Leyna segera minum untuk meredakan tenggorokannya. Tersedak dan terasa pedas karna efek ramen tersebut.
"Lho, lo ngikutin gue?." Leyna kaget karna mendapati Ernest yang kini tengah berada di depan nya.
"Geer, gue cuma mau lanjutin cerita yang tadi." Jawab Ernest dengan tampang nya yang sangat datar, betul-betul seperti kulkas berjalan. Seperti Angin juga.
"Yaudah." Ucap Leyna cuek padahal sebenarnya dia ingin tahu kelanjutannya. Dan masih terus menyantap Mie nya.
"Tapi, gue rasa ini bukan waktu yang tepat." Ucap Ernest dengan tangannya yang terlipat.
"Lho, kenapa emang?." Tanya Leyna heran.
"Nanti lo kaget, tersedak lagi." Jawab Ernest menyindir sedikit terkekeh.
"Ish, lagian makanan gue udah habis, ngga usah bikin anak orang penasaran deh." Ucap Leyna sedikit ketus, entah kenapa batin Leyna selalu merasa tidak tega atau sedih jika bersikap tidak ramah pada Ernest.
"Lo, kenal Bu Dahlia kan?." Tanya Ernest mulai serius.
"Bu dahlia?."
"Kalo Mr.Robert ?."
Wajah Leyna berubah, raut wajah nya sedih namun senang ketika mendengar nama itu, memori nya seolah-olah kembali dengan tiba-tiba.
"I--iya kenapa?." Tanya Leyna sedikit gemetar, perasaannya kini sudah bercampur aduk.
"Itu orang tua gue." Jawab Ernest sembari menghela nafas berat.
"HAH ?! ." Leyna terkejut mendengar jawaban Ernest. Kali ini benar-benar mengejutkan.
"Jadi lo-- Ernest Hamilton ?!."
Ernest menatap Leyna, kali ini benar-benar serius. Ernest menjelaskan semuanya.
"Saat gue lihat lo di hasil potret gue, gue merasa kalo gue mengenal lo. Dan gue memutuskan untuk pergi ke taman yang sebelumnya gue kesana untuk memotret klien. Ternyata tuhan masih mengizinkan gue untuk bertemu lo lagi di taman itu, gue menghampiri lo dan minta nomor ponsel lo, tau kenapa?."
Leyna masih terdiam, mendengarkan penjelasan Ernest.
Air mata nya mulai mengaliri pipi nya. Menangis.
"Karna gue mau memastikan kalo lo itu bener-bener Nana yang dulu selalu bersama gue. Dulu lo pernah bilang kalo lo masih inget gue, lo ngga akan ganti nomor ponsel lo karna lo yakin kalo seandainya gue hilang, gue bisa ngehubungin lo."
Ernest memberikan satu lembar kertas yang di dalamnya bertuliskan nomor ponsel.
"Ini nomor lo,kan? ."
Leyna mengangguk, masih tidak menyangka jika pria yang selama ini selalu datang tiba-tiba dan membuatnya kesal ternyata Seseorang yang dahulu pernah memberikan kebahagiaan untuknya, namun berakhir kesedihan.
Leyna menangis, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Benar-benar tidak menyangka, Leyna sangat sedih
.
"Lo masih inget gue,Na? Selama 9 tahun lamanya lo masih menggunakan nomor itu walaupun gue pergi dan menghilang tanpa kabar?." Tanya Ernest, terlihat wajahnya yang sedikit penuh emosi kesedihan, tapi berusaha menyembunyikannya.
Leyna berdiri dan berlari keluar Restoran. Dengan air matanya yang masih terus mengalir. Ini benar-benar kedatangan yang Tiba-tiba.
Ernest tidak mengejarnya, karna dia tahu bahwa Leyna membutuhkan waktu untuk menerima kabar ini.
Ernest hanya menenangkan perasaannya kali ini, dia pun tidak menyangka jika dia akan bertemu dengan Leyna yang sudah lama tidak bertemu selama 9 tahun lamanya.
Leyna berlari dan menaiki Bus untuk pulang ke rumahnya, masih dalam keadaan menangis.
Dia menatap suasana luar lewat kaca Bus. Berusaha menerima kabar buruk sekaligus bahagia tersebut.
Sesampainya di Rumah, Leyna berlari menuju Kamarnya. Ibu dan ayahnya bingung dan terkejut ketika melihat Leyna yang pulang dalam keadaan menangis.
"Bu, Nana kenapa?." Tanya Ayah Leyna khawatir.
"Nggak tau,Pak. Ibu samperin dulu ya." Jawab Ibu Leyna khawatir juga dan menghampiri Leyna yang berada di kamar.
"Na, buka pintunya. Izinin ibu masuk." Sahut Ibu Leyna sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar Leyna.
Leyna pun membuka kunci dan membuka pintu untuk mempersilahkan ibunya masuk.
"Lho, Nana kenapa?." Tanya Ibu Leyna sembari memeluk Leyna yang tengah menangis, semakin deras saja tangisannya. Ibu Leyna pun ikut bersedih.
"Bu..." ucap Nana lirih dan memeluk Ibu nya erat. Ini sangat membuat Leyna amat bersedih.
"Ayo jelasin ibu, ada apa?." Tanya Ibu Leyna membawa Leyna duduk di sofa kamar dan mengusap kepala Leyna untuk menenangkan Leyna.
"Bu... Leyna ketemu Ernest." Ucap nya dengan nada yang lirih.
"Ernest? Sahabat mu itu? Anak nya Bu Dahlia?." Tanya Ibu sedikit terkejut.
Ibu dari Leyna dan Ibu dari Ernest dahulu sangat dekat. Selalu belanja bersama, masak bersama, dan Mengobrol bersama. Karna dahulu Rumah Leyna dengan Rumah Ernest berdampingan.
Ibu Leyna menutup mulut nya dengan kedua tangannya, terkejut.
"Ya Allah, sekarang dimana dia?."
"Nana tinggalin Ernest di Restoran, Nana kesel sama dia--." Jawab Leyna yang masih sesenggukan.
"Astagfirullah,Na.. ." Ucap Ibu nya aneh.
-Ting!-
Nada dering SMS di ponsel Leyna berbunyi. Leyna sudah mengira jika yang mengirim SMS itu Ernest.
Ponsel Leyna di ambil oleh Ibu nya dan dibuka lah SMS tersebut. Ternyata benar dari Ernest.
"Ernest tau, Nana belum bisa menerima kabar ini. Tenangin dulu diri sendiri aja. Maaf ya." Itulah isi SMS dari Ernest.
"Yaudah, kamu tenangin diri dulu. Jangan terlalu kepikiran ya. Makan dulu gih, udah Ibu siapin di dapur." Ucap Ibu sembari mengelus lengan Leyna, dan beranjak pergi keluar dari kamar Leyna.
Leyna masih sesenggukan, tangisnya sudah mereda. Rasa rindu yang menumpuk selama 9 tahun lamanya dia tahan.
Tahun 2005, Leyna awal bertemu dengan Ernest. Dan selama 5 tahun mereka bersahabat dekat.
Tahun 2011, Leyna berpisah dengan Ernest, secara tiba-tiba.
Dan Leyna tidak mengetahui Ernest pergi kemana, menghilang begitu saja. Itu menyakitkan, Leyna menangis dan membuatnya mengurung diri di kamar.
Tahun ini 2020, tahun Leyna dan Ernest di pertemukan kembali.