-Leyna Section-
Menyakitkan, menyedihkan, dan cukup membahagiakan. Seorang lelaki yang selama 9 tahun lamanya pergi meninggalkanku.
Disaat aku sudah bahagia bersahabat dengannya, disaat aku membutuhkan seorang sahabat untuk menemaniku. Dia malah pergi begitu saja.
Saat itu aku sangat bersedih, dan kesepian. Kehadirannya, raga nya pergi tidak disampingku lagi.
Setelah sekian lama aku berusaha melupakan nya, berusaha tidak mengingat setiap momen persahabatan yang kita lalui pada saat itu. Aku tidak berhasil, begitu lekat nya dia dalam memori ku.
-Kembali ke 2011-
Tepat hari ini, 15 Maret 2011.
Leyna kecil tengah bersekolah, sendiri. Sahabat lelaki nya tidak masuk hari ini, Ernest.
Leyna kecil bersedih, kenapa Ernest kecil tidak masuk sekolah hari ini? Apa dia sakit? . Aku sudah menghampirinya di Rumah nya tapi tidak ada yang menyahut.
Leyna kecil sangat bosan, biasanya Ernest kecil selalu menemaninya, tapi kali ini tidak.
"Nana, kamu kok ngga main?." Tanya seorang teman Leyna kecil.
"Aku ngga tau mau main apa, aku bosen pengen pulang aja mau ke mama." Jawab Leyna kecil bersedih.
Leyna kecil ingin bermain Mejikuhibiniu dengan Ernest kecil. Itu permainan yang sering mereka mainkan.
Saat bel sekolah berbunyi, tandanya jam pulang sudah tiba. Leyna kecil berlari tergesa-gesa keluar sekolah. Ingin mencari Ernest.
Leyna sampai di depan rumah Ernest kecil, di dalamnya terlihat dan terdengar sepi. Seperti tidak ada yang menghuni lagi. Perasaan Nana sudah mulai tidak enak.
Nana melangkahkan kaki dan menuju pintu rumah Ernest kecil, dan mengetuknya.
"Tok tok tok"
"Ernest! Main yuk! Ini Nana!". Berulang kali Leyna Kecil memanggil, Ernest kecil tidak keluar juga.
Leyna kecil pun mengintip dalam rumah lewat jendela, kosong.
Barang-barang milik keluarga Ernest tidak berada di dalam rumah itu lagi, kemana ya?.
Leyna kecil panik, takut jika Ernest kecil pergi meninggalkan nya. Leyna kecil berlari ke rumahnya yang berada di samping rumah Ernest Kecil.
"Mama! Mama!." Teriak Leyna kecil memanggil Mama nya sambil berlari-lari.
"Eh, Na, ada apa?." Tanya Mama Leyna terkejut.
"Ernest mana, Ma?." Ucap Leyna kecil dengan mata yang menahan air mata, memerah.
Mama Leyna berlutut di depan Leyna, menyelipkan rambut Leyna yang berantakan di wajah. Mama Leyna tersenyum dan terlihat menyembunyikan kesedihan.
"Sayang, anak Mama yang cantik. Kemarin malam, ibu Dahlia dan Pak bule pamitan ke Mama."
"Pamitan kenapa, Ma?." Tanya Leyna kecil polos.
"Ayahnya Ernest kan orang Kanada, Bule. Ernest mau pindah belajarnya, di Negara Papa nya."
"Hum? Kanada jauh,ya? Disini kan bisa belajar juga,Ma." Ucap Leyna kecil dengan polosnya.
Mama Leyna hanya mengangguk dan mengelus lembut kepala Leyna, Mama nya tau pasti Leyna bersedih. Leyna mulai murung.
"Nana ngga bisa main lagi, dong?." Tanya Leyna Kecil dengan raut wajah yang bersedih.
"Kamu bisa main sama mama, ya?." Ucap Mama Leyna agar Leyna tidak bersedih.
"Hwaaa!." Tangis Leyna kecil sangat keras, Leyna menangis begitu tersadar jika Ernest benar-benar meninggalkannya tanpa pamit.
Dan pada saat itu, Leyna yang ceria berubah menjadi pemurung, dan lebih banyak diam. Entahlah, Ernest memang sangat berarti bagi Leyna, karna pada saat itu hanya Ernest sahabat terdekat Leyna.
-Kembali ke 2020-
Aku benar-benar merindukannya, tapi aku juga benci kepadanya. Dia pergi meninggalkanku tanpa berpamitan.
Saat itu, aku memiliki banyak cerita untuk aku ceritakan kepada dia, cerita tentang anak kecil pada umumnya. Tapi, dia malah pergi.
Sejak kecil, aku menganggap dia hanya seorang sahabat dalam kehidupanku. Hati anak kecil masih polos, tidak mengerti apa itu mencintai.
Dia datang 15 tahun yang lalu secara Tiba-tiba.
Pergi secara Tiba-tiba, dan sekarang Dia datang kembali dengan Tiba-tiba.
"Ting."
Ponselku berbunyi, ada Chat yang masuk. Aku pun meraih ponselku yang cukup jauh denganku dan membuka isi Chat tersebut.
"Maaf, ya? Mungkin kamu lagi benci padaku. Besok mau bertemu? Bakal aku jelasin semuanya. -Ernest."
Perlahan aku mulai menyadari, apa aku pantas membenci nya yang pada saat itu juga dia masih polos tidak tahu apa-apa. Huft.
Aku membalas Chat nya dengan singkat "Ok."
Aku benar-benar lelah hari ini, aku butuh istirahat karna besok pagi aku bekerja lagi. Aku menyalakan lilin terapi untuk menenangkan diri dan aku berbaring di tempat tidurku.
Dan perlahan aku mulai tertidur dengan alunan musik yang mengiringi.
───────────────────
"Tring..."
Dering Alarm berbunyi tepat pukul 07.00 pagi hari. Aku bekerja pukul 08.00 pagi.
Aku membuka mata dan mendapati sinar matahari yang menyorot wajahku, sangat silau.
Akupun bangkit dari tidurku, diam sebentar untuk mengumpulkan seluruh nyawa ku. Kemudian, aku pergi untuk mandi dan bersiap-siap.
Oh, sudah pukul 07.45 pagi, aku harus segera berangkat, jika tidak aku bisa terlambat.
Seperti biasanya, aku pergi bekerja menaikki Bus. Suasana sangat dingin, membuatku sedikit kedinginan. Padahal, matahari sangat terik kala itu.
Aku sudah sampai di tempat kerja ku, sekarang aku sudah tidak terlalu memikirkan soal kemarin. Lupakan saja.
"Selamat pagi." Sapa ku ketika masuk ke ruangan karyawan.
Aku duduk dan menyimpan tas ku dan menunggu jam buka Restoran.
"Nana!." Panggil seseorang yang datang berlari menghampiri ku, dia Vio.
"Eh, vio." Ucapku segera menyambut Vio.
Vio teman yang menurutku baik di Restoran ini, karna rata-rata wanita disini bersifat cuek dan sinis. Hanya Vio yang Asyik dijadikan teman. Yang lain seperti wanita yang menyukai Gosip.
Tapi, kali ini Vio tidak seceria biasanya. Sedikit murung.
"Kenapa?." Tanyaku.
"Mama sama Papa." Jawab Vio mulai berkaca-kaca.
"Ada apa?." Tanyaku lagi dan mulai khawatir.
"Nanti aja gue ceritain,ya." Jawab Vio bersedih, dan memelukku sebentar. Aku rasa dia sedang ada masalah yang besar.
Tiba-tiba Zidan datang dan melewatiku. Tak biasanya.
"Zidan!." Panggilku, aku menghampiri dia. Zidan menoleh dan berhenti berjalan.
"Uhm, maaf ya kemarin gue pergi tiba-tiba sama si Ernest. Sorry ya?." Kataku meminta maaf, hanya takut saja jika dia marah dan membenci ku.
Apalagi aku tidak membayar Coffee kemarin.
"Eh, Nana. Santai aja ngga perlu minta maaf, gue kirain lo belum dateng, gue ngga liat." Ucapnya sedikit tertawa.
"Yaudah, deh kalo gitu. Maaf ya." Ucapku lagi dan tersenyum.
"Na." Panggil Zidan, dia mendekatiku dan berbisik.
"Kemarin lu sama Ernest, kemana?."
"Ah, ke Taman balai kota." Jawabku.
Zidan mengucap "oh" tanpa suara dan mengangguk-ngangguk.
Aku kembali menghampiri Vio dan duduk disampingnya.
Ternyata, jam buka Restoran sudah mulai. Waktunya bekerja!.
Seperti biasa aku melayani pelanggan dengan menyambutnya, mempersilahkannya duduk, mencatatkan pesanan, dan mengantarkan pesanan.
Dan hari ini Restoran sangat ramai, akupun kewalahan, hehe.