Banyu bergegas memasuki lobi kantor... dikawal dua ajudan papanya, berjalan santai menuju ruangan. Recepsionis dan para staff lain yang melihat kedatangannya membungkukan badan lantas mengangkat tangan memberi hormat.
Banyu yang melihat itu merasa aneh... kalo di rumah dia biasa diperlakukan seperti itu, tapi ditempat kerja dia bersikap santai namun tetap berwibawa. Dan dia tidak pernah menunjukkan kalau dia seorang anak jendral. Dia lebih suka membaur dengan yang lain tanpa batasan derajat.
" Tumben ya.. kakak CEO kita tampil beda... " bisik-bisik dari para karyawan yang melihat Banyu masuk ke dalam.
" Tambah tampan... karismatik... " sahut yang lainnya.
Bagaimana mungkin para karyawan disana tidak terpesona dengan Banyu. Meski memiliki wajah yang serupa, tapi pesona Banyu lebih terpancar. Dengan badan yang tegap, kulit yang bersih, sorot mata yang damai, garis wajah yang penuh wibawa dan berkarakter. Berbeda dengan Tombak yang mempunyai sorot mata tajam bagai elang, tubuh altetis, rahang yang kuat dan pembawaan yang tegas.
Saat sampai di ruangan CEO, Banyu hanya menoleh sebentar saat sekretaris adiknya berdiri membungkuk dan memberi hormat.
Melihat dekorasi ruangan Rara, Banyu sangat terkesan... tidak menyangka jika adiknya memendam bakat sebagai interior design. Rak buku yang tertata rapi, sofa bed yang senada dengan warna tembok, dan jendela dengan view yang menghadap langsung ke arah laut dimana saat senja sinarnya yang langsung masuk akan memberi efek warna yang menenangkan. Pantas saja jika Rara betah tinggal di kantor daripada di rumah.
Banyu tau jika adiknya memang menyukai dan sangat ingin menjadi interior design. Namun karna hanya dia yang bisa meneruskan perusahaan untuk saat ini, mau tidak mau dia terpaksa mengambil studi arsitektur dan bisnis manajemen.
Ya... dalam satu angkatan, Rara mengambil dua jurusan sekaligus di dua kampus yang berbeda. Bermodal otak encer dan ketekunannya, Rara menyelesaikan studi S1 hanya dalam waktu tiga tahun, setelah itu dia melanjutkan S2 manajemen keuangan dan mengambil studi interior design ditempat yang berbeda.
Rara memang berbeda dengan kakak2nya. Rara gadis pendiam dan tekun, dulu waktu SMA dia jarang menghabiskan weeked untuk hang out dengan teman sebayanya ke mall. Dia justru menghabiskan waktu bersama mamanya membuat kue atau ikut papanya ke pelosok meninjau lokasi. Dari situ dia memahami alur papanya dalam mengambil proyek konstruksi.
Banyu membuka satu per satu file yang tersedia di meja. Dari file annual report sampai file moU dengan perusahaan rivalnya, Danurdija Corp. Ditandatanganinya satu per satu file itu, hanya satu yang dibiarkan.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Banyu memanggil sekretaris.
" Tok... tok.. tok... permisi pak... " sapa gadis itu.
" Ya silakan masuk! " Banyu merapikan file dan menyodorkannya pada gadis di depannya.
" Ini sudah saya tanda tangani, tolong berikan ke departemen masing-masing, terima kasih! " Banyu kembali menunduk membaca file.
"Baik pak.. " menunduk sambil mengecek file itu.
" Tumben penampilan loe rapi... gak biasanya.." celoteh gadis itu.
Banyu mengernyit tak paham, bagaimana mungkin seorang gadia dengan vulgarnya mengomentari penampilannya bahkan dia tidak kenal sekretarisnya itu.
" Maaf, maksudnya??... " Banyu memandang gadis itu dan membaca name tag nya.
_Amelia Rani Prasodjo gumamnya.
" Udah deh, gak usah sok sopan kapten... biasanya juga gimana sama gue!!! " selorohnya.
" Btw si Rara kemana? kog gak ngantor? "
" Rara lagi sakit.. " jawab Banyu datar.
" Sakit?? Rara kenapa, sakit apa, trus kondisinya gimana?? kog loe gak bilang sih sama gue? Tadi malem juga janji mau jemput di bandara gue tunggu hampir satu jam ga ada nongol!! Kemana loe?? Uda janji malah ingkar.. " celoteh gadis itu berentetan tanpa henti.
" Uda mending, sekarang sama papa! "
" Abis rapat gue kesana.. Oh iya, setengah jam lagi rapat dimulai jangan ngabur lagi loe ya... gue tinggal dulu nanti gue jemput kalo rapat udah mau mulai..."
Gadis itu berbalik meninggalkan Banyu yang bengong.
_'Busyettt... ga da angin ga da ujan ngatain orang. Kenal juga enggak ngomong g da sopannya. Gimana bisa low attitude gitu diterima disini... sekretaris pula...dasar gadis aneh!! ' gumam Banyu dalam hati sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
********×***********
Di ruang rapat sudah berjejer manis para stakeholder dari dua perusahaan. Banyu menatap satu per satu dewan direksi dihadapannya. Dan pada saat tatapannya bertemu dengan wakil Danurdidja, Banyu kaget. Kemudian tersenyum penuh hormat sambil menundukkan kepala.
Para asisten dan dewan direksi Waskito grup terlihat heran menyaksikan hal itu. Seorang Waskito memberi salam hormat pada seorang Danurdidja.
" Selamat siang, terimakasih atas waktu yang diluangkan untuk membahas project ini. Langsung pada pokok bahasan, sebenarnya ini bukan project saya, tapi berhubung saat ini Miss Rara berhalangan hadir, untuk sementara saya yang mewakili. Sesuai dengan titah komisaris utama, bahwa kesepakatan ini telah diambil, maka saya mewakili Waskito Grup akan menyetujui dan memberikan tanda tangan saya. Tapi untuk prosedur dan pelaksanaannya akan langsung dihandel oleh Miss Rara. Saya harap para stakeholder yang hadir disini bisa menerimanya dan mendukung penuh pelaksanaan project ini."
Banyu menunjukkan aura wibawanya dan menghipnotis semua dewan direksi tak terkecuali sang sekretaris disampingnya.
Banyu dan Pandu yang menjadi wakil dari Danurdija corp berdiri bersalaman sambil bertukar dokumen moU diikuti para peserta rapat lainnya.
" Semoga kerjasama kita ini bisa berjalan lancar dan menjadi simbiosis mutualisme untuk kedua belah pihak! " Ucap Pandu sambil menjabat erat dan tersenyum hangat pada Banyu.
" Mari saya antar keluar sir, dan tidak ada salahnya jika sanya menyambut anda dengan coklat hangat mungkin...?? " Ajak Banyu disambut dengan anggukan pelan Pandu.
Keduanya keluar menuju cafetaria disusul para peserta rapat yang kembali ke posisi mereka.
" Bapak mau ikut saya atau ingin ke mobil dulu? " tanya Pandu pada asistennya.
" Saya tunggu di mobil saja pak... "jawab asistennya
" Baiklah kalau begitu saya minta waktu sebentar ya... "
" Iya pak.. " kemudian berlalu meninggalkan mereka.
Banyu dan Pandu asyik menikmati coklat hangat dan soto lamongan di cafetaria. Mereka berdua asyik membicarakan bagaimana schedulle flight mereka nanti. Sesekali terdengar candaan hangat dari mereka membuat para karyawan yang melihatnya terpesona dan heran.
Bagaimana mereka tidak terpesona melihat dua mahakarya Tuhan yang terlalu sempurna. Dua orang yang berkarakter dengan aura penuh karisma dan berwibawa. Dan heran bagaimana dua ingsan manusia yang terlahir dari keluarga yang bersaing bisa mengobrol hangat seperti itu layaknya seorang sahabat.
Saat mereka asyik menyesapi coklat, tiba-tiba Amelia datang dan menggeser kursi di samping mereka tanpa permisi.
" Mas Pandu kog gak bilang sih kalo mau datang ke rapat?? Amel pikir si songong jutek itu yang datang!!! Loe juga, kenapa gak ngomong dari tadi kalo yang makilin Danurdija itu Mas Pandu?? Tau gitu kan gue bisa siapin coklat hangat buat dia!?! " Celoteh Amelia panjang lebar tanpa jeda sedikitpun.
Banyu dan Pandu hanya bengong mendengar ocehan gadis itu.
Tanpa permisi Amelia menyerobot coklat hangat di tangan Pandu dan menyeruputnya.
Banyu dan Pandu geleng-geleng melihat tingkah arogan Amelia.
Banyu hendak menjawab pertanyaan Amelia, tapi baru membuka mulut ajudannya datang menghampiri.
" Permisi Mas, Mas Banyu dicari Mas Tombak di atas! " sambil membungkuk dan memberi hormat layaknya militer.
" uhuk.. uhuk.. " Amelia terbatuk-batuk dan menyemburkan coklat yang diminumnya.
-' Bayu? Tombak? ' batinnya
Pandu bergegas mengambil tissue dan membersihkan tangan Amelia yang terkena semburan coklat.
Banyu memandangi gadis itu keheranan. -'Alien dari mana nih cewek' gumamnya.
" Maaf, anda salah orang.. saya buka..." Belum selesai bicara seseorang dengan wajah yang sama dengannya datang menghampiri mereka.
" Kenapa ga bilang kalau Rara opname? " tanyanya pelan.
Sang ajudan bergegas memberi hormat saat tau sang kapten yang datang.
Amel terbengong-bengong keheranan dengan pemandangan di depannya. Menyaksikan dua ingsan anak manusia dengan wajah yang sama bak pinang tak berbelah. Dengan wajah melongo bergantian memandangi Tombak dan Banyu satu per satu.
" Kalo loe bukan Tombak jadi lo siapa?? " tanya nya tak mengerti.
Ketiga laki-laki di depannya hanya tersenyum datar melihat kebegokan Amelia.
" Saya Banyu, kakak sekaligus kembarannya Tombak. " jawabnya datar.
Jlep... seketika wajah Amelia merah padam mendengar jawaban itu.