Hari senin yang sangat membosankan, neraka jahanam untuk hari ini, apa lagi Pak Rino yang akan jadi pembina upacara pasti akan sangat lama.
Menyebalkan!
Pukul setengah tujuh pagi siswa-siswi SMA Aloysius berhamburan untuk bersiap menjalankan upacara bendera. Adit, Bara, dan Galang sudah berbaris dibagian paling belakang, sungguh rencana yang cerdik untuk mencari tempat teduh. Tapi tunggu dulu, dimana pemeran utamanya? Lebih spesifiknya dimana Reza?
"Ya elah tuh bocah gundukan es bolos lagi," ucap Adit sudah tau betul dimana Reza disaat seperti ini.
"Tu anak udah dari rahim emaknya kayak gitu," tambah Galang.
Upacara bendera telah dimulai, semua pemimpin pasukan telah menyiapkan peletonnya masing-masing. Reza tampaknya belum kunjung datang. Sungguh murid yang tidak patut dicontoh.
Jam setengah delapan, Reza baru memarkirkan mobil sport merah kesayangannya. Hari ini ia sengaja datang kesingan, ralat hampir setiap hari kesiangan.
Koridor sekolah sangat sepi hari ini, entah apa yang terjadi. Biasanya akan selalu ada anggota OSIS yang berjaga di koridor sekolah untuk mendata siswa-siswi yang datang terlambat atau membolos, tapi hari ini tidak ada, hari keberuntungan bagi Reza. tanpa ambil pusing ia pun beranjak dengan santai menuju rooftop.
"REZA!!"
Demi sarimi isi dua, suara apa gerangan yang membuat gendang telinganya menjadi sakit.
"Sialan!" lirihnya
Reza memutar balik badannya malas, lalu melihat sosok wanita paruh baya yang sudah mendekat kearahnya. Sungguh, ini akan menjadi hari yang merepotkan. Berhadapan dengan nenek lampir memang sangat merepotkan.
Sialan!
"Kamu tau, kesalahan kamu apa?" tanya Ibu Dewi sudah berdecak pinggang dihadapannya.
Reza memutar malas bola matanya, bagaimana bisa nenek lampir ini menanyakan hal yang ia sudah tau jawabannya, sungguh mubasir untuk dibahas.
"Tau Bu, saya telat."
"Ibu udah males ngurus kamu!" ketus Ibu Dewi "Sekarang juga kamu cari pak Rino ke ruang BK!" lanjutnya mengintruksi.
Tanpa berniat menjawab Reza langsung saja berpaling meninggalkan Ibu Dewi, sungguh murid yang tidak tau sopan santun.
"Reza!!" teriak Ibu Dewi lagi.
Tampaknya Reza sudah tak mempedulikan teriakan dari nenek lampir itu dan terus saja berjalan dengan satainya.
Ibu Dewi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Reza yang acuh tak acuh dengannya.
"Aduh… kalau ada murid kayak gini dua ekor, bisa meledak nih kepala."
Setelah sudah menjauh dari nenek lampir itu anehnya ia tidak menuju ruang BK, kemanakah Reza pergi? Ya, tepat sekali, rooftop sekolah. Sungguh murid yang sangat menjengkelkan.
===***===
Tasya dan dua sahabatnya sedang menelusuri koridor saat jam istirahat pertama untuk menenangkan otaknya yang sudah panas mendengarkan celotehan dari Ibu Dewi di kelas tadi. Ada sesuatu yang aneh hari ini, mengapa suasana begitu ramai di mading sekolah? Ada apa? Kenapa?
"Ges, ada apaan tuh rame-rame?" tanya Nella kepada dua sahabatnya.
"Entah lah." Jawab Tasya seraya menaikan kedua bahunya.
"Samperin aja yuk! siapa tau ada kontes makan tahu bulat," ajak Santi, memang selalu begini tukang makan, memikirkan sesuatu yang di luar nalar.
Menjengkelkan!
Tanpa ambil pusing ketiga sahabat itu langusng menghampiri mading yang sudah penuh dengan para siswi yang berdesakan ingin melihat sesuatu yang tampaknya sangat menarik. siapa tau ada kontes makan tahu bulat, katanya.
Terlihat di mading ada sebuah poster yang tercantum dan terpapang jelas bahwa klub basket Caesar akan bertanding dengan klub basket Astralis besok. Tentunya ini tidak akan dilewatkan oleh para siswi-siswi SMA Aloysius. Apalagi yang akan bertanding adalah para most wanted dari sekolah.
Yang dinanti tentunya adalah Reza, sang kapten Caesar dengan multi talenta tersembunyinya.
"Harus nonton nih!!!" teriak Tasya setelah membaca poster di mading tersebut.
"Iya dong... gak boleh kelewatan nih!" dukung Santi tak kalah heboh, gadis itu tak peduli dengan siswa-siswi yang sedang memberikan tatapan heran.
Sedangkan Nella hanya bergeleng kecil melihat kelakuan dua sahabatnya yang begitu semangat sampai histeris. Sungguh membuat malu saja ketika dilirik oleh pasang mata dengan tatapan heran.
Memalukan!
Setelah beberapa lama akhirnya bel masuk kelas sudah berbunyi dan seluruh siswa langsung berhamburan pergi untuk masuk ke kelas masing-masing.
===***===
Drrtt… Drrtt…
Reza memutar bola matanya malas karena merasa terganggu dengan deringan ponselnya yang terus saja bergetar di saku celananya. Tak perlu pikir panjang Reza langsung menerima panggilan masuk tersebut tanpa melihat nama orang yang menghubunginya.
"REZA!!!" baru saja menempelkan handphone ke telinga bagian kanannya, Reza langsung menjauhkan benda itu, suara toak Sangkakala milik Adit sungguh sangat menyiksa gendang telinganya.
Menyebalkan!
"Hmm?"
"Lo lagi di mana kuy?"
"Rooftop."
"Buruan ke kelas dodol! Lo lupa? Sekarang pelajaran matematikanya Bu—"
Reza langsung memutuskan sambungan ponselnya dengan Adit, sahabat Reza yang satu ini memang sangat cerewet seperti embak-embak rempong.
Memuakan!
"BERITA PANGGILAN KEPADA REZA MAUREL ATHANA SILAHKAN KESUMBER SUARA!"
Terdengar suara dari ruang guru yang memanggil Reza, entah apa masalahnya. Reza langsung terbangkit dari tempat duduknya dan menuju pusat panggilan itu. Benar saja, Ia lupa harus ke ruang BK karena terlambat tadi pagi, plus tidak masuk kelas Ibu Dewi. Lengkap sudah derita hari ini.
Sialan!
"Tuhkan apa gue bilang, tuh bocah bakalan dipanggilkan," sadar Adit yang mendengar pengumuman dari ruang guru.
"Hadeh, susah kalo bilangin es batu," tambah Bara.
"Dari pada lo ngebacot, mendingan kita samperin Reza," kata Galang membuat Adit dan Bara berjalan mengekorinya menuju ruang guru untuk melihat keadaan Reza.
===***===
Reza sudah sampai disumber suara dengan langkah yang santai dari rooftop, tentunya hal ini dilakukan untuk mengulur waktu, ia tau betul dengan hukuman apa yang pantas untuk murid yang membolos saat upacara.
Hormat bendera tentunya.
Sungguh hari yang melelahkan, diceramahi oleh nenek lampir dan diawasi langsunh oleh seorang guru BK yang sangat menyebalkan dan penuh ocehan.
Sungguh kesialan yang hakiki.
Reza sudah hormat bendera selama setengah jam penuh, tak lupa untuk merehatkan tangannya ketika Pak Rino lengah.
Reza berdecak kesal dengan ketiga temannya yang hanya menonton dari kejauhan, sungguh sangat menyebalkan hari ini. Tiga temannya itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Reza, dikarenakan Pak Reno tengah mengawasi. Hal yang paling tepat dalam situasi ini adalah hanya menonton seperti orang kurang kerjaan.
Menyedihkan.
Di sisi lain, tanpa disadari siapa pun, Tasya memberanikan diri untuk mengendap-endap medekat memberikan minuman jeruk dingin yang ia taruh di dalam tas Reza sebelum terkena hukuman hormat bendera tadi, letak tas itu lumayan jauh dari tiang bendera, sehingga kecil kemungkinan untuk ketahuan.
Setelah memberikan minuman jeruk itu, Tasya masih terdiam dan memandang Reza dari koridor lantai dua sekolahnya, tak heran ia tidak masuk kelas, toh juga jam pelajaran Sejarah yang diajar Pak Rio kosong. Kesempatan emas tentunya bagi Tasya.
Tasya masih memandang Reza yang sedang menjalankan hukumannya dari kejauhan, "Kak Reza, semangat hormat benderanya..."
===***===
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Duel sengit anatara dua klub basket ini pastinya akan membuat para wanita-wanita kutar-katir tak karuan.
Pagi yang cerah memecah keheningan dari SMA Aloysius, rikala duel sengit antara dua klub basket. Mereka adalah dua klub basket yang elit dengan kapten yang menyandang predikat most wanted, siapa lagi kalau bukan Reza, si pria tinggi dengan tubuh six pack-nya itu, ia menjadi kapten dari klub Caesar. Sedangkan dari tim lawannya adalah Marsel Anggara yang menjadi kapten dari klub Astralis.
Sungguh pertandingan yang akan seru.
Sesuai dengan berita yang telah tersebar sejak kemarin, pertandingan duel akan dilaksanakan pada saat jam istirahat pertama. Tantangan ini dimulai karena Marsel yang merasa tidak terima dengan desas-desus tentang kehebatan bermain basket dari Reza.
Tentu saja tantangan ini akan di ladeni oleh si pentolan sekolah itu. Dan bukan Reza namanya kalau tidak berani melayaninya.
Sungguh membosankan, menerima tantangan yang membuang-buang waktu bersantainya. Tapi, apa boleh buat, ini akan mempertaruhkan harga dirinya.
Marsel sangat kesal karena sifat arogan dari Reza. Marsel tidak terima desus-desus tentang skill basket yang dimiliki Reza tidak tertandingi oleh siapapun di sekolahnya. Tentu saja ia akan membuktikan desas-desus itu melalui pertandingan basket antara timnya dengan Reza.
"Ahhhhhh, Reza ganteng banget pas lagi keringetan!"
"Reza i love you!"
"Kak Reza semangat ya!"
"Aduhhhh Reza kece banget deh pas lagi dribble!"
Terdengar pekikan-pekikan histeris dari sporter Reza diri tribun penonton. Memang, benar-benar most wanted yang berkelas.
Tentu saja sporternya merupakan siswi-siswi yang tidak mau meninggalkan kesempatan untuk melihat si most wanted itu bermain basket. Wajahnya yang bercucuran keringan menambah aura ketampanan dari Reza.
Reza terus men-dribble bola tanpa menghiraukan suporter-suporternya di tribun penonton yang berteriak histeris karena pria berpostur tubuh tinggi itu dengan lincahnya men-dribble bola melewati lawan-lawannya.
Brug… Brug…
Reza akan men-shoot bola. Nice shoot, Reza melakukan lemparan dari jarak jauh yang bernilaikan three point. Sentak para suporter bergemuruh melihat Reza yang melakukan tembakan three point. Namun, Reza tidak bergeming dengan seruan penonton yang berteriak, lalu langsung kembali dengan santainya ke block timnya.
"Tembakan bagus Rez!" teriak Bara, temannya ini juga tergabung dalam tim basketnya.
Reza tidak menjawab dan hanya memberikan tosan persahabatan kepada Bara.
"Melinnnncuuu tross bebeb ku sayang," seperti penonton alay sedang menyemangati pria yang baru saja melakukan tembakan three point itu.
Galang sampai terjijik geli melihat kelakuan temannya yang berlaku alay, "Najis lo nyet!"
"Bodo amat!" balas Adit, lalu memberikan tamparan pantat ke arah Galang.
Sentak saja Galang yang diberikan tamparan pantat langsung menendang bokong Adit dengan keras.
Bugggghhhh…
"Aduhhhhhh! Sakit taik!" ketus Adit, sembari mengusap bokongnya yang terkena tendangan.
===***===
"Ahhhhhhh, keren banget kak Reza! Semangat kak!" seru Tasya menyemangati.
"Kak Reza, Semangat! I love you!!" Seru Santi tak mau kalah, mendominasi dua temannya.
Tasya menatap Santi malas, "Nih bocah, semangatnya kelewat tiang parabola!"
"Tau nih anak, semuanya di atas rata-rata, tapi otaknya di bawah rata-rata," ejek Nella tajam.
"Week… biarin, serah gue!" ketus Santi, sambil menjulurkan lidah dengan gaya khas alaynya.
Tasya dan Nella memutar malas bola matanya melihat kelakukan dari Santi yang begitu membuat mereka berdua membuang nafasnya kasar.
Menyebalkan!
"Tas? Lo bawa air gak?" tanya Nella.
Tasya yang sadari tadi hanya bengong menatapi pria idamannya, sentak mendapatkan inpirasi, ketika Nella melontarkan pertanyaan kepadanya.
"Gue punya ide!"
Nella langsung mengerutkan keningnya, tak paham apa maksud dari Tasya.
"Maksud lo?"
Tanpa membalas kebingungan temannya dengan sepenggal kata, Tasya langsung berlalu meninggalkan dua sahabatnya.
"Gue duluan ya, ada urusan!" teriak Tasya.
Nella masih memproses maksud dari gadis itu tadi, sungguh, ide apakah itu? "Aduh, makin hari makin aneh aja tuh anak," kekeh Nella, menepuk keningnya heran.
Benar saja, Tasya yang tengah meninggalkan kedua temannya itu, ternyata, oh ternyata memiliki ide untuk membelikan minuman jeruk segar dari kantin sekolahnya. Hal ini tentunya akan membuat Reza menyukainya, hayal Tasya seraya membelikan minuman jeruk di kantin sekolahnya.
Sungguh hayalan yang tak akan terwujud.
===***===
Pertandingan telah selesai dan hasilnya dimenangkan klub Caesar dengan skor 29-21. Tentunya kemenangan itu akan membuat tim Marsel menangguang malu setengah mati karena kalah bermain basket dengan tim Reza.
Memalukan!
Harus diakui, Reza memang pemain basket yang hebat.
"Sialan! Sekarang lo masih bisa ketawa, lihat aja, gue bakalan balas lo!" gumam Marsel kesal, menatap tajam kearah Reza dari jarak yang cukup jauh.
Reza yang sangat letih dengan pertandingan basket langsung duduk dan menenangkan dirinya sejenak. Peluhnya bercucuran tanpa henti membuatnya membuka baju untuk mendinginkan badannya.
Siswi-siswi yang melihat tubuh perfect dari Reza langsung meleleh seketika. Histeris, terkagum, tertarik, bahkan sampai loncat-loncat tidak jelas. Begitu sekiranya pikiran dari cewek-cewek itu.
"Rez, nih ada yang nitip minuman jeruk buat lo!" kata Bara, lalu mengulurkan tangannya.
Reza mengernyitkan dahinya. "Siapa?"
"Tadi ada cewek yang mau ngasi minuman ini ke elo, namanya Bela," terang Bara.
"Buat lo, aja."
"Lahhhh kok buat gue. Minumannya kan dikasi ke elo," kekeh Bara.
"Tapi kalo lo maksa ngga papa sih, gue mumpung lagi haus banget, hehehe," lanjut Bara, seraya menyengir kuda.
Reza kembali memakai baju olahraganya, "Hmm."
"Kak Reza!!" teriak seorang gadis dari kejauhan.
Reza dan Bara langsung memincingkan matanya ke arah sumber suara, Reza melihat seorang gadis yang tampak familiar di matanya. Ya, itu gadis yang kemarin, siapa lagi kalau bukan Tasya.
"Kak Reza, ini aku bawain minuman, diminum ya kak," tawar Tasya dengan senyuman sumringahnya.
"Wah… wah… berani juga dia deketin lo Rez," ucap Bara, heran. Tentu saja Bara terheran, bagaimana tidak biasanya para siswi yang ada di sekolah tidak akan berani mendekati Reza sampai sedekat ini.
"Nih kak, minumananya diambil ya."
Reza masih menatap minuman soft drink yang dijulurkan padanya, ia tampak tidak percaya dengan keberanian wanita yang ada dihadapannya.
Bara memutar malas bola matanya, "Rez?" panggilnya memberikan kode agar Reza menerima minuman dari Tasya.
"Hmm…" gumam Reza acuh tak acuh.
"Tuh dikasi minuan ya diambil," sambung Bara sambil menunjuk Tasya dengan dagunya.
Tasya menyodorkan minuman yang masih ia pegang. Tanpa diduga-duga Reza langsung mengambil minuman soft drink itu tanpa pikir panjang.
"Kak Reza nerima minuman aku?!" batinnya, rasanya Tasya ingin sekali jumprat-jumprit saking senangnya. Sementara itu Bara tampak terheran deangan reaksi Reza, biasanya ia tidak mau jika seorang perempuan yang memberikannya. Tapi, entah kenapa sekarang mau?
Tidak pedulin dengan reaksi Bara dan Tasya, Reza langsung membuka penutup kaleng soft drink itu dengan tangannya, Reza sedikit melirik Tasya yang tampak senyum-senyum sendiri.
Reza berdiri, lalu menatap Tasya dingin. Tasya dan Bara masih tidak mengerti apa maksud dari Reza, mungkin saja ia lebih suka minum sambil berdiri
Tapi, tanpa diduga-duga, ternyata Reza…
"Kok dibuang Rez?!" pekik Bara sedikit terkejut melihat apa yang dilakukan sahabatnya itu. Reza menuang soft drink yang diberikan oleh Tasya tepat di depannya juga.
Tidak butuh waktu lama, Reza sudah habis menuangkan isi kaleng itu, semuanya sudah Reza tumpahkan, tanpa ada setetespun yang memasuki kerongkongannya.
Mata hazel Reza kembali menatap Tasya dengan tatapan dingin. Tasya masih terbungkam tidak bisa berkata apa-apa.
Tak lama setelahnya Reza menyodorkan kaleng soft drink kosong tersebut ke Tasya, seakan-akan tidak melakukan apapun barusan.
"Buang!" dengan tanpa dosanya dan tanpa rasa terima kasih sedikitpun, Reza mengembalikan kaleng soft drink itu kepada Tasya.
Reza berjalan dengan santai tanpa menghiraukan ekspresi dari Bara dan juga Tasya.
Bara yang tersadar dari keterkejutannya melihat sikap Reza yang sangat arogan barusan, kini melihat Tasya yang masih diam mematung tanpa ekspresi sambil memegang kaleng soft drink kosong yang baru saja Reza berikan.
Bara yang merasa tidak enak dengan adik kelasnya karena sikap Reza barusan, ia pun langsung menepuk bahu adik kelasnya itu, "Yang sabar ya, Reza emang gitu orangnya."
(TBC)