Chereads / ADRIELA / Chapter 5 - Malam Pentas Seni

Chapter 5 - Malam Pentas Seni

Riela sudah selesai mandi dan sekarang dia berdiri di depan lemarinya sambil menatap pakaian yang ada disana—bingung harus memakai pakaian seperti apa untuk pergi ke pensi sebentar malam. Jam menunjukan pukul 6 sore dan Riela belum menemukan pakaian yang pas, ini semua karena Edward yang menyuruhnya untuk berdandan.

Riela masih menengingat pesan whatsapp dari sepupunya itu yang mengancam akan membeberkan rahasia nya jika dia tidak berdandan.

Riela mendengus kesal. Lagipula hanya pensi, kenapa dia harus repot-repot berdandan?

Riela akhirnya hanya memilih sebuah baju turtle neck berwarna hitam dan sebuah celana jeans untuk dia pakai. Persetan dengan Edward, Riela merasa kepalanya akan meledak hanya karena memikirkan baju yang akan dia pakai.

Riela memakai pakaian nya dengan cepat lalu memakai sedikit lip cream, rambutnya dia biarkan tergerai begitu saja, dia berjalan menuju lemari sepatunya dan memilih sepatu putih untuk dipakai. Riela berjalan menuju pintu tapi dia kembali menuju lemarinya dan mengambil cardigan hitam— supaya tidak kedinginan karena pensi di adakan di luar ruangan.

Tepat saat Riela selesai berpakaian, suara klakson mobil membuatnya segera berlari menuruni tangga.

"Nenek, Riela pamit yah" ujar Riela pada neneknya. Cewek itu mencium pipi neneknya lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Hati-hati yah" ujar nenek nya. Riela berbalik lalu melambaikan tangan nya sebelum akhirnya hilang di balik pintu.

Riela berjalan menuju mobil Justin setelah menutup pagar. Cewek itu masuk lalu duduk di kursi belakang.

"Tumben. Biasanya cuma make hoodie" ujar Xaviera yang heran dengan penampilan Riela.

Riela mendengus kesal.

"Disuruh Edward" ujar Riela. Xaviera hanya menganggukan kepalanya.

Mobil Justin melaju dengan kecepatan sedang menuju SMA Nirwana.

Keadaan mobil hening. Justin fokus menyetir sedangkan Riela dan Xaviera sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Ri lo tau gak kalau SMA Abdi Bangsa diundang ke pensi?" tanya Xaviera memecah keheningan. Riela mengangkat kepalanya yang semula menunduk lalu menatap Xaviera dengan tatapan bingung.

"Gatau Ra. Siapa yang bilang?" tanya Riela heran. SMA Nirwana baru kali ini mengundang sekolah lain untuk turut hadir dalam pensi mereka.

"Riel yang ngasih tau" jawab Xaviera. Riela menganggukan kepalanya.

"Justin" panggil Riela.

"Ya?" jawab Justin.

"Singgah di minimarket deket cabang sekolah yah. Mau beli minum" ujar Riela.

"Oke" ujar Justin.

Mobil Justin berhenti di depan minimarket. "Ri gue ikut" ujar Xaviera lalu turun dari mobil mengikuti Riela.

"Mau nitip apa Just?" tanya Xaviera sebelum menutup pintu mobil.

"UC yang gede" ujar Justin. "Oke" Ujar Xaviera lalu menutup pintu mobil dan berjalan masuk ke minimarket bersama Riela.

Drrrt drtttt

Getaran ponsel membuat Justin mengambil ponselnya lalu menemukan nama Adriel di layar.

"Halo?" ucap Justin.

"Lo dimana?" ujar Adriel diujung sana.

"Minimarket" ujar Justin singakat, matanya menatap Riela dan Xaviera yang tengah keluar dari minimarket.

"Buruan" ujar Adriel.

"Oke" ujar Justin lalu memutuskan panggilan begitu Riela dan Xaviera sudah memasuki mobil.

"Siapa yang nelfon?" tanya Xaviera sambil memberikan minuman pada Justin. Justin menerimanya lalu meletakan nya di samping.

"Adriel" jawab Justin singkat.

"Kenapa?" tanya Xaviera lagi.

"Nanyain dimana" jawab Justin sebelum kemudian kembali melajukan mobil menuju sekolah

•°¤°•

Adriel menatap ponselnya sambil mengeleng-gelengkan kepala karena panggilan yang diputuskan secara sepihak.

"Napeh lo?" tanya Danio pada Adriel. Cowok itu baru saja kembali bersama Ben. Mereka berdua baru selesai mengecek persiapan pensi yang sebentar lagi akan dimulai.

"Diputusin Justin" ujar Adriel asal. Cowok itu menoleh ke kiri dan kanan seperti sedang mencari seseorang.

"Ebuset sejak kapan Justin mutusin orang" ujar Danio sambil tertawa, Adriel sendiri tidak menanggapi ucapan Danio.

"Nyari siapa?" tanya Ben yang sedari tadi memperhatikan Adriel.

"Stella" ujar Adriel singkat. Mau tak mau Ben juga ikut menoleh ke kiri dan kanan, mencari keberadaan cewek yang dimaksud oleh ketuanya itu.

"Halo sahabat" ujar Zegas yang baru saja datang.

"Akibat kebanyakan nonton kekeyi nih" ujar Danio sambil melihat Zegas dengan tatapan ngeri.

"Yang lain dimana sahabat?" ujar Zegas lagi.

"Bilang sahabat lagi gue tampol lo" ujar Danio dengan tangan terangkat sambil menatap Zegas tajam, sedangkan hanya ditatap hanya nyegir.

"Yang lain dimana?" tanya Zegas lagi, kali ini tidak pakai embel-embel sahabat— takut di tampol oleh Danio.

"Ilham sama Nobel lagi didepan. Nungguin anak-anak Abdi Bangsa" ujar Ben.

"Adriel?" tanya Zegas lagi.

"Buta lo? mata lo? nih di—" ucapan Ben terhenti begitu tidak melihat Adriel yang tadi berdiri di dekatnya.

"Lah kemana dia?" tanya Ben bingung. Cowok itu langsung mencari-cari Adriel.

"Dih bucin" ujar Ben begitu matanya menangkap Adriel yang sedang berdiri bersama Stella.

"Edward sama Justin mana?" tanya Danio.

"Edward otewe. Dia jemput Jane tadi. Kalau Justin— oh itu dia" ujar Ben sabil menunjuk Justin yang baru saja datang. Cowok itu berjalan dengan wajah dingin—khas Justin.

"Ebusettt neng Riela cantik banget sihh" goda Danio begitu Riela, Xaviera dan Justin berdiri di depan mereka.

"Pepet trosss" ujar Zegas

"Gatal trosss" sambung Xaviera kejam.

"Astagfirulloh Ra. Gitu banget sama abwanggg. Apa salah abwang" ujar Danio drama sambil memukul-mukul dadanya.

"Drama banget lo Dan" ujar Ben sambil menatap Danio jijik.

"Jijik" tambah Justin pedas.

"Sakit hati gue" ujar Danio makin drama kali ini cowok itu meremas dadanya seolah sedang kesakitan.

"Abwanggg aku disakiti" ujar Danio mengadu pada Edward yang baru saja datang bersama Jane.

"Apa peduli gue?" ujar Edward masa bodo. Zegas dan Ben langsung menertawai Danio. Justin dan Xaviera hanya diam dengan wajah datar sedangkan Riela menatap Danio dengan pandangan kasian.

"Wih tumben gak make hoodie doang" ujar Jane pada Riela begitu melihat penampilan Riela malam ini. Mungkin penampilan Riela terlihat biasa bagi orang lain tapi bagi yang mengenal Riela, mereka akan heran karena biasanya cewek itu hanya akan memakai hoodie dan jeans untuk bepergian.

Ucapan Jane membuat Riela menatap Edward dengan tatapan tajam. Ini semua karena cowok itu. Sepupu dajjal.

Edward sendiri berpura-pura tidak tahu, cowok itu malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Jane yang paham hanya menahan tawanya.

"Dia yang nyuruh?" bisik Jane yang di jawab oleh Riela dengan anggukan kepala.

"Bentar lagi acara mulai" ujar salah satu cowok anak OSIS yang berperan sebagai koordinator seksi acara dan bertugas mengurus rangkaian acara untuk pensi malam ini.

"Anak-anak Abdi Bangsa udah ada?" tanya Zegas.

"Udah" ujar cowok itu.

"Stanby di posisi masing-masing yah" ujar cowok itu.

"Oke" jawab Ben.

Ben dan Danio hari ini ditugaskan untuk menjadi MC karena mereka berdua yang paling pintar menghidupkan suasana. Zegas menjadi operator, anak-anak Sergios yang lain ditugaskan untuk menjaga keamanan agar acara berjalan dengan lancar sampai selesai.

"Justin. Kebelakang bentar" ujar seorang cewek. Mega namanya, salah satu anak dance SMA Nirwana.

"Oke" ujar Justin lalu berjalan mengikuti Mega.

"Ayo" ajak Edward yang langsung menarik Jane menuju ke arah depan panggung untuk menyaksikan jalan nya acara. Tidak disediakan kursi untuk duduk, mereka hanya boleh berdiri di samping meja-meja yang menyediakan berbagai makanan sehingga mereka bebas menonton pensi sambil menikmati kudapan yang ada.

"Ayo Ri" ajak Xaviera sambil menggandeng tangan Riela menuju tempat dimana Ilham dan Nobel sedang berdiri.

"Anak-anak Abdi Bangsa mana?" tanya Xaviera, dia tahu bahwa Ilham dan Nobel bertugas menyambut anak-anak dari Abdi Bangsa, dia membacanya di grup chat Sergios.

"Noh. Disono" ujar Nobel sambil menunjuk kearah anak-anak Abdi Bangsa yang sedang berdiri. Xaviera dan Riela menoleh kearah yang ditunjuk oleh Nobel, Xaviera mengamati mereka selama beberapa detik lalu kembali menoleh pada Nobel.

"Gak terlalu banyak yah" ujar Riela

"Cuma anak basket sama anak cheers?" tanya Xaviera pada Nobel

"Hooh. Tapi ada juga beberapa yang datang selain anak basket dan cheers" jelas Nobel.

"Bagus deh kalau gak banyak-banyak amat" ujar Xaviera. Nobel dan Ilham mengangguk setuju.

Acara sudah akan dimulai, Danio dan Ben sudah naik ke atas panggung— bersiap-siap menyapa orang-orang sudah hadir.

Danio dan Ben masih akan memulai acara secara formal terlebih dahulu karena acara akan dibuka oleh kepala sekolah melalui kata sambutan setelah itu akan ada pemotongan nasi tumpeng sebagai tanda hari jadi SMA Nirwana lalu kemudian masuk pada acara bebas, kepala sekolah akan langsung pergi karena memiliki acara lain.

"Selamat malam untuk para tamu dan hadirin sekalian yang sudah menyempatkan waktu untuk datang pada acara puncak dalam rangka hari ulang tahun SMA Nirwana yang ke 50" ujar Ben dengan senyum hormat.

"Gile gue gak nyangka Ben bisa kayak gitu" ujar Nobel terkagum-kagum.

"Acara malam ini akan dibuka oleh Pak Martin selaku kepala sekolah SMA Nirwana. Kepada Pak Martin, waktu dan tempat saya silahkan" ujar Danio sambil tersenyum penuh hormat.

Pak Martin maju kedepan lalu mulai menyampaikan kata sambutan. Tidak terlalu lama karena beliau harus menghadiri acara lain.

Kemudian mereka masuk pada sesi pemotongan tumpeng. Beberapa petinggi di sekolah mulai naik keatas panggung untuk memotong tumpeng bersama-sama.

Riela terlihat mencari-cari seseorang di kerumunan tapi dia tidak menemukannya dan Riela bersyukur akan hal itu.

"Nyari siapa Ri?" tanya Xaviera

"Nggak Ra. Cuma lihat-lihat aja" ujar Riela berbohong. Xaviera hanya mengangguk.

Pemotongan tumpeng selesai. Ben dan Danio mengucapkan terima kasih mewakili orang-orang yang ada, kepala sekolah dan guru-guru serta beberapa petinggi meninggalkan sekolah. Mereka betul-betul mempercayakan acara ini pada anak-anak OSIS dan Sergios.

Ben dan Danio yang sempat turun dari panggung kembali dengan baju yang lebih santai, bersiap-siap untuk masuk pada acara pensi malam ini.

"Yo yo yo wassap gaes!!" sapaan Ben mendapat sambutan berupa teriakan dari anak-anak SMA Nirwana.

"Balik lagi bersama gue Danio Fernandez dan temen gue—" Danio menoleh pada Ben, mempersilahkan dia untuk mengenalkan diri.

"Benedict Ganstra. Cowok paling ganteng se-SMA Nirwana" ujar Ben pede dan lansung mendapat respon berupa teriakan dari cewek-cewek.

"Tapi boong" ujar Danio yang langsung disambut gelak tawa.

"Iri bilang boss" ujar Ben

"Ngapain iri sama jomlo? guys teman gue jomlo nih. Ada yang mau gak?" teriak Danio dari atas panggung.

"MAU!!" teriak siswi-siswi cewek.

"Wah ternyata banyak juga yang mau sama Ben. Baiklah kalau begitu, kalian boleh berurusan sama Ben tapi sebelum itu kita saksikan dulu opening performance dari tim dance SMA Nirwana!!" ujar Danio menggebu-gebu.

Bukan hanya teriakan cewek-cewek yang terdengar, cowok-cowok juga tidak mau kalah karena memang tim dance SMA Nirwana memiliki anggota gabungan cowok dan cewek.

"KAK JUSTIN!"

"AMBYAR GUE KALAU NGELIAT JUSTIN NGEDANCE!"

"JUSTIN JODOH KUHHHH"

Cewek-cewek sibuk meneriaki Justin baik dari angkatan kelas sepuluh, sebelas bahkan duabelas. Cowok itu terlihat sangat keren dengan pakaian serba hitam. Justin adalah kapten tim dance cowok di SMA Nirwana sedangkan untuk tim cewek di ketuai oleh Mega Khansa. Mega memang memimpin tim cewek tapi untuk keseluruhan, Justin adalah Leader untuk tim dance SMA Nirwana.

Jadi kalian sudah tahu kan siapa yang diteriaki oleh kaum adam SMA Nirwana? Walaupun banyak yang meneriaki nama lain selain Justin dan Mega tapi nama mereka berdua lebih dominan.

"Si Justin satu tim sama mantan tapi santai banget yeh" ujar Nobel pada Ilham.

"Justin mah bebas" ujar Ilham.

Justin dan Mega memang berstatus mantan. Mereka pacaran cuma sebulan dan Mega memilih untuk putus karena Justin terlalu cuek dan cowok itu menerima permiantaan putus dari Mega tanpa basa-basi.

Tim dance mulai melakukan perform diatas panggung.

Jane dan Edward sudah bergabung bersama Riela dan yang lain nya.

Penampilan tim dance mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton.

"Gue yakin setelah ini Justin makin banyak fans nya. Anak-anak cheers SMA Abdi Bangsa sampai lupa napas noh gara-gara doi" Ujar Nobel sambil menunjuk ke arah anak-anak cheers SMA Abdi Bangsa dengan dagunya.

"Gue ramal. Justin otewe taken" ujar Ilham dan mereka mengangguk setuju.

Acara terus berjalan, kebanyakan di isi oleh adalah anak-anak kelas sepuluh dan sebelas yang bernyanyi.

"Hai semua" ujar Stella ramah. Dia datang bersama Adriel dan Diandra. Riela seperti biasa akan tersenyum begitu juga Ilham dan Nobel. Hanya Edward, Jane dan Xaviera yang bersikap acuh tak acuh.

"Gue harap lo gak bikin keributan" ujar Nobel pada Diandra sedangkan cewek itu hanya bersikap tidak peduli pada ucapan Nobel.

"Lagian kenapa sih lo ngekor mulu?" ujar Nobel lagi.

"Suka-suka lah" ujar Diandra sewot.

"Siki siki lih" ujar Nobel membuat Diandra menatapnya kesal.

"Hai bro" ujar seseorang sambil menepuk pundak Adriel pelan. Adriel berbalik dan menemukan Arsena sedang tersenyum padanya.

"Gimana bro acaranya?" tanya Adriel pada Arsena.

"Seru kok. Makanan nya juga enak" ujar Arsena ramah.

Arsena Mingantara. Kapten basket SMA Abdi Bangsa.

"Eh kenalin cewek gue" ujar Arsena memperkenalkan pacarnya.

"Angeline. Panggil aja Angel" ujar Angel ramah.

"Adriel" balas Adriel.

"Kesini mau pamit pulang bro. Cewek gue gabisa pulang malem" ujar Arsena.

"Oh oke. Thanks udah sempetin buat datang" ujar Adriel.

"Sama-sama" ujar Arsena. Cowok itu tersenyum pada yang lain lalu pamit pulang bersama pacarnya.

"Hai semua" kali ini semua menoleh pada seorang gadis cantik yang tengah berdiri sambil tersenyum manis.

"Hai Adriel" ujarnya.

"Eh Nancy. Lo dateng juga?" ujar Adriel pada cewek yang dia panggil Nancy itu.

"Iya. Tadi aku mau nyapa kamu pas di lapangan tapi gak sempat" ujar Nancy masih dengan senyum.

Mata Jane memicing saat mendengar cewek itu berbicara menggunakan 'aku-kamu' dengan Adriel.

"Lapangan?" tanya Adriel

"Iya. Pas kamu tanding basket sama anak-anak dari sekolah aku" jawab Nancy.

"Lo dateng nonton yah tadi?" tanya Adriel.

"Aku tim cheers nya"

Riela dapat melihat dengan jelas tatapan seperti apa yang Nancy berikan pada Adriel. Cewek ini menyukai Adriel, sangat terlihat jelas.

"Trus?" ujar Diandra tiba-tiba. Cewek itu terdengar sinis.

"Mulai lagi" ujar Nobel malas.

"Di lo udah janji sama gue" ujar Stella memperingatkan.

"Oke fine" ujar Diandra.

Riela terlihat tidak nyaman dengan kehadiran Diandra ditambah lagi dengan pemandangan di depannya saat ini.

"Ra gue ke toilet dulu yah" bisik Riela pada Xaviera

"Gue temenin" ujar Xaviera namun Riela menolak.

"Gak usah. Biar gue sendiri aja" ujar Riela lalu berjalan menjauh. Cewek itu tidak pergi ke toilet, dia berjalan menuju kolam renang di dalam gedung dan memilih duduk disana. Cewek itu menggulung celananya ke atas lalu memasukan kakinya kedalam kolam.

Dingin. Itu yang Riela rasakan begitu kakinya masuk ke air kolam. Tapi disini tenang dan Riela menyukainya.

"Letak toilet udah pindah yah?" Riela menoleh begitu suara seseroang mengagetkan nya.

"El" bisik Riela pelan.

"Ngapain disini?" tanya Adriel sambil berdiri disamping Riela. Riela menundukan kepalanya sambil menatap air kolam. Sejak kapan seorang Adriel peduli padanya?

"Duduk" balas Riela singkat.

"Nama lo Riela kan?" pertanyaan Adriel membuat Riela menarik nafas nya pelan. Bahkan cowok itu tidak tahu dengan pasti namanya.

"Iya" balas Riela singkat.

"Gak sopan" ujar Adriel tajam. Riela menoleh dan menatap Adriel dengan tatapan memicing. Maksudnya?

"Kalau ngomong tuh liat lawan bicaranya" ujar Adriel. Riela bangun dari duduknya dan berdiri di depan Adriel lalu menatap cowok itu tepat di matanya.

"Udah. Puas?" tanya Riela. Adriel terdiam sambil terus menatap mata Riela.

"Kenapa?" tanya Riela bingung karena Adriel hanya diam.

Karena tidak menadapat jawaban dari Adriel, Riela berniat melangkah meninggalkan Adriel tapi tangan nya dicekal.

"Kenap—"

"Gue suka"