Riela melepaskan pelukan nya lalu menatap Edward sebentar lalu matanya beralih pada Adriel yang berdiri dalam diam. Cewek itu bingung harus bagaimana, dia kembali menatap Edward.
"Diam aja" ujar Edward seolah bisa merasakan keresahan Riela lewat matanya.
Riela hanya mengangguk.
"Riela" panggilan Adriel membuat Riela menoleh pada Adriel yang sudah berdiri di depan nya, begitu juga dengan Edward yang sudah membalikan badan nya menghadap ke arah Adriel.
"Ya?" sahut Riela. Adriel terdiam, tidak tahu harus bilang apa.
"Gue tunggu di mobil" ujar Edward lalu melangkah pergi, sengaja mengabaikan tatapan protes Riela. Edward ingin memberikan ruang agar mereka dapat berbicara berdua.
Riela hanya menunduk menatap ujung sepatunya. Memilih tidak menatap Adriel.
"Gue minta maaf" ucapan Adriel membuat Riela mendongak menatap cowok itu. Adriel menatapnya penuh penyesalan.
"Gue minta maaf" ulang Adriel lagi karena hanya diam sambil menatapnya.
"Maaf. Udah nuduh lo yang enggak-enggak" ujar Adriel lagi. Cowok itu berdiri resah hampir frustasi karena Riela hanya diam.
"Gue...."
"Iya. Dimaafkan" Adriel menatap Riela dalam. Terkejut karena dimaafkan dengan mudah. Seharusnya Riela memakinya atau bahkan menamparnya. Adriel sudah siap akan hal itu, tapi apa ini? Riela memaafkan nya dengan mudah bahkan cewek itu tersenyum padanya. Hal yang membuat dada Adriel berdetak aneh.
"Semudah itu?" ujar Adriel namun sedetik kemudian cowok itu menyesali ucapan nya.
"Maksud gue..."
"Memangnya harus gimana?" pertanyaan Riela membuat Adriel menggaruk tengkuknya bingung.
"Lo gak marah sama gue? gue rela kok di tampar" ucapan Adriel membuat Riela tertawa hingga kedua matanya tertutup. Adriel mengamatinya dengan seksama.
"Kenapa ketawa?" tanya Adriel bingung. Riela menghentikan tawanya lalu tersenyum menatap Adriel.
"Gue marah kok. Tapi apa dengan gue marah, gue bisa lupa? Enggak kan?" ujar Riela.
"Terus lo kenapa maafin gue?" pertanyaan Adriel membuat Riela tersenyum sekilas.
"Karena lo minta maaf" ujar Riela seadanya.
"Lagipula, memaafkan bukan berarti melupakan" ucapan Riela membuat Adriel berdiri mematung. Benar. Walaupun Riela memaafkan nya, bukan berarti cewek itu bisa lupa akan sakit hatinya.
Riela melangkah melewati Adriel begitu saja. Senyum tipis dibibirnya langsung hilang saat melewati punggung Adriel, tergantikan dengan raut sedihnya.
•°¤°•
Adriel sampai ke rumah, dia melemparkan tasnya ke sembarang arah. Cowok itu duduk bersandar sambil memejamkan matanya, menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya kasar.
"Shit!" maki Adriel. Kepalanya terasa akan meledak.
Adriel membuka matanya saat ada yang memeluknya dengan erat.
"Astaga! Bikin kaget aja sih!" seru Adriel saat melihat Adelyne yang tengah memeluknya erat.
Adelyne Valleria Dollan, adik nya Adriel.
"Kakak belum mandi dek" ujar Adriel karena Adelyne memeluknya semakin erat.
"Gak papa. Adel suka baunya kaka kalau keringetan" ujar Adelyne. Adriel hanya bisa menggeleng melihat kelakukan adiknya yang super duper manja.
"Manja banget sih" ujar Adriel sambil mengelus kepala adiknya.
"Lepasin dulu. Kakak mau mandi" Adelyne dengan berat hati melepaskan pelukannya.
"Habis ini mau jalan" ujar Adriel terdengar seperti laporan pada adiknya.
"Kemana? Sama siapa?" tanya Adelyne bertubi-tubi. Matanya memincing.
"Nonton. Sama Stella" jawaban Adriel membuat Adelyne memutar kedua bola matanya malas.
"Ikut" ucapan Adelyne membuat Adriel melotot. Yang benar saja? Adriel ngedate dan adiknya meminta ikut?
"Apasih dek, masa ikut" ujar Adriel berusaha menolak secara halus.
"Ya emang gak boleh?"
"Udah gede, Del ngapain ikutan" ujar Adriel
"Adel. Mau. Ikut" ujar Adelyne penuh penekanan. Adriel menarik nafasnya dalam lalu mengangguk terpaksa.
"Yaudah sana siap-siap" ujar Adriel pasrah. Adelyne tersenyum senang lalu berlari menuju kamarnya.
Beberapa saat kemudian Adriel sudah keluar dari kamarnya, cowok itu berdiri di ruang tamu sambil melihat jam di tangan nya.
"Dek cepetan" teriak Adriel karena mereka hampir terlambat. Dia masih harus menjemput Stella.
Adriel memakai pakaian serba hitam. Dalaman turtle neck hitam lalu jaket jeans hitam.
"Ayo berangkat!" ujar Adelyne yang sudah siap.
"Lama banget siapnya" protes Adriel sambil berjalan keluar diikuti okeh Adelyne, cewek itu sudah bergelayut manja di lengan Adriel.
"Yaudah sih. Namanya juga cewek" ujar Adelyne membela diri.
Adriel mengeluarkan mobil dari garasi.
"Lah kok duduk di depan?" protes Adriel saat Adelyne duduk dikursi depan.
"Kenapa emang?" tanya Adelyne. Sebenarnya dia sengaja duduk didepan, karena dia tahu Adriel pasti akan menjemput Stella jadi Adelyne sengaja duduk didepan.
"Gak kenapa-kenapa" Adriel memilih tidak memperpanjang daripada terlambat menjemput Stella.
Mereka sampai di depan rumah Stella, cewek itu terlihat manis dengan rambut tergerai serta baju putih off shoulder dan celana jeans sebagai bawahan.
Stella tersenyum pada Adriel dan langsung dibalas senyum juga oleh cowok itu. Stella menatap Adelyne yang duduk disebelah Adriel lalu tersenyum pada cewek itu namun Adelyne hanya menarik sudut bibirnya kecil seolah-olah enggan membalas senyum Stella.
Stella tidak terkejut dengan keberadaan Adelyne karena Adriel sudah memberi tahunya kalau Adelyne meminta untuk ikut.
Keadaan di mobil begitu hening, Adriel fokus menyetir sedangkan Adelyne sibuk dengan ponselnya. Stella duduk dengan canggung, jika hanya berdua biasanya Adriel akan mengajaknya berbicara.
"Adelyne udah kelas berapa?" Stella tiba-tiba membuka pembicaraan.
"1 SMA" balas Adelyne seadanya dengan nada datar. Adriel melirik adiknya sebentar.
"Dimana?" tanya Stella lagi, berusaha akrab dengan Adelyne yang terlihat dingin pada orang lain.
"Abdi Bangsa tapi bentar lagi pindah ke Nirwana" ucapan Adelyne membuat Adriel menoleh kaget. Dia tidak tahu kalau Adelyne akan pindah ke sekolahnya.
"Kok kakak gak di kasih tahu?" tanya Adriel kaget.
"Ini lagi di kasih tahu" jawab Adelyne.
"Kenapa tiba-tiba pindah?" tanya Stella.
"Biar jagain kak Adriel dari cewek-cewek gak jelas" ujar Adelyne tajam.
"Adel" panggil Adriel memperingatkan.
"Adriel udah gede pasti bisa jaga diri" ucapan Stella membuat Adelyne tersenyum miring.
"Oh yah?" Adelyne menoleh pada Stella lalu menatap cewek itu dengan alis terangkat. Melihat Stella dengan tatapan menilai. Dilihat seperti itu membuat Stella bergerak tidak nyaman.
Adriel yang sadar dengan situasi langsung berdehem keras.
"Udah nyampe" ujar Adriel lalu melangkah keluar dari mobil diikuti oleh Adelyne dan Stella.
Adriel baru saja akan menggandeng tangan Stella saat Adelyne menariknya cepat lalu memeluk lengan Adriel dengan manja.
"Adek" bisik Adriel pelan sambil menatap Adelyne, memberikan kode agar adiknya itu melepaskan lengan nya namun Adelyne berpura-pura tidak tahu. "Apa?" tanya Adelyne pura-pura bingung. Adriel hanya menarik nafasnya lalu menoleh pada Stella dan tersenyum tidak enak.
"Gak papa" ujar Stella sambil tersenyum pelan.
Mereka bertiga berjalan menuju bioskop. Adelyne masih setia bergelayut manja di lengan Adriel sedangkan Stella mengikuti dari belakang. Dia terlihat seperti menemani orang yang pacaran. Pasti orang-orang yang tidak tahu kalau Adriel dan Adelyne adalah kakak adik kandung langsung mengira kalau Stella menjadi nyamuk saat orang lain pacaran. Menyebalkan.
"Mau nonton film apa?" tanya Adriel.
"Romance"
"Horor"
Adriel melihat Stella dan Adelyne secara bergantian. Bingung karena kedua cewek itu memiliki selera yang berbeda.
"Horor aja" ujar Adelyne lagi.
"Aku.... gak suka nonton film horor" ujar Stella pelan. Dia takut. Jumpscare dalam film horor itu sangat menakutkan menurut Stella.
"Yaudah lo nonton aja film romance sendirian" ujar Adelyne. Adriel langsung menegur adiknya. Merasa tidak enak pada Stella.
"Kita nonton film horor. Ada aku jadi kalau takut kamu sembunyi aja di belakang aku" ujar Adriel lalu tersenyum pada Stella. Stella tersenyum lalu mengangguk.
Berbeda dengan Adelyne yang tersenyum miring.
"Jangan harap" batin Adelyne.
Benar saja. Begitu masuk dalam ruang bioskop, Adelyne langsung duduk di samping Adriel, membuat dia berada di tengah antara Adriel dan Stella.
Adriel bingung dengan adiknya yang bertingkah menyebalkan hari ini.
Film dimulai. Stella mulai keringat dingin. Adegan saat hantu yang muncul secara tiba-tiba membuat beberapa orang berteriak termasuk Stella.
"Kamu gak papa?" bisik Adriel khawatir.
"Iya Riel" balas Stella berusaha menormalkan detak jantungnya tak tidak karuan. Dia benar-benar takut.
Mereka kembali menyaksikan film sampai akhirnya lampu ruangan kembali menyala tanda film sudah selesai. Stella langsung berlari keluar. Adriel langsung mengejar cewek itu sedangkan Adelyne berusaha menahan tawanya.
Stella keluar dari toilet, dia melihat Adriel dan Adelyne yang sedang menunggu nya.
Adriel menatapnya dengan tatapan khawatir. "Kamu gak papa?" Stella mengangguk.
Adriel berbalik menatap Adelyne dengan tajam.
"Kamu hari ini kenapa sih dek?!" suara Adriel terdengar meninggi. Adelyne terkejut tapi dia kembali memasang wajah datarnya.
"Gak papa" balas Adelyne seadanya.
"Ayo pulang. Adel ngantuk" ujar Adelyne lalu berjalan duluan meninggalkan Adriel dan Stella.
"Sorry yah. Adel emang kayak gitu" ujar Adriel merasa tidak enak.
"Iya gak papa" sahut Stella sambil tersenyum.
Adriel menggenggam tangan Stella, mereka berjalan menuju parkiran.
Setelah selesai mengantar Stella pulang, Adriel dan Adelyne juga langsung pulang. Mereka berdua melihat ada mobil lain di halaman rumah mereka.
"Ada tamu yah?" ujar Adriel begitu dia selesai memakirkan mobil.
"Pasti uncle Grey sama aunty Alana" ujar Adelyne penuh keyakinan. Cewek itu sudah turun dari mobil diikuti oleh Adriel..
"Tau dari mana?" tanya Adriel sambil menatap adiknya.
"Adel hafal mobilnya uncle Grey" ujar Adelyne lalu berlari kecil menuju pintu rumahnya.
"Selamat malam" sapa Adelyne sopan begitu dia memasuki rumahnya. Orangtuanya sedang duduk bersama dengan dua orang lain nya.
"Adelyne makin cantik aja" ujar Alana memuji Adelyne. Cewek itu tersenyum lalu mengucapkan terima kasih.
"Selamat malam semua" kali ini perhatian mereka teralihkan pada Adriel yang baru saja melangkah masuk.
"Grey, Alana kenalin, ini Adriel" ujar James memperkenalkan putranya.
"Wah Adriel makin ganteng juga. Udah gede yah. Terakhir ketemu waktu dia masih SMP" ujar Alana lagi sambil tersenyum menatap Adriel.
"Iya dia jarang ikut acara-acara pertemuan. Biasanya cuma Adelyne yang ikut" ujar Anastasia—mamanya Adriel dan Adelyne.
"Aunty, kakak cantik gak ikut?" tanya Adelyne.
"Kakak cantik? siapa?" batin Adriel bertanya.
"Dia gak ikut. Aunty sama uncle baru pulang dari luar kota langsung singgah kesini" ujar Alana menjelaskan. Adelyne mengangguk. "Salamin yah aunty, bilangin kalau Adel kangen" ujar Adelyne sambil tersenyum.
"Iya nanti aunty sampaikan" ujar Alana tersenyum manis.
Adriel dan Adelyne akhirnya memutuskan ke kamar masing-masing.
Ponsel Adriel bergetar. Cowok itu mendengus kesal saat melihat pesan dari Diandra. Kenapa cewek itu terus mengiriminya pesan padahal Adriel tidak pernah berniat membalasnya.
Mengabaikan pesan Diandra, cowok itu lebih memilih mengirim pesan pada Stella.
Adriel Alvaraldo: Lagi apa?
Stella Caralyn: Makan sayang
Stella Caralyn: Samyang. Typo.
Adriel tersenyum kecil, merasa lucu.
Adriel Alvaraldo: Makan yang banyak sayang.
Stella Caralyn: Apaan sih 🙈
Adriel Alvaraldo: Yang itu gak typo kok
Stella Caralyn: IHHHHHH
Adriel Alvaraldo: Hahahahaha lucu banget. Makin suka😌
Stella Caralyn: Jayusssss
Adriel Alvaraldo: Stella
Stella Caralyn: Iya?
Adriel Alvaraldo: Diandra ngechat terus
Stella Caralyn: Dibales?
Adriel Alvaraldo: Gak pernah.
Stella Caralyn: Bales aja.
Adriel menyerngit tidak suka.
Adriel Alvaraldo: Kenapa?
Stella Caralyn: Bales aja Riel. Kasian Diandra
Adriel mendengus. Stella terlalu baik.
Adriel Alvaraldo: As you wish princess.
Adriel membuka instagram nya. Melihat beberapa instastory. Lalu terpaku pada story Edward yang sedang bersama dengan Riela. Cewek itu terlihat bermain dengan dua ekor puppys sambil sesekali tertawa bahagia. Tanpa sadar. Bibir Adriel tertarik. Ikut tersenyum.
Ada sesuatu dalam diri Riela yang membuat Adriel tidak bisa lupa.
•°¤°•