Chereads / Tiba-Tiba / Chapter 10 - Kami Mulai Dekat Kembali

Chapter 10 - Kami Mulai Dekat Kembali

Secepat itu mereka pergi? Sudah lama tidak berjumpa dan tidak mengetahui kabarnya, tapi ketika mengetahui kabarnya mereka sudah tiada.

"Serius?! Turut berduka ya.." Ucapku turut bersedih mendengar kabar tersebut.

Ernest hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Mungkin dia kembali mengingat orang tuanya.

"Uhm, kalo boleh tau, karna apa?." Tanyaku penasaran perihal kematian orangtua Ernest.

Ernest menghela nafas nya sebelum menjawab pertanyaan yang aku lontarkan.

"Saat gue lagi di Indonesia untuk kuliah, orang tua gue yang lagi di Kanada berencana untuk mengunjungi gue di Indonesia. Tapi, gue tunggu kabar dari mereka dan ternyata mereka ngga kasih kabar juga. Gue mulai curiga, harusnya mereka udah sampe. Udah pukul 8 malam lewat 14 menit." Jawab Ernest berusaha untuk tetap tegar.

"Dan beberapa menit kemudian, gue terima telepon dari Rumah sakit di sekitaran Bandara Soetta, Pihak Rumah sakit menanyakan apakah gue Ernest, gue jawab iya. Dan pihak Rumah Sakit mengabarkan kalau orang tue gue lagi dirawat di Rumah Sakit karna mereka di jambret di jalan, ngga hanya itu, orang tua gue juga ditusuk pake belati oleh begal itu."

Sambung Ernest yang masih berusaha tegar, padahal mata nya sudah mulai memerah menahan air mata agar tidak jatuh.

Aku yang mendengar penyebab kematian Orang tua Ernest pun terkejut, kejam. Aku bersedih, karna Mr.Robert dan Mrs.Dahlia selalu memperlakukan aku dengan lemah lembut dan kasih sayang. Bagiku, mereka adalah keluargaku.

"Ya ampun, kejam banget. Terus gimana?." Tanyaku dengan sedikit menangis.

"Ya─ mereka meninggal 10 menit setelah dirawat di Rumah Sakit dan mereka menitipkan surat untuk gue ke Suster. Mereka mengalami pendarahan yang hebat." Jawab Ernest dengan bibir yang sedikit gemetar.

"Ya ampun.. aku bener-bener minta maaf udah minta kamu buat jelasin ini semua." Ucap ku meminta maaf merasa tidak enak pada Ernest.

Aku menepuk pelan pundak Ernest agar dia merasa lebih tenang. Aku memberi semangat padanya.

"Dan itu tepat hari ulang tahun gue." Ucap Ernest tersenyum dengan matanya yang memerah karna menahan tangis. Tapi, dia masih tetap tegar.

Aku takjub kepada Ernest, dia berusaha terlihat kuat di depan orang-orang.

"Tetep semangat, ya. Walaupun orang tua lo udah ngga ada di dunia ini. Gue bakalan temenin lo. Be strong." Kataku memberi semangat pada Ernest.

"Thanks." Ucap Ernest tersenyum kembali dan menepuk-nepuk kepalaku. Aku hanya tersenyum dengan lebar.

-Writer Section-

Ernest dan Leyna tampaknya sudah tidak saling cuek lagi. Mereka tampak akrab dan mulai lebih banyak berbincang kembali.

Rasa rindu yang menggunung telah terobati dengan pertemuan kembali, masih menjadi Sahabat. Ingin lebih? Kita lihat saja apa yang terjadi nanti.

Walaupun Leyna terlihat perhatian akan menemani Ernest di setiap kondisi dan tidak ketus lagi, perasaan Leyna masih tanda tanya.

Belum ada tanda-tanda mencintai di antara mereka, mungkin karna masih awal bertemu kembali?

Ernest dan Leyna sudah meninggalkan Cafe tersebut dan memutuskan untuk pulang saja karna sudah mulai larut. Mereka berjalan menuju Basement Mall.

"Thanks, ya. Udah bersedia bertemu dan mengobrol sama gue." Ucap Ernest penuh kebahagiaan yang terlihat di raut wajahnya.

"Ngga usah bilang makasih, ah. Lagipula gue udah ngga marah lagi, maaf ya gue waktu it─." Ucapan Leyna terpotong karna telunjuk jari tangan Ernest telah menutup mulut Leyna untuk berbicara. Kini mereka saling bertatap.

"Ssstt." Bisik Ernest. Aneh, jantung Leyna terasa berdetak lebih cepat dari tempo normal.

Apa diam-diam Leyna menyimpan rasa?

Ernest terkekeh melihat Leyna yang terpaku diam di tempat. Terkekeh pula karna Ernest merasa jijik ketika tadi dia meletakkan jari telunjuknya di mulut Leyna dengan sebuah tatapan. Ernest merasa cringe, haha.

"Hahaha, aneh deh." Gumam Ernest.

Leyna hanya menatap Ernest dengan senyuman yang sedikit kesal melihat pria disampingnya itu.

"Tumben banget jadi cowo anget kaya gini, kemarin-kemarin aja kaya es berjalan." Ucap Leyna menyindir Ernest.

"Oh, iya. Gimana tadi Restoran nya? Rame?." Tanya Ernest sedikit serius sambil berjalan pelan dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku Hoodienya.

"Banget! Seneng banget aku, dapet bonus dari Pak bos, hehe." Jawab Leyna kegirangan.

"Bagus dong." Ucap Ernest ikut berbahagia.

"Gue kan pinter promosiin." Gumam Ernest pelan.

Leyna menoleh ke arah Ernest dan mengerutkan dahinya.

"Huh? Kok jadi lo yang pinter?." Tanya Leyna heran.

"Ngga ngga, lupain." Jawab Ernest mengelak.

"Ih! Jangan bikin anak orang penasaran!." Leyna kepalang penasaran.