"Yaudah, jangan lama." Ucap nana dengan tarikan nafas dan hembusan nafas pelan.
( Kok Nana jutek sih?
-Iya Nana itu tipikal orang yang gasuka sama orang yang baru kenal tapi udah genit pake gombal gitu, ya walaupun itu cowo gantengnya kebangetan. Dia memperlakukan seseorang dengan berbeda, sebagaimana sifat orang tersebut. )
Tampaknya, Zidan sangat sumringah.
Zidan pun lari kecil menghampiri Nana yang sudah berada di luar Restoran.
"Ayo." Ujar Nana, berjalan mendahului Zidan.
"Eh,Na !." Teriak Zidan dari halaman Restoran.
Nana menoleh dan memberhentikan jalannya.
"Kita naik motor ! Jalannya juga bukan kesitu !."
Seketika Nana merasa malu, dia melipat bibir nya kedalam, malu karna dia menyelonong pergi, salah jalan pula. Duh Nana...
Sementara mereka tertawa kecil, dan menaiki motor lalu pergi ke suatu tempat.
Menikmati indahnya langit dan hembusan angin di sore itu. Hiruk pikuk ramainya kota kembang, kendaraan berlalu lalang, sejuknya angin menembus kulit, betapa indahnya kota ini.
Leyna dan Zidan pun berhenti ditempat keramaian,itu Mall. Tepatnya di salah satu Mall terkenal di kota Bandung, Cihampelas Walk.
Leyna turun lebih dahulu dari motor dan melepaskan Helm nya, Zidan pun menyusul turun dari motor dan melepaskan Helm juga.
"Laper ngga?." Tanya Zidan, mengawali pembicaraan dengan Nana.
Tak ada suara yang menyahut, Tampaknya Nana tengah melihat-lihat sekitarnya yang sangat ramai dengan banyak orang. Matanya bergilir melihat keindahan tempat tersebut.
"Na?." Ucap Zidan melambaikan tangannya di depan wajah Nana. Nana tersentak kaget.
"Ngelamun aja, kenapa atuh?." Lanjut Zidan.
"Eh gapapa, nanya apa tadi?."
"Lo laper?." Tanya Zidan kepada Nana.
Nana menggeleng, Zidan menarik tangan Nana dan berjalan menuju sebuah kedai kopi, bahasa gaul nya sih Cafe.
"Lho, gue kan udah bilang gue ga laper?." Ucap Nana melihat Zidan yang menarik nya ke sebuah Cafe, dahi nya mengerut dan mata nya membulat.
Zidan tersenyum dan menarik Nana lembut untuk duduk di salah satu kursi yang kosong.
"Emang lo tadi bilang? Lo cuma geleng-geleng." Gumam Zidan.
"Lagian ini kan tempat ngopi, artinya makan apa minum?." Tanya Zidan tersenyum berada di depan Nana. Nana kembali malu.
Zidan pergi menuju tempat pemesanan, sementara Nana menunggu, melihat orang yang berlalu-lalang.
Kini, Nana menopang dagu dan mengetuk-ngetuk meja pelan dengan jari jemari nya yang lentik. Pandangan nya kosong, entah memikirkan apa.
Zidan kembali dengan dua buah cup Coffee di kedua tangannya, wajah nya tampak bahagia, bahagia karna mendapatkan Coffee kesukaannya ataukah karna bersama Leyna? Hmm.
"Nih, minum dulu, habis itu kita ngobrol." Nana bangkit dari lamunannya dan menerima Coffee pemberian Zidan sambil tersenyum sebagai simbol terima kasih.
Mereka berdua tengah terduduk, hening tanpa suara, hanya suara tegukkan Coffee yang terdengar di antara keduanya, Nana hanya diam, menunggu pria dihadapan nya itu memulai pembicaraan, Nana itu pemalu.
Zidan berdeham
"Oiya, gue Zidan Adipraya, gue asli dari bandung, juli ini gue 21 tahun, gue kerja udah 2 tahun tapi kalo di Restoran yang sekarang cuma baru 6 bulan." Jelas Zidan diselingi dengan tegukkan Coffee. Leyna mengangguk paham.
"Ternyata lo lebih tua dari gue,gue pikir kita sepantaran. Gur Leyna Maylafaisha, gue 18 Tahun dan baru masuk ke dunia bekerja. " sahut Leyna.
"Nama lo cantik, artinya apa?." Tanya Zidan.
"Bapak gue kasih nama Leyna, karna menurut beliau gue itu anak yang penuh energi, seakan-akan gue gapernah istirahat."
"Sedangkan orang tua gue kasih nama akhir Maylafaisha, karna gue itu bakal jadi anak yang berani, pinter, pekerja keras juga." Lanjut Leyna sembari tersenyum.
Zidan tersenyum sambil menatap Nana. Mungkin baginya itu keindahan, entah kenapa sejak awal bertemu, hanya Nana yang saat ini berhasil membuat Zidan tersenyum dengan tulus.
Nana memang cantik, gaya hidupnya yang sederhana membuat kaum Adam terpesona padanya.
Nana menyadari jika Zidan sedang menatap nya, Nana langsung menepuk tangannya tepat di depan wajah Zidan, Zidan tertawa kecil untuk menutupi rasa malunya karna telah menatap Nana diam-diam. Mereka tertawa.
Tapi seketika pandangan mereka beralih ke sumber suara yang memanggil Leyna dari jauh.
"Leyna !." Teriak nya.
Ternyata Ernest!
Kenapa dia tau kalau Leyna sedang berada disini?.
Pria berwajah tampan dengan tubuhnya yang tegap itu pun menghampiri Leyna dan duduk di sebelah Leyna.
"Ada janji tapi ga dateng, malah berduaan sama si Zidan." Ucap Ernest datar.
Ernest kenal Zidan? Iya, mereka sahabat, sudah 4 tahun.
"Lho? Lo kenal sama Leyna? ." Tanya Zidan.
"Ga perlu tau." Jawab Ernest kepada Zidan. Zidan seketika kesal karna jawaban Ernest yang di anggapnya menyebalkan.
"Nomor lu mana?." Tanya Ernest kepada Nana, Ernest memberikan ponsel nya kepada Nana untuk menuliskan nomor di ponselnya.
"Dari kemarin lu bersikukuh untuk dapetin nomor gue, ada apa sih?!." Bentak Nana, tapi batinnya merasa aneh dan tidak enak hati ketika membentaknya seperti itu. Kenapa?
"Alasannya cuma kita yang tau,cabut." Ucap Ernest , dia menarik tangan Nana dengan lembut dan pergi keluar Cafe meninggalkan Zidan begitu saja.
"Woy ! Ernest ! Sialan." Teriak Zidan kesal. Bagaimana tidak? Baru saja mengobrol dan tertawa bersama, main ambil saja. Para pengunjung Cafe tersebut tiba-tiba melihat ke arah Zidan yang tadi tengah berteriak.
Zidan langsung mengucapkan Maaf dan segera pergi meninggalkan Cafe tersebut karna malu. Dan pergi mencari Leyna.