Adriel baru saja sampai ke rumah setelah sebelumnya, cowok itu mengantar Stella dan Diandra pulang. Sebenarnya, Adriel sangat malas untuk mengantar Diandra pulang, tapi karena Stella yang meminta, mau tidak mau Adriel akan menurutinya.
Cowok itu melempar badannya ke atas tempat tidur lalu memejamkan matanya, sebelah lengan nya dia letakan menutupi matanya. Adriel menghembuskan nafasnya kasar lalu membuka matanya dan menatap langit-langit kamar nya sambil memikirkan kejadian yang dia lihat tadi saat dalam perjalanan pulang menuju rumahnya.
Adriel melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, cowok itu menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara kasar. Adriel sangat membenci ketika dirinya lepas kendali, dia bahkan hampir menghajar seorang cewek. Tapi kelakukan Diandra sangat membuat Adriel muak. Adriel tahu, Diandra bertingkah seperti itu agar mendapat perhatian darinya, bukan rahasia kalau Diandra menyukai Adriel. Hal itu yang menjadi penghambat kenapa Adriel dan Stella belum juga jadian. Stella terlalu mementingkan perasaan sahabatnya itu. Adriel bahkan selalu menghindari Diandra, semua chat dari Diandra tidak pernah Adriel balas. Cowok itu hanya akan membacanya tanpa berniat membalas.
Adriel menoleh ke kanan, matanya tidak sengaja melihat seseorang yang begitu dia kenal.
"Edward?" ujar Adriel dengan mata memicing, dia berusaha memastikan kalau orang yang dilihat nya memang Edward. Cowok itu menghentikan mobilnya agak jauh lalu terus memperhatikan Edward yang terlihat sedang berdiri bersama seseorang.
"Itu...." Adriel membulatkan matanya terkejut dengan apa yang dia lihat. Cowok itu melihat Edward sedang bersama dengan Riela dan yang membuat Adriel terkejut adalah Edward yang memeluk Riela lalu mengelus puncak kepala cewek itu.
Pikiran tentang Edward yang selingkuh dari Jane membuat Adriel menggelengkan kepalanya tidak percaya. Edward. Seorang Edward Harrison selingkuh? Demi apa? Adriel menolak percaya.
Tapi Adriel menggelengkan kepalanya lagi, berusaha menghilangkan pikiran buruk tentang Edward dan Riela. Bisa saja mereka berteman? tapi mereka tidak sedekat itu di sekolah. Tidak ada tanda-tanda bahwa Edward dan Riela berteman sedekat itu sehingga sampai berpelukan segala.
Sebenarnya....
Ada apa?
Adriel mengacak rambutnya kesal. Kenapa dia harus repot-repot memikirkan kejadian tadi? Lalu kenapa juga dia harus kesal seperti ini hanya karena melihat Riela berpelukan dengan Edward.
"Sadar Riel!" ujar Adriel mengingatkan dirinya sendiri.
Cowok itu bangun dari tidurnya lalu masuk ke kamar mandi. Berniat mandi walaupun sudah tengah malam. Kebiasaan Adriel saat cowok itu banyak pikiran, cowok itu akan mandi, berendam sampai merasa perasaan nya membaik.
•°¤°•
Riela baru saja selesai berganti pakaian setelah sebelumnya dia baru keluar dari kamar mandi. Hampir satu jam dia berendam di dalam bathup. Cewek itu mengambil ponselnya lalu mengecek pesan yang masuk.
Tangannya menekan pesan dari Edward lebih dahulu.
Sepupu Dajjal: Begadang trs
Riela Daniella: Hm
Sepupu Dajjal: Tdr
Riela Daniella: iya iya
Riela Daniella: bawel
Sepupu Dajjal: Gausah on
Sepupu Dajjal: Jomlo juga
Sepupu Dajjal: Tidur
Sepupu Dajjal: Jangan galau
Riela Daniella: 🖕🖕🖕
Sepupu Dajjal: Gue kasih hadiah besok
Riela Daniella: beneran yah? aws klo boong
Sepupu Dajjal: Ya mknya tidur
Riela Daniella: okey
Sepupu Dajjal: Good nite💛
Riela Daniella: jijik
Sepupu Dajjal: 😶😶😶
Riela tersenyum kecil setelah melihat pesan terakhir dari sepupunya itu, Riela bersyukur memiliki sepupu seperti Edward, rasanya dia seperti mempunyai kakak kandung yang selalu menjaga nya lalu menghiburnya ketika sedang sedih.
Riela membuka grup chat nya bersama Jane dan Xaviera ketika pesan dari Jane tiba-tiba masuk.
Jane: Besok Edward ngajak ke rumahnya.
Xaviera: 2in
Jane: Lo udah liat kan di grup sergios?
Xaviera: Udah tadi
Jane: Lo ikut kan?
Xaviera: Iyah ikut
Jane: Kalau lo Ri?
Xaviera: Jangan siders @Riela Daniella
Riela Daniella: Paan -_-
Jane: Ikut gak lo? ngumpul di rumah ayang gue besok.
Riela terlihat berpikir. Sebelum kemudian mengetik balasan untuk pertanyaan Jane.
Riela Daniella: Gue gak ikut yah. Sorry.
Jane: Yahhhhhhhh kok gak ikut?
Xaviera: Ikut ajalah Ri
Jane: Ikut donggg. Di rumah sepupu lo juga.
Riela Daniella: Sorry🙏
Riela meletakan ponselnya diatas meja kecil di samping tempat tidurnya lalu mulai membaringkan badan nya menyamping.
Riela berusaha untuk tidak terlalu bertemu Adriel selain disekolah, itu pun jika tidak sengaja dia berpapasan dengan Adriel. Selain dari itu Riela akan berusaha untuk tidak bertemu Adriel.
Riela memejamkan matanya sebelum kemudian cewek itu sudah terlelap.
•°¤°•
Riela baru saja selesai bersiap-siap, cewek itu melangkah keluar dari kamar, dia menuju dapur untuk sarapan bersama neneknya saat matanya menangkap Edward yang sedang duduk di meja makan sambil sesekali tertawa bersama neneknya.
Cewek itu melangkah menuju meja makan lalu menarik kursi tepat di depan Edward dan duduk disana.
Riela menatap Edward dengan tajam begitu sepupunya itu menoleh kearahnya setelah Riela menarik kursi.
"Pagi" sapa Edward.
"Ngapain pagi-pagi udah disini?" bukan nya menjawab sapaan Edward, Riela malah bertanya sambil menatap sepupunya itu dengan tatapan penuh selidik.
Jangan bilang kalau...
"Jemput lo lah"
Damn!
Riela rasanya ingin memotong kepala Edward sekarang.
"Ngapain?!" ujar Riela ngegas.
"Riela" tegur neneknya.
"Memangnya kenapa kalau di jemput Ed?" tanya neneknya. Riela terdiam, dia tidak ingin neneknya tahu bahwa Riela menyembunyikan statusnya dengan Edward di sekolah. Bisa-bisa dia dipenggal jika neneknya tahu.
"Dia maunya dijemput orang lain nek" Riela melotot karena jawaban Edward, sedangkan cowok itu hanya menahan tawanya melihat ekspresi Riela.
"Siapa?" pertanyaan dari neneknya membuat Riela panik.
"Dia maunya dijemput sama Xaviera nek" jawab Edward.
"Oh Xaviera. Nenek seneng tuh sama dia, cewek tapi kuat" ujar Rebeca- neneknya Riela.
Riela hanya tersenyum canggung pada neneknya sambil mengangguk lalu kembali menatap Edward dengan tajam, sedangkan cowok itu hanya mengangkat bahunya lalu kembali memakan rotinya dengan santai.
Riela memakan rotinya sambil menatap Edward dengan tatapan permusuhan. Mereka berdua makan dengan cepat.
"Kami berangkat nek" ujar Edward
"Iya hati-hati yah. Jagain Riela di sekolah yah Edward" pesan Rebeca sambil tersenyum.
"Pasti nek" ujar Edward dengan yakin.
"Dadah nek" ujar Riela lalu mencium pipi neneknya dan berjalan keluar mengikuti Edward.
"Ganti mobil mulu" ujar Riela setelah melihat Edward datang dengan mobil berbeda.
"Sayang kalau gak dipakai" ujar Edward sambil memasuk kedalam mobil.
"Sultan mah bebas" ujar Riela pelan lalu ikut masuk kedalam mobil.
Riela menutup pintu mobil dengan kasar begitu dia sudah masuk kedalam mobil. Cewek itu memilih duduk dibelakang.
"Santai" ujar Edward sambil menoleh pada Riela.
"Ngapain lo duduk dibelakang? pindah depan" ujar Edward.
"Jane yang duduk didepan" ujar Riela.
"Gue gak jemput Jane hari ini" ucapan Edward membuat Riela menatap cowok itu panik. Dia tidak ingin berangkat cuma berdua dengan Edward. Bagaimana kalau ada yang melihat mereka datang berdua?
"Gue gak mau berangkat bareng lo" ujar Riela sambil bergerak membuka pintu untuk keluar.
"Becanda woi. Jemput kok" Riela mengurungkan niatnya setelah mendengar ucapan Edward. Cewek itu tidak jadi keluar dari mobil.
"Gitu aja panik" ujar Edward.
"Buruan jalan!" perintah Riela.
"Iya-iya" jawab Edward.
Mobil Edward melaju menuju rumah Jane. Mereka akan menjemput Jane sebelum kesekolah.
•°¤°•
Adriel baru saja turun dari mobilnya, diikuti oleh Danio, Nobel, Ilham dan Zegas. Mereka berlima berangkat bersama hari ini karena setelah pulang sekolah mereka akan berkumpul di rumah Edward. Biasanya mereka akan berkumpul di hari sabtu tapi kali ini Edward meminta berkumpul di hari selasa, cowok itu bilang kedua orang tuanya sedang keluar kota sehingga rumah sepi jadi dia meminta mereka berkumpul disana.
Seperti biasa Adriel dan teman-teman nya akan menjadi pusat perhatian. Mata orang-orang akan tertuju pada mereka, menatap mereka tanpa takut ketahuan.
Tidak lama setelah itu mobil hitam memasuki parkiran sekolah, Justin turun dengan wajah dingin diikuti oleh Ben yang tersenyum lebar, lebih tepatnya anak dari panglima tentara itu sedang tebar pesona di pagi hari. Selagi masih segar dipagi hari, belum apek.
"Senyum dikit Just" ujar Zegas pada Justin karena cowok itu hanya memasang wajah datar.
"Tau nih. Masih pagi tapi udah kecut aja mukanya" sambung Danio
"Senyum Just, biar fans loh pada ambyar" tambah Nobel. Namun Justin seakan tuli untuk mendengar ucapan teman-teman nya. Dia bahkan tidak bersuara sedikit pun.
"Kalau diem gini, gue jadi tahu ada apa" tebak Adriel yang sudah paham betul dengan tingkah laku Justin.
"Taken Just?" pertanyaan Ilham membuat mereka semua menoleh pada Justin dengan tatapan penasaran.
Anggukan kepala Justin cukup menjadi jawaban.
"Gile yehhhhh baru kali ini gue ada temen, yang kalau punya pacar bukan nya seneng tapi malah kayak dapat musibah" ujar Danio panjang lebar sambil menatap Justin tidak menyangka.
"Kali ini siapa lagi?" tanya Nobel
"Anak Abdi Bangsa" jawab Justin sekena nya.
"Lo yang nembak?" pertanyaan Ben membuat Zegas memukul belakang kepala cowok itu pelan.
"Kok gue ditabok?!" ujar Ben tidak terima, cowok itu mengelus kepalanya yang ditabok oleh Zegas.
"Yah lo sih oon. Sejak kapan Justin nembak cewek" jawab Zegas.
Justin Franstian. Cowok tsundere tapi punya banyak mantan. Fakboi? bisa jadi tapi bedanya, Justin tidak pernah nembak cewek lalu mencampakan mereka. Justin selalu di tembak oleh cewek dan anehnya cowok itu tidak pernah menolak. Lalu jika dia sudah punya pacar dan ada yang nembak dia lagi apa dia bakal nerima? Enggak juga. Tapi sejauh ini tidak ada cewek yang menembak Justin saat cowok itu masih mempunyai pacar. Entah kenapa Justin tidak pernah menolak perasaan orang. Tapi Justin selalu berakhir diputuskan karena terlalu cuek dan dia tidak pernah keberatan dengan itu. Jadi entahlah Justin ini masuk kategori fakboi atau bukan.
"Lo kok dari dulu gak berubah sih Just. Nerima mulu. Tolak kek kalau emang gasuka" ujar Ilham
"Sakit hati nanti" ujar Justin.
"Iya sih tapi kan...." ucapan Danio yang ingin protes terhenti saat bunyi motor Xaviera terdengar. Cewek itu melepaskan helmnya sambil mengebaskan rambutnya, membuat cowok-cowok hanya menatap Xaviera.
"Aduh nenggg Rara abang tersepona ni" ujar Danio sambil memegang dadanya.
"Terpesona goblok" ujar Ben sambil mendorong kepala Danio.
"Hah itu maksudnya" ujar Danio sambil nyengir.
"Pagi" sapa Xaviera.
"Pagi Ra" jawab mereka semua tidak terkecuali Justin.
"Ra, Justin taken lagi" lapor Zegas. Xaviera menoleh pada Justin sekilas lalu mengangkat bahunya masa bodo.
"Paling sebulan lagi putus" ujar Xaviera.
"Anjir not have akhlak" ujar Ben.
"Tapi emang bener sih" ujar Zegas membenarkan.
"Justin gak pernah pacaran lebih dari sebulan" sambung Adriel.
"Itu pacaran apa temen khilaf? sebulan doang" ujar Danio sambil meringis.
"Berisik" ujar Justin.
"Lo gak marah Ra?" tanya Ilham pada Xaviera.
"Ngapain? serah dia lah" ujar Xaviera.
Obrolan mereka terhenti begitu mobil Edward sampai. Cowok itu turun di ikuti oleh Jane.
Mata Adriel langsung tertuju pada satu orang yang baru saja turun. Ya, Riela. Mata Adriel seakan terkunci pada Riela.
"Pagi neng Riela" kali ini Ben yang bersuara lebih dahulu.
"Heh anjrit. Gue keduluan" protes Danio.
"Siapa cepat dia dapat" jawab Ben
"Ada akhlak lo begitu?" sewot Danio.
"Pagi Ben" ujar Riela membalas sapaan Ben.
"Uhhh damage nya kuat" ujar Ben sambil memegang dadanya.
"Abwang Danio gak di sapa neng?" ujar Danio. Riela tersenyum kikuk
"Pagi Danio" ujar Riela.
"Waduhhhhhhh ambyar" ujar Danio dramatis.
"Masih pagi udah gatal" ucapan Edward membuat Adriel menatap cowok itu dengan tatapan yang tidak terbaca.
"Yeee kan gu...."
"Kenapa? lo gak suka?" ucapan Danio terhenti saat suara Adriel yang terdengar dingin dan menusuk terdengar.
Mereka semua menoleh pada Adriel dan menatap cowok itu dengan tatapan heran. Begitu juga Riela.
Ada apa?