31. Aku boleh jadi membeku yang paling beku saat dihadapanmu. Aku bisa menjadi paling diam saat bersamamu. Tapi tidak didalam bait-bait puisi. Inilah mengapa aku sangat menyukai tulisan. Sebab disana, aku bebas jatuh dalam cinta dan menjadi gila dalam andai dan angan. (Puisi ke-1223, 25 April 2017)
32. Dan tanpa kau sadari, doa-doa baik yang kujejalkan kelangit, telah menjelma menjadi segala sesuatu dalam hidupmu selama ini. Menjadi seseorang yang sempat kau cintai, menjelma menjadi teman dekat yang selalu ada ketika sepi, atau menjadi kemudahan ketika kesulitan datang menghampiri. (Puisi ke-1274, 27 April 2017)
33. Aku bisa saja menggambarkan keindahan wajahmu melalui tulisan diatas kertas. Tapi aku hanya ingin mencintaimu dengan cara yang lain, dengan cara yang belum pernah kau dapatkan sebelumnya. Aku ingin menggambarkan segala keindahanmu melalui kalimat dan untaian prosa kata, dimana manusia yang membacanyapun akan memahami, betapa indah dirimu dalam setiap helaan nafasku. (Puisi ke-1244, 26 April 2017)
34. Ini sebabnya, aku begitu menggilai tulisan. Aku hanya tak ingin setiap detik yang aku lalui bersamamu, berlalu tanpa mampu aku rekam satupun momentnya (April 2017)
35. Laksana mentari yang tak pernah bosan menyapa bumi dengan keemasannya, seperti diriku yang tak pernah lupa untuk menyapa dirimu (Puisi ke-1281, 29 April 2017)
36. Binar pada matamu, merupakan salah satu alasan mengapa aku jatuh cinta padamu. Aku melihat, ada surga disana. (Puisi ke-1225, 25 April 2017)
37. Bukan hanya engkau yang mencari jawaban, sebab sampai detik dimana engkau membaca inipun, aku juga masih bertanya tanya. Apakah semua ini betul rindu, atau hanya sekedar candu. (Puisi ke-984, 19 Maret 2017)
38. Sebab kamu terlalu kaya untuk melahirkan pujian. Jadi jangan salahkan aku, jika aku selalu mampu menemukan dirimu dalam setiap definisi keindahan. (Puisi ke-1266, 27 April 2017)
39. Seperti jangka. Aku mengitarimu dengan doa, dimana rindu sebagai pusatnya. (Puisi ke-999, 19 Maret 2017)
40. Bukan hanya rindu yang larut ketika aku menatap senyummu. Tapi juga terdapat suatu rasa yang turut tenggelam, ketika aku pendam bersama diam. (Puisi ke-1192, 23 April 2017)