Zidan masih mencari Leyna, khawatir jika Ernest melakukan hal yang tidak masuk akal.
Entahlah pikiran itu terus mengelilingi, padahal dia tau bahwa Ernest itu baik.
Sudah cukup jauh Zidan menelusuri tempat di dalam Mall tersebut, tapi Zidan tidak kunjung menemui Leyna juga.
"Apa gue telpon Leyna aja ya?."
Gumam Zidan, tapi tiba-tiba dia ingat bahwa dia tidak memiliki nomor kontak Leyna, belum sempat memintanya.
"Ah si ngenes aja lah! ."
Zidan menelpon Ernest berulang kali, tidak diangkat juga , bahkan nomor tidak aktif.
Zidan kesal dan memutuskan untuk pulang dengan perasaan yang tak biasa.
Ernest dan Leyna ternyata pergi keluar dari Mall, mereka pergi ke Balai Kota. Pantas saja Zidan mencari Leyna tidak ketemu juga.
Mereka tengah duduk di sebuah kursi taman, menatap tetumbuhan yang menjulang tinggi di hadapan mereka.
"Lo tadi nanya kan, apa maksud gue minta nomor lo?." Ucap Ernest memulai pembicaraan.
Leyna menoleh ke arah Ernest, mengangguk dan kembali menatap tetumbuhan.
"Gue liat lo lagi bagi-bagiin makanan di taman, gue saat itu lagi motret klien." Jelas Ernest.
"Terus?". Tanya Leyna.
"Yaa saat itu gue pulang sih, langsung cek hasil foto yang tadi gue potret, ternyata di belakang klien gue ada lo." Lanjut Ernest.
"Jadi lo motret gue?." Tanya Leyna sambil melihat Ernest sedikit kesal.
"Ga gitu, ga sengaja Na. Gue liat foto lo saat lo bagi-bagiin makanan. Tiba-tiba--."
Ucapan Ernest terpotong oleh nada dering telpon milik Ernest, langsung saja Ernest mengangkat Telpon tersebut.
"Iya, Kenapa?." Kata Ernest berbicara di telpon.
Leyna penasaran, Ernest belum melanjutkan cerita nya tadi.
Ernest mengakhiri telepon nya dengan seseorang, dan kembali duduk di samping Leyna dan melanjutkan pembicaraan.
"Lanjutin." Ucap Leyna.
"Sampe mana tadi? Gue lupa." Jawab Ernest.
Leyna menghela nafas dan berdiri lalu beranjak pergi, meninggalkan Ernest yang tengah duduk di bangku taman tersebut.
"Heh, Leyna!." Teriak Ernest memanggil Leyna. Tapi Leyna tetap saja berjalan, menghiraukan Ernest.
Ernest pun berlari kecil menghampiri Leyna yang sudah cukup jauh berjalan dari nya.
"Lo kenapa sih?." Tanya Ernest berjalan di samping Leyna.
Leyna melirik sinis Ernest dan berkata.
"Mau pulang, gue laper! ." Jawab Leyna dengan ketus.
"Gue ikut." Ucap Ernest refleks dan membuat Leyna menghentikan jalan nya, Ernest juga.
Leyna menatap Ernest dengan ekspresi jutek nya dan Ernest pun kembali menatap Leyna datar.
" GAK! ." Ketus Leyna.
Leyna menyelonong pergi dan meninggalkan Ernest.
Setelah cukup jauh Leyna berjalan, Leyna menoleh ke belakang dan ternyata Ernest tidak mengikuti nya.
Leyna menuju sebuah restoran Ramen Jepang, dan tempat itu adalah tempat favorit Leyna.
Segera lah dia memesan menu dan menikmati pesanan.
Betapa nikmat nya menyeruput mie di tengah semilir angin yang menyejukkan kulit. Yang di dapatkan kenikmatan dan keheningan, padahal saat itu suasana sedang ramai.
Tiba-tiba seseorang datang mengagetkan Leyna dari belakang, sontak Leyna pun terkejut dan tersedak Mie yang sedang di santap nya itu.
"DORR! ."
"Uhuk! Uhuk! ." Leyna batuk karna tersedak.
Seseorang yang mengagetkan Leyna pun mengambil gelas minuman milik Leyna dan memberikannya pada Leyna.
Dan Leyna pun meminumnya.
"Makanya, kalo makan itu pelan-pelan." Ucap seseorang yang kini berada di depan Leyna.