedang mengepulkan asap rokok dari mulutnya.

"Tinggal pindah."

Bara hanya melihat malas Reza yang menjawab dengan enteng dan santai. Reza memang tidak memikirkan apa yang terjadi jika terus seperti itu.

"Lo gak capek apa? Terus jadi langganannya Pak Rino?" tanya Bara.

"Kagak."

Bara memutar malas bola matanya, Reza memang tidak peduli akan sesuatu.

"Kalo gue sih gak mau lo dikeluarin dari sekolah Rez," ungkap Adit. "Dari pada elo, mending gue milih nih kecoa di keluarin dari sekolah," lanjut Adit menunjuk kearah Bara yang sedang duduk di depannya.

Adit memang selalu bisa memancing kemarahan Bara. Sungguh bakat yang luar biasa.

"Apa lo bilang nyet?" jengah Bara, menatap tajam Adit.

"Nyet, nyet, mending lo aja yang keluar. Bara juga lebih waras dari pada lo!" Galang yang membela Bara ingin menjatuhkan celotehan dari Adit .

"Enak aja gue yang keluar," Adit mengubah posisi duduknya menyamping. "Kalo gue keluar, lo pada bakalan jagi gelandangan tanpa tuan," lanjut Adit seraya mengedarkan jari telunjuk ke arah tiga sahabatnya.

"Helehhhh dari kapan lo jadi bos gelandangan?" tanya Galang meremehkan.

"Dari rahim emak gue."

"Pantesan muka lo kayak ayam gerepek campur odading," ketus Bara seraya menunjuk tepat di wajah Adit.

"Yaaaammmpunnn! Muka gue kayak Shawn Mendes gini lo bilang ayam gerepek?" Adit merapikan rambut ikalnya. "Buka lah mata mu wahai anak mude," ucapnya, dibuat seperti karakter Papa Sola di animasi Bobiboy.

Galang dan Bara terjijik geli mendengarkan kata-kata recehan dari sahabatnya yang satu ini.

"Mau buka mata sampai indra ke tujuh pun muka lo tetep aja kayak gelandangan," ledek Galang, lalu dilanjutkan tawa penuh kemenangan dari Bara.

Adit mendengus sebal. "Terus kenapa lo pada mau ngajak gue ahhhh?" tanya Adit jengah tak terima dengan ledekan sahabatnya itu.

"Orang lo yang ngikutin kita, dodol!" jawab Bara.

"Eh, sory ya… gua ngikutin Reza bukan ngikutin elo pada!" ketus Adit membela diri. "Ya kan Rez?" lanjutnya.

Reza tersenyum picik, "Gua nggak minta diikutin, pergi sana!"

Galang dan Bara sangat puas dengan jawaban dari Reza. Bara menepuk bahu Adit, lalu tersenyum sinis ke arahnya, "Jadi sekarang siapa yang lo ikutin nyet?"

"Gue ikutin insting gue lah," jawab Adit tanpa ragu.

"Dasar, jangan ikutin insting kedajjal lo!" kata Galang ingin memancing Adit kembali.

"Sial! Inting gua ketuhanan, bukan kedajjal woy!!"

"Lah… terus kok bisa sesat ditambah bumbu goblok sih?" tanya Bara.

"Sial!" jawab Adit. "Uuuuuh, kesel!" lanjutnya, dilakukan dengan gaya ke alay-alayan.

Sedangkan Reza, hanya menjadi pendengar setia dari celotehan tiga sahabatnya yang tidak jelas. Tak lupa dengan senyum miring yang membuat gadis-gadis terbius itu. "Ehhhmm, gue dapat temen gila!" batin Reza penuh penyesalan.

Kegaduhan dari tiga sahabatnya masih berlanjut. Hingga Reza cepat-cepat menjauh dari tiga sahabatnya itu. jika terus mendengarkan ocehan mereka bertiga pasti akan menyesal nantinya.

===***===

Bel pulang telah berbunyi sentak para siswa-siswi SMA Aloysius pulang menuju rumah masing-masing. Terlihat seorang gadis cantik bersama kedua temannya sedang menuju parkir untuk mengendarai mobil jazz berwarna putih yang dibawa oleh Nella, lalu langsung meluncur mengantar kedua temannya ini untuk pulang.

"Eh, Nel? Makasih ya udah nganterin kita pulang," ucap Tasya kepada gadis yang sedang mengendarai mobil kesayangannya.

"Ngga masalah kok, lagian gue juga males jomblo mulu di mobil," saut Nella kepada Tasya seraya berkendara.

Tiga puluh menit berlalu, mobil mulai berlahan menurunkan kecepatan, menandakan salah satu tujuan dari gadis pemilik mobil putih itu sudah sampai.

"Gue duluan ya."

Salam yang dilontarkan dibalas dengan bunyi klakson mobil Nella.

Tiiin… Tiin...

Tak perlu berlama-lama, Tasya langsung masuk menuju rumahnya. Rumah sederhana dengan halaman yang dihiasi bunga mawar di sisinya. Mawar-mawar itu dirawat oleh Tasya sendiri, ia sangat menyukai mawar hingga di halaman ruahnya ada berbagai jenis mawar yang sangat cantik bermekaran.

Tasya mendekat ke arah bunga mawar berwarna merah yang ada di sisi barat rumahnya, bunga mawar itu tampak sangat cantik dan mekar sempurna. "Hallo mawar, tuan mu balik lagi nih, kamu tumbuh yang cantik ya, jangan sakit-sakit, jangan sampai layu, dan inget kembang yang cantik ya."

Tasya melirik mawar yang satunya. "Kamu juga tumbuh yang cantik ya, jangan sakit-sakit, jangan sampai layu, dan inget kembang yang cantik juga ya." Tasya mengucapkan salam perjumpaan hampir disetiap mawar yang mekar di halaman rumahnya.

Sungguh hal yang membuang waktu Tasya.

Setelah mengucapkan salam perjumpaan dari semua mawar-mawarnya.Tasya kembali beranjak menuju rumahnya, lalu memasukinya. "Aya pulang!"

"Udah pulang sayang?" Tanya wanita paruh baya yang tak lain adalah Mery Keylona. Mery adalah ibu dari Tasya.

"Iya Ma, udah dong!" saut Tasya penuh dengan luapan semangat.

Tasya menyalimi punggung tangan ibunya. "Makanan hari ini apa Ma?" tanya Tasya setelah menyalimi tangan ibunya.

"Tenang aja Mama udah siapin ayam kecap kesukaan kamu!"

"Wahh!! Yang bener Ma?"

"Iya sayang."

"Yeeee, ayam kecap!!" ucap Tasya setelah melihat makanan yang disajikan di meja makan.

Tanpa berbasa-basi Tasya langsung menyambar meja makan, hendak mengambil ayam kecap itu menggunakan tanganya. "Ettt… ganti pakaian dulu sayang, baru makan," cegah Mery, sebelum Tasya mengambil ayam kecap itu.

Yahh… tapi Aya lamer Ma."

"Ganti baju dulu ya, Tasya Engela Neolita."

Tasya menyengir sok imut di depan Mamanya. "Hehehe, iya Mama ku yang cantik."

Tasya beranjak ke kamar yang tidak jauh dari kamar tamunya. Ia, segera mengganti pakainya agar segera menikmati makanan kesukaannya, Tasya sudah tidak tahan lagi dengan aroma ayam yang menusuk-nuruk hidungnya sadari tadi.

Serelah selesai mengganti pakaiannya Tasya langsung merapikan tas dan juga baju sekolahnya. Dan tiba-tiba ponsel Tasya yang ia taruh di kasurnya berdering.

Drrtt… Drrtt…

Tasya membuka WA-nya, tidak salah lagi ini pasan dari Nella, dan bisa ditebak Nella akan meminta tugas kepada dirinya.

Nella: P

Nella: P

Nella: P

Nella: Tasya jawab… penting!!

Tasya: Kenapa Nell?

Nella: Ajarin gue tugas matematika dong Tas.

Tasya memutar malas bola matanya malas, tebakannya sangat tepat kali ini, tanpa berfikir panjang gadis itu langsung membalas pesan dari Nella.

Tasya: Yang mana lo belum ngerti?

Nella: Tugas yang tadi itu lo Tas, sumah otak gua sampai jungkir balik ngertiin tuh soal matematika.

Tasya membalas kembali pesan dari Nella, beberapa detik setelah sahabanya itu mengirimkan pesannya.

Tasya: Nanti malem gue ajarin ke elo ya Nell

Nella: Oke deh... maci Tas, baik banget bebeb aku yang unyu ini

Tasya tidak membalas pesan terakhir dari Nella dan langsung beranjak keluar kamarnya lalu menyambar ayam kecap yang selalu terbayang-bayang di hidungnya. Entahlah, hidung juga bisa membayangkan ternyata.

"Ayam kecap I am coming"

(TBC)