Semburat kemerahan di ufuk timur memberi rasa damai bagi orang yang melihatnya. Mentari malu-malu menampakkan sinanya, memberi sendu yang amat tenang. Gadis ayu itu berjalan menjinjing papan seluncur, melambaikan tangan pada dua orang temannya yang memilih beranjak dari pantai.
Tanpa dia sadari, empat orang pria menatap dalam padanya. Dua orang dengan wajah damai yang dibuat-buat, satu orang dengan wajah kagum setengah mati dan satu orang dengan tatapan sendu, memperlihatkan kerinduan yang teramat dalam berada di jarak yang tak terlalu jauh.
Sengaja, dua orang di belakang honda jazz tak menunjukkan keberadaannya. Memilih menikmati kerinduan dari kejauhan.
" Dia bisa pakai yang mewah, kenapa hanya pakai jazz?? " selonyor Dhani membuyarkan fokus Gera.
" OMG.... " sambil menepuk jidatnya.
" Dari tadi kamu bengong cuma mikir itu? " Tanya Gera geleng-geleng.
Dhani hanya mengangguk pelan mengamati mobil yang diduduki duo Dewangga itu. Tak habis pikir dengan pertanyaan konyol asistenya.
" humble! " jawabnya pelan
" Dia gadis yang tak pernah menunjukkan kelebihannya, bahkan terkesan menutupi ! Hidup layaknya jelata.... sangat berbeda di kalangannya." Tersenyum simpul menatap binar ceria dari gadis ayu itu.
" Aku paham sekarang kenapa kamu begitu tergila.... "
" Tapi tetep aja, meski biasa platnya yang luar biasa! " Menunjuk pada honda jazz putih berplat nomor R 4 RA.
Dhani menatap rona bahagia di wajah sahabatnya. Wajah yang tak pernah terlihat selama enam tahun ini.
*****************************
Melihat langit yang mulai kemerahan, Rara memutuskan menyudahi tarian di atas ombaknya. Menjinjing papan seluncur berjalan ke tepian.
" Gue balik dulu ya Ra sama Bara, pagi ini ada apel! Gue gak mau kena hukuman?!! Loe tau kan if the lion be angry ?!! " Ocehan Damar membuat Rara tertawa keras.
Damar adalah satu-satunya teman Rara, sementara Bara adalah adiknya. Selisih dua tahun, tapi tak membuat mereka terlihat beda usia. Sama-sama seorang militer, yang kadang diperintah papa Rara untuk mengawal Rara jika keluar kota !
Dan itulah alasan yang membuat Rara bisa berteman dengannya. Karna Rara buka gadis yang suka bergaul atau bersosial dengan banyak orang.
Meski dia ramah dan ringan tangan yang membuatnya banyak disukai karyawannya, tapi tak membuat Rara membuka diri membiarkan orang lain mengenalnya.
" Singa??? ha... ha... ha... kakak gue bukan singa kali... tapi elang!!! "jawab Rara dengan mata menyipit menahan tawa.
" Sama aja!! Loe ga tau gimana dia kalo di batalyon!! Gak ada yang berani natap dia kalo uda marah!!! " Damar bergidik ngeri membayangkan amukan Tombak kalo ada anak buahnya yang salah.
" Kak Tombak bukan galak, tapi tegas dan perfect!!! Kalo ada yang salah jelas dia marah!! "
" Terserah deh ... yang jelas gue gak mau kena amukan kapten!! " Dengan wajah manyun merapikan perkakas surfingnya.
Rara masih asyik menikmati langit merah, Damar menatapnya sendu, merasa iba dengan sahabatnya ini.
" Gue balik dulu ya, kalo capek tlp orang rumah buat nyetir!! Dan abis ini harus langsung bobok!! oke!! "
Damar menyusap rambut Rara dengan sayang, tersenyum manis semanis gulali. Kalo pantai ramai pasti banyak cewek yang terpikat dengan senyumnya.
Rara tersenyum simpul, melambaikan tangan dan membiarkan Damar meninggalkannya sendirian.
Di parkiran, tiga orang memasang wajah penuh tanya. Banyu clingukan mendapati adiknya dekat dengan seseorang. Tombak hanya senyum-senyum melihat kembarannya bingung.
" Who!? "
" Lettu Damar, putra serka Kusnan! Dia yang aku tugaskan jaga Rara kalo pergi. " Jawabnya datar.
Banyu masih belum puas dengan jawaban Tombak, melihat itu dia menepuk pundak Banyu menenangkan.
" Hanya sahabat, dia sudah punya tunangan!! So, don't worry ok!! "
Wajah Gera merah padam menahan amarah. Bertanya-tanya siapa pria yang berani mengusap mesra rambut mutiaranya. Dadanya terasa panas, gelisah tak menentu.
Dhani hanya geleng-geleng menyaksikan tuannya terbakar cemburu.
Tanpa babibu berbalik masuk mobil diikuti Dhani. Sesaat menatap dalam gadis itu.
" Cari tau siapa dia! "
" Besok harus sampai di mejaku!! "
Menstater dan menancap gas meninggalkan area pantai. Bagai orang kesetanan, Gera melajukan kemudi sangat kencang, membuat Dhani was-was.
" Aku masih pengen hidup Ger!! " berpegangan kencang penuh cemas. Gera tersadar akan tindakannya, pelan-pelan menurunkan kecepatan terus melaju membelah jalanan.
*************×*******************
Banyu berjalan menghampiri Rara sambil membawa handuk disusul Tombak di belakangnya.
" Gak baik basah kayak gini, bisa demam nanti. " Mengusap lembut rambut Rara dengan lembut.
Rara menoleh kebelakang, mendapati kedua kakaknya tersenyum damai.
" Ganti baju dulu Ra, baru leat sunrise! " Sambung Tombak. Rara hanya mengangguk, berjalan ke arah parkiran mengambil baju ganti dan membasuh tubuh.
Duo Dewangga tetap setia memandang langit yang kian memerah, meninggalkan jejak kegelapan.
Selepas berbersih diri, Rara kembali menghampiri sang kakak. Duduk di sela-sela mereka. Menyandarkan kepalanya di bahu Banyu. Banyu merangkul sayang permata jiwanya itu.
" Besok-besok jangan bandel lagi ya dek!! kalo kamu gak bisa tidur dan kakak gak di rumah, kamu telp kakak aja! Jangan kayak gini lagi ya!! Tombak membelai lembut rambut adiknya.
" Rara cuma butuh hiburan kak... "jawabnya singkat.
" Ada Damar juga! So don't worry! "
Di takupkannya kedua tangan di pipi adiknya, menatap mata jenih itu dengan sorot hangat.
" Tetep aja kakak khawatir Ra.... jangan buat kakak takut lagi ya...!" Tombak tersenyum hangat melihat wajah ayu adiknya yang ditekuk...
Mentari malu-malu, perlahan naik memberi terang dunia. Tiga anak manusia asyik menikmati hangatnya sinar sang surya. Desiran ombak dan hembusan angin seperti menjadi melodi pengantar tidur. Tanpa mereka sadari, Rara sudah terlelap dalam rangkulan Banyu.
" Sudah terlelap!! aku or kamu yang gendong?? " tanya Tombak.
" Biar aku saja, kamu bawa audiku, aku yang bawa mobil Rara! "
Banyu menggendong Rara pelan-pelan, menyenderkan kepalanya dan memberi tumpuan bantal agar tidak terantuk kaca.
Dua mobil itu beriringan meninggalkan pantai, kembali melaju menuju rumah besar seperti yang diperintahkan papanya.
*****////****