Chereads / The Flash of Little Star / Chapter 5 - Joker

Chapter 5 - Joker

Udara pagi terasa segar di OLIVER, embun tipis masih menyelimuti bunga-bunga di taman OLIVER. Gedungnya menjulang tinggi dengan berbagai macam aktifitas yang ditampungnya. Nita bersama dua sahabatnya tengah asyik ngobrol.

"eh gue denger mau ada anak pindahan lagi". Ujar Mia.

"loe serius". Nita kaget.

"cowok apa cewek?". Timpalnya.

"menurutt kabar angin sih cowok". Ujar Mia santai.

"dia dari sekolah mana?". Nita tertarik.

"dari SMA KARDIKAL".

"bukannya itu sekolah ternama nomor dua di negeri ini?". Nita meyakinkan.

"memang iya...?". jawaab Mia.

"kenapa dia pindah ke sini...?". Nita heran.

"padahal kan di sana da banyak fasilitas yang lebih elite dari sekolah kita, gerbangnya saja memiliki sensor". Timpal Nita.

"gue juga nggak ngerti nit". Mia geleng-geleng kepala.

"eh eh tuh, tuh liat". Nita menunjuk seorang cowok keren berjalan menuju kantor. "apa dia anak baru itu?". Tanya Nita.

"mungkin.....". Mia tak tertarik.

"kok loe cuek banget sih hari ini". Nita kesal.

"gue Cuma bad mood aja kok". Mia berlalu pergi.

Cowok keren itu masuk kantor. Menanyakan kelas mana dia di tempatkan. Rambutnya terkesan biasa, namun ada hal lain yang menarik dari rambutnya, warnanya biru kehitam-hitaman.

Kedatangannya membuat buah bibir di kalangan siswi OLIVER. Dia mampu menyihir seluruh siswi OLIVER terkesima. Cara berjalannya khas. Berbadan tinggi atletis. Di tangan kirinya terdapat sebuah jam berwarna silver cool.

"eh liat deh...jam tangannya itu lho, gue banget...".

celoteh salah satu siswi kelas sebelas ipa a. Raihan tak merespon dengan kedatangan murid baru itu. Asya memperhatikannya dari sisi kelas yang lain, ia memandang Raihan penuh dengan sifatnya yang dingin. Tak mau mengerti tentang keadaan.

Ada apa denganmu han, mengapa kamu seperti gusar begitu? Adakah hal yang membuatmu tak nyaman. Gumam Asya. Asya mendekati Raihan.

"han...". panggilnya lembut. Raihan tak menjawab. Ia membuang pandangannya ke luar jendela.

"apa kamu masih belum bisa nerima aku?". Tanya Asya polos. Sama sekali Raihan tak menanggapi.

"sudah dua minggu kita berangkat dan pulang bareng, kenapa kamu masih seperti ini?". suara Asya mulai getar. Raihan tetap terdiam. Tak mengeluarkan sepatah kata apa pun.

"baiklah han, terserah kamu". Asya berlalu dari Raihan, dia menahan air mata. Ia membawa pergi rasa kecewanya memendamnya dalam-dalam. Asya mencoba untuk tetap tegar. Dia takkan menyerah hanya karena sifat dingin Raihan. Rasa penasaran memaksanya untuk tetap berpijak pada pendiriannya. Tak ada batu yang tak retak, begitu juga hati. Tak ada hati yang tak kan luluh. Gumam Asya.

Maafin gue sya, gue belum bisa nerima kamu. Aku tak ingin aku terkhianati lagi. Sebenernya gue percaya sama kamu, tapi itu belum sepenuhnya. Butuh waktu sya, butuh waktu. Raihan menengokkan kepalanya ke arah Asya, sesaat mereka beradu pandang. Dalam diri mereka menyimpan sesuatu yang tak ingin mereka ketahui satu sama lain. Raihan terlalu angkuh untuk mengakui Asya. Sebaliknya, Asya sangatlah sabar menanti keterbukaan Raihan.

Sebagian siswa memasuki kelasnya masing-masing. Nita terhenyak saat merasakan sebuah sentuhan di pundaknya. Ia menoleh ke belakang. Ia dapati sosok yang pernah ia temui sebelumnya tapi ia lupa siapa.

"ada apa?". Nita sedikit gemetar memandang pesona cowok itu.

"kelas sebelas ipa a dimana ya?". Tanya coker itu. Cowok keren.

"di..di.. sini..". Nita menunjuk kelas yang hendak ia masuki.

"oh, terima kasih. Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?". Coker itu membuat jantung nita berdetak kencang.

"ka...kapan?". Nita gugup dibuatnya.

"loe lupa ya? Gue cowok yang elo tolong waktu di mall pusat kota".

"jad..jadi..e..elo rasya...". Nita masih gugup.

"iya...gue rasya..elo nita kan?". Rasya menebar senyum. Sontak Nita tersenyum lebar.

"sudah lama gue nunggu kedatangan loe ras". Nita bahagia. "akhirnya loe datang juga". Mata Nita berkaca-kaca.

"sesuai dengan janji gue nit, saat kita bertemu di taman kota malam minggu itu, jika dalam waktu empat bulan kita nggak bertemu lagi berarti loe bukan pendamping gue". Ujar Rasya.

"dan jika kita bertemu dalam waktu kurang empat bulan maka kita jadian di tempat dan di waktu itu juga". Sambung Nita.

"jadi gimana menurut loe?". Tanya Rasya.

"gimana menurut gue?, gue mau aja". Nita tersenyum. Rasya tersenyum.

Syukurlah jika loe sudah punya pendamping baru. Gumam Raihan. Gue dah nggak butuh loe lagi han. Gumam Nita.

Bel masuk berbunyi.

Seluruh siswa duduk di bangkunya masing-masing. Rasya duduk bersebelahan dengan Nita. Asya tertegun melihatnya. Ia melihat bangku kosong di sebelah Raihan. Dia maju kedepan.

"boleh aku duduk di sini?". Tanya Asya. Raihan tak menjawab, hanya menganggukkan kepala. Satu langkah awal terlaksana. Gumam Asya.

Bu Salma masuk kelas, ia menyapa murid-muridnya. Sebelum ia membuka pelajarannya ia meminta Rasya untuk memperkenalkan dirinya.

"kamu anak baru, silahkan perkenalkan dirimu.". Ujar Bu Salma. Rasya maju ke depan.

"perkenalkan nama gue rasya, murid pindahan dari SMA KARDIKAL, sekian terima kasih". Perkenalan singkat dari Rasya. Raihan sama sekali tak merespon. Apa yang engkau pikirkan han....?katakanlah.. gumam Asya.

**********

Kehadiran Rasya membuat Nita semakin mudah berbuat jahat pada Asya dan Raihan. Setiap hari Rasya membuat jebakan untuk Asya. Dengan jebakan yang berbeda. Hari ini Rasya merencanakan jebakan untuk Asya. Rasya meretakkan salah satu kaki kursi Asya. Ia berencana ingin membuat jatuh Asya. Nita membantu niat buruknya. Ia sediakan alatnya dan membiarkan Rasya mengerjakannya.

Asya datang. Rasya dan Nita segera kembali ke tempat duduknya. Bersikap seolah tak melakukan apa-apa. Asya tak menyadari jebakan Rasya. Ketika Asya duduk. "kraak". Kaki kursi yang Asya duduki patah dan membuatnya jatuh, tangannya tergores paku yang Rasya sengaja ditonjolkan. Tangannya berdarah. Belum cukup itu saja. Lantai tempat Asya jatuh telah diberi lem oleh Rasya. Raihan melihat kejadian itu menjadi iba. Ia marah, tapi tak ia perlihatkan ekspresinya.

"berdirilah sya". Pinta Raihan.

"nggak bisa han, sakit tangan gue. Lengket laintainya.". desah Asya.

Raihan terdiam sejenak. Dia meminta revan untuk mengambilkan sebotol bensin dan peralatan P3k. Tak banyak ucap Revan segera mengambilkan permintaan Raihan.

"ini han". Revan memberikan sebotol bensin. Perlahan Raihan menuangkan bensin di tempat Asya jatuh. Menunggunya sebentar lalu membopoh Asya naik.

"hahaha liat tuh si Asya, kenapa dengan roknya?". Tawa Nita. Raihan tak menghiraukan tawa Nita.

"ulurkan tanganmu".pinta Raihan. Asya mengulurkan tangannya. Perlahan Raihan mengoleskan obat anti septik ke lengannya dengan kapas. Mata Asya melihat ketulusan pada diri Raihan. Kamu baik juga han. Gumam Asya. Gue juga punya permainan buat loe rasy . Gumam Raihan menahan emosi.

"nggak perih kan?". Tanya Raihan.

"nggak han, makasih ya".

"keterlaluan banget sih tu anak". Gerutu Sheila tiba-tiba menghampiri dari luar kelas.

"sudahlah, gue punya rencana buat mereka". sahut Raihan.

"jangan balas mereka han". Suara Asya lembut.

"sudahlah, aku sudah muak melihat ulah mereka, licik harus dilawan dengan licik, dia itu bagai joker yang penuh siasat". Ujar Raihan. Sheila dan Revan mengangguk setuju.

"tapi han....". Asya mencoba membujuk.

"sudahlah, apa yang Raihan lakukan itu untuk kebaikanmu". Sheila memotong. Asya terdiam menurut. "baiklah".

"aku tahu tadi dia mengempes ban mobilku". Ujar Raihan.

"trus loe diem aja han?". Sahut Revan.

"nggak lah, gue copot ban mobil Rasya dua buah. Mereka nggak akan bisa pulang". Tutur Raihan.

"lalu bagaimana dengan ban kempesmu?". Tanya sheila.

"tenang gue udah bawa pemompa otomatis". Jawab Raihan santai.

"licik loe han hahahahaha". Revan tertawa geli. Sheila tersenyum. Asya hanya diam.

"kamu aman bersamaku sya". Ucap Raihan memegang dagu Asya. Mendekatkan bibirnya pada Asya.

Apa ini yang dimaksud aku akan membutuhkan Raihan...jika iya , aku memang butuh saat ini. gumam Asya. Asya tersenyum.

"aku bertanggung jawab atas keselamatan, harga diri dan reputasimu sya". Kata Raihan tegas. Sheila dan Revan mendengarkan dengan seksama.

"semalam kakek berkata padaku, kelak aku akan membutuhkanmu, sebenarnya aku tak langsung percaya, tapi karena kakek memaksa. Aku pun menurut". Tutur Raihan.

Sejauh itukah han?. Gumam Asya.

"nggak perlu sejauh itu han". Respon Asya.

"sudah terlanjur aku sepakati dengan kakek, apapun konsekuesinya aku harus tetap jalani". Raihan menegaskan.

"baiklah han". Asya menurut.

Bel akhir sekolah berdering.

Raihan segera membawa Asya ke parkir. Raihan meminta Asya untuk berakting shock mendapati ban mobilnya kempes. Asya menurut.

"han, coba lihat deh". Asya memanggil Raihan.

"ada apa?". Raihan mendekat.

"banmu kempes". Asya berakting panik.

"apa....kenapa bisa kempes? Apa bocor, kurasa tidak". Cepat-cepat Raihan mengambil pompa otomatis. Ia pasangkan pada ban bocor. Dalam sekejap, ban itu telah terisi oleh angin. Raihan tersenyum.

"let's go". Ajak Raihan. Asya segera masuk mobil Raihan. Rasya dan Nita mengamati dari kejauhan merasa kesal karena rencannya gagal. Akhirnya mereka pun kembali menemui mobilnya. Betapa terkejut Rasya saat mendapati dua roda depannya hilang tanpa jejak. Ia merasa jengkel.

"sial raihan sudah mulai bermain". Gerutu Rasya.

"apa...kita nggak bisa tinggal diam". Nita menimpali.

Meskipun begitu mereka tetap tidak bisa pulang karena kehilangan dua roda sekaligus. Mereka terlalu malas untuk mencari. Hari semakin panas. Matahari memancarkan sinarnya dengan sangat terik. Angin panas menerpa muka mereka berdua. Alam seakan tak bersahabat dengan mereka.

"uhh.....awas loe han". Gerutu Rasya.

Sebagian orang berpikir bahwa mereka tidak akan

Mendapat dampak dari perbuatan mereka,

Padahal setiap pekerjaan mempunyai

Imbas bagi pelakunga