Chereads / ruang tak bertuan / Chapter 15 - Saingan

Chapter 15 - Saingan

Rara terdiam melihat dua orang yang perang mata tanpa suara. Kedua pemuda itu menoleh saat suara lembut itu memecah sorot tajam yang saling hunus. Berdiri kaku menatap sendu ke arah gadis itu.

Amelia menghela nafas lega saat Rara bisa menghentikan aksi tusuk mata, meski dia yakin pasti akan berlanjut kembali setelah Rara berkomentar.

Gera yang sedari tadi duduk di sofa berdiri memandang gadis yang baru keluar ruangan. Sorot damai itu yang selalu membuat dia terpana. Tak berdaya, luruh seketika bagai daging tak bertulang.

" Maaf, apa ada yang bisa saya bantu? Jika memang ada sesuatu tolong sampaikan pada sekretaris saya agar dischedule dan tolong jangan buat keributan disini." Ucap Rara seraya mempersilakan mereka duduk.

" Ra, gue mau ngajak kamu lunch... tapi ni orang dua nyerobot ngajak kamu juga padahal kan mereka belum buat janji sama kamu!! " Bela Damar acuh.

" Maaf bu, saya memang belum buat janji dengan sekretaris anda, tapi atasan saya kesini sendiri untuk menemui ibu karna ada yang harus dibicarakan dan sekalian mengajak anda makan siang! " Dhani menginterrup ucapan Damar tanpa mau kalah.

Keduanya masih saling melotot dan melemparkan tusukan tajam.

" Gimana mel? " tanya Rara menggoda sekretarisnya.

Amelia garuk-garuk kepala tanpa rasa gatal cengar cengir kaya kebo.

" Hehe... gimana apanya Ra? "tanyanya polos.

Rara geleng-geleng kepala melihat tingah sekretarisnya yang terlihat blo-on. Harusnya kan dia yang mengatasi masalah... bukannya malah ikut-ikutan ngah ngoh kaya sapi ompong.

" Gue duluan lo Ra yang nyamperin kamu!! " protes Damar.

" Sebenarnya kami datang pada waktu yang sama, hanya saja saya mempersilakan dia untuk berjalan dulu. " sergah Dhani.

Rara memijit keningnya yang agak pusing. Gak mungkin dia nolak salah satu. Damar sudah janji sejak kemarin mau ngajak dia ke tempat rehabilitasi penyandang kusta. Tapi perwakilan Danurdidja juga tidak mungkin dia abaikan.

" Baiklah kalau begitu, dengan bapak siapa? " tanya Rara menatap Dhani.

" Dhani bu, dan atasan saya Pak Anggara! "

Anggara... nama itu seperti familiar... siapa dia?? Bukannya dia Gera si bontot Danurdidja? Rara membatin sambil mengamati pria di samping Dhani yang tengah tersenyum manis padanya.

Anggara?? Bearti benar dia orangnya. Damar seakan tak percaya jika orang yang bersitegang dengan dia sejak tadi adalah orang yang sama yang pernah menerobos ranjau bersamanya. Apakah memang benar? Atau hanya sebuah kebetulan? Tapi tak mungkin ada kebetulan yang sama persis tak bercela sedikitpun.

Mata Damar dan Rara terpaku saling pandang bertukar tanya. Melihat hal itu, Gera mendelik tajam pada asistennya pertanda kesalahan.

Seketika itu juga Dhani sadar jika telah melakukan tindakan bodoh dengan menyebut nama lain Gera di depan orang yang seharusnya tidak pernah mendengar nama itu.

" Maaf, maksud saya Pak Gera..." Ralatnya gelagapan saat melihat Rara dan Damar saling curiga.

Dhani mencoba setenang mungkin agar tidak terlihat gugup.

" Bagaimana bu Rara, apa permintaan kami bisa dipenuhi? " Damar mencoba mengalihkan perhatian.

" Baiklah, saya penuhi tawaran makan siang anda. Tapi saya harus didampingi ajudan saya! "

Damar memasang senyum miring mengejek asisten sok tau itu. Bagaimana mungkin Rara bakal ninggalin dia,batinnya.

" Tapi ini kan urusan kantor bu? " Dhani masih tidak terima jika si kancrut tak tau diri ini mengekori Rara. Bagaimanapun dia harus bisa menjadikan lunch ini moment untuk Gera bisa dekat dengan Rara. Tapi usahanya harus direcoki siput jelek yang selalu ingin nempel sama Rara. Dan mungkin, dia harus kehilangan bonusnya kali ini.

" Pak Dhani asistenya Pak Gera kan? bearti pak Dhani juga ikut lunch bersama kami kan? " Dhani hanya mengangguk membenarkan statement Rara, meski mungkin dia hanya akan menjadi pengawal dan makan di meja yang berbeda dengan mereka.

" Jika Pak Gera membawa anda, saya juga boleh kan membawa ajudan saya? Karna bagaimanapun dia adalah orang yang ditugaskan untuk menjaga saya! " elaknya.

Gera menyekal tangan Dhani yang sudah akan memprotes keputusan Rara. Dia tau tidak akan bisa membantah Rara dan tidak mungkin juga mengusir Damar saat itu juga mengingat pria itu adalah ajudan Rara. Jika dilakukan paksa, bisa-bisa bukan hanya akan dipersulit kerjasama tapi juga pasti duo Dewangga akan bertindak sarkas dengan dia. Karna setau dia, Damar adalah orang kepercayaan Tombak yang juga sangat dekat dengan keluarga Waskito.

" Baiklah jika pak... " Gera menggantungkan kata-kata pura-pura tidak mengenal pria itu.

" Lettu Damar! " mengulurkan tangan menjabat Gera.

" Pak Damar bisa ikut bergabung dengan kita. Dan saya juga tidak mungkin menyuruh orang yang ditugaskan untuk MENJAGA anda jauh dari anda! Benar kan bu Rara? "

Senyum sinis dan tatapan mengejek itu tepat menusuk ke jantung Damar membuat Damar diam terpaku. Kata menjaga seolah mengisyaratkan kepantasannya menyandang predikat itu. Damar merasa tertampar mengingat dulu dia telah gagal menjalankan tugasnya.

**********×**********

Keempat orang itu memasuki restoran steak yang main menunya iga bakar madu asam manis. Dan Rara memang sangat suka dengan makanan itu.

Mereka duduk berempat di meja yang sama. Dhani yang tak biasa makan dengan relasi atasannya menjadi kikuk dan bingung harus bersikap bagaimana. Karna biasanya dia akan mengambil meja sendiri dan menikmati pesanannya bebas dengan caranya sendiri.

Rara memotong daging di piringnya, menusuknya dan mengkolaborasikan dengan kol. Tanpa bas basi Damar langsung menyerobot semua kol serta sayuran di piring Rara dan hanya menyisakan mentimun.

Gera merasa mual melihat tindakan Damar. Hampir saja dia melempar sendok yang dipegang jika dia tidak ingat ada Rara di depannya.

" Inget asam lambungmu Ra... mau kolik lagi?" ( Kolik abdomen adalah nyeri hebat pada perut yang sifatnya hilang-timbul karena kontraksi otot, penyumbatan, atau peradangan pada organ di dalam rongga perut, seperti usus, rektum, kantong empedu, ginjal, atau saluran kemih ).

Gera memandang dalam wajah ayu itu. Dia melewatkan satu hal yang sangat sepele namun penting. Dia sama sekali tidak tau bahwa Rara memiliki riwayat asam lambung tinggi dan harus menghindari makanan yang mengandung gas.

" Tar lo kamu punya suami, kasih tau tuh laki lo agar jaga pola makan lo.. biar gak asal ngasih makan! " Seloroh Damar menyindir Gera.

" Bicara apa??? jangan bahas yang aneh-aneh deh... niatnya makan kan!! " Rara bicara jujur karna dia memang tidak tau dan tidak sadar jika dihadapannya ada dua laki-laki yang berusaha mendapatkan hatinya.

" Mengenai hal yang dibahas, apa boleh saya tau pak? " tanya Rara pada Gera.

" Nanti saja setelah makan. Tidak baik makan sambil ngobrol! " Gera berusaha senatural mungkin dan mengontrol emosinya.

" Be the way, nanti malah ada acara? Saya mau mengajak dinner! Bisa? " tanyanya ragu.

" Nanti malam saya tidak bisa pak, ad janji sama anak kampus! "

" Janji apa? " tanyanya curiga

" Janji main.. "

" Main apa maksudnya? " Gak mungkin kan dia main sama brondong, yah meski umurnya juga masih muda dan harusnya masih mahasiswa jika dia tidak ikut akserasi.

Gera menatap tajam pada Rara. Bagaimanapun dia tidak ingin kecolongan apalagi harus sampai kehilangan gadis itu lagi. Dia sangat tidak suka Rara dekat dengan pria lain. Dengan Damar saja dia jengah dan ingim menjauhkan terus Rara dari dia. Terbukti saat ini dengan dia menyisihkan kursi Damar bedekatan dengan Dhani dan menjadikan Dhani pembatasnya. Yang seharusnya seorang asisten ataupun ajudan kan wajib disamping tuannya.

"Main basket! " jawab Rara pelan. Dia takut jika hobinya ini akan ditertawakan atau dianggap tabu oleh koleganya.

Takut jika karna hobinya itu dia akan dicap cewek arogan karna menyukai olahraga dengan ritme cepat dan membutuhkan kegesitan sementara selama ini dia terkenal sebagai wanita yang sopan dan lembut.

Aneh kan... seorang yang kalem menyukai basket dan surfing.

" Boleh ikut? " Gera menatap Rara penuh hangat. Damar melihat itu merasa tersaingi meski dia tau tak mungkin juga mengalahkannya.

" Boleh, kita tanding! jam tujuh anda saya tunggu di lapangan! " Segera Damar menyambar jawaban Rara.

" Baiklah, jam tujuh deal! "

" Deal! "

Keduanya sepakat dan akan melakukan duel mereka yang tertunda. Setelah melawan duo dewangga, Gera merasa perlu mengalahkan juga bocah tengil ini agar tidak menghalangi tujuannya.

Dia harus bisa menang dan bisa memiliki Rara seutuhnya dan selamanya tentu dengan semua restu dari orang yang ada disekitar Rara tentunya. Termasuk bocah tengil ini.

Gera mengirimkan message ke nomor yang didapatnya tadi. Memberikan sebuah tawaran dan kesepakatan. Tentu dengan hadiah dan jaminan. -' Kita lihat saja siapa nanti yang lebih pantas! '- batinnya.