Pagi ini, Ochi sudah siap dengan seragam putih abu-abu yang melekat rapi di tubuh ramping nya. Gadis itu juga sudah duduk rapi di mobil Kenzi, tepatnya dibangku sebelah bangku kemudi.
Sedangkan di bangku bagian belakang sudah diisi oleh tiga abang Ochi. Yaitu Rai, Yuta, dan Nolan minus Ten yang sejak tadi pagi sudah berangkat sendiri. Mereka bertiga sengaja nebeng di mobil Kenzi untuk mencuri perhatian Ochi yang sejak semalam terus mendiami mereka. Bahkan tidak membuka suara apapun pada mereka.
Kenzi membuka pintu mobilnya dan kedua matanya langsung melotot ketika mendapati tiga mahkluk perusuh sudah duduk bergempetan di bangku belakang.
"Kenapa bisa ada tiga hantu miskin di mobil abang, Ci?" tanya Kenzi pada Ochi yang mengedikan bahu.
"Gak tau." jawab Ochi dingin.
Muka Rai, Yuta, dan Nolan langsung berubah menjadi pias. Sepertinya Ochi masih marah dengan mereka bertiga, terbukti dari sikap adiknya itu yang tetap dingin kepada mereka bertiga.
"Ke usir sama penghuni asli tpu kayaknya ya, Ci. Malu pindah ke tpu lain jadi gak tau malunya sama kita. Dasar setan!" sindir Kenzi tersenyum mengejek.
Rai, Yuta, dan Nolan kompak mendengus pelan. Sikap Kenzi benar-benar menyebalkan, lelaki itu pasti merasa diatas awan sekarang karena Ochi lebih memilih dia daripada mereka bertiga.
"Zi, gaya lo gak usah songong begitu lah. Nyebelin banget sih," celetuk Nolan tiba-tiba yang langsung mendapat berbagai macam reaksi.
Kenzi terkekeh sinis, "Ya udah, silahkan turun dari mobil gue kalo gak terima." katanya berhasil membungkam mulut Nolan.
Dia jadi kicep seketika.
"Lo sih, Lan. Diem aja elah, hari ini kita besarin hati aja. Karna emang si pocong jahanam ini lagi menang." kata Rai menyikut lengan Nolan.
"Gak bisa gue bang, bawaan gue pengen baku hantam aja." balas Nolan mengepalkan tangannya.
"Apa Lan?" Kenzi sengaja menjahili Nolan, jarang-jarang dia dapat kesempatan untuk membuat adiknya yang paling kurang ajar itu kesal.
Kapan lagi bisa membuat biang kerok dan keributan di keluarga mereka kesal?
Kesempatan kan gak datang dua kali, jadi sah-sah aja dong kalau Kenzi jahilin adik nya itu.
"Gue lihat gaya lo emang selangit banget ya Zi. Awas aja, roda itu berputar." kata Nolan.
"Bulat dong."
"Apaan yang bulat?"
"Kepala lo petak." kata Kenzi kalem sambil menghidupkan mesin mobilnya.
Nolan merasa panas karena abangnya itu terus bersikap menjengkelkan. Dia menggulung kemeja nya sampai ke sikut tangan, bersiap untuk adu otot dengan Kenzi.
"Gue panas banget ini. Baku hantam aja lah kita," ujar Nolan yang sudah heboh ditempatnya.
"Ci, tolong ajarin si Sat ini dong, dek. Berisik banget dari tadi." adu Kenzi pada Ochi.
Gadis itu sejak tadi sibuk dengan game di ponselnya. Dia terus mengabaikan perdebatan dua abangnya yang tidak pernah bisa akur. Selalu debat tanpa pernah tau kapan berakhir debat nya mereka.
"Males, abang aja yang ngomong sama abang lainnya." kata Ochi dingin.
Tanpa Ochi sadari, perkataannya itu telah menyakiti hati ketiga abangnya. Rai memegang dadanya dan menggeleng dramatis, dan Yuta mengusap matanya yang tidak mengeluarkan air mata apapun. Sedangkan Nolan mendengus kuat-kuat.
Dia berkacak pinggang dan melotot kan kedua matanya.
"Heh, ketiak anoa! Kenapa sih ngambek mulu, kayak bocah tau gak. Gue lempar ke amazon juga lo, udahan lah ngambek nya. Bikin stress gue aja!"
Ochi mengerutkan alisnya, "Ini siapa sih bang? Bacot terus dari tadi." Katanya ke Kenzi yang langsung tertawa puas.
"Ketawa lo, Zi. Ketawa lo. Belum aja ngeliat mobil lo nginap di bengkel." ujar Nolan ketus.
Kenzi menghentikan ketawa nya dan langsung mengubah wajahnya menjadi galak.
"Berani lo, Lan? Mau gue potong uang jajan lo setahun?" ancamnya.
Benar seperti dugaan, Nolan langsung kicep tanpa bisa membalas apapun. Yang tua pasti selalu bisa berkuasa seenaknya. Belum lagi yang menjadi ancamannya adalah uang jajan. Mana bisa berkutik Nolan kalau membahas uang jajan yang lebih penting dari segalanya.
Tanpa uang mana bisa hidup dia dan gak akan mungkin dia bisa beli susu coklat pisang kesukaannya.
"Oh ya, ada syarat untuk naik mobil gue yang mahal ini." Ujar Kenzi yang langsung mendapat pelototan tajam dari tiga mahkluk yang duduk dibangku bagian belakang.
"Apaan syarat lo? Pasti yang aneh-aneh nih,"
"Dari gelagat nya aja udah nampak biadab nya."
"Ya Tuhan, Zi. Kalo gak ingat abang udah tak hihhh."
Kenzi ketawa senang mendengar sahutan heboh yang tumpah tindih ketiga adiknya. Dengan senyum lebar yang penuh muslihat lelaki itu melirik mereka dari kaca mobil.
"Syarat nya gak aneh-aneh kok. Simple banget." kata Kenzi.
Namun justru mendapat dengusan pelan Yuta. Walaupun pendiam dan cukup tenang meski sesekali mau kumat juga. Tapi tetap saja, Yuta tau siapa abang dan adiknya.
Dia tau kalau Kenzi—abangnya yang kalau kata Rai dan Nolan selalu pencitraan disana sini itu punya maksud gak bagus sama mereka. Dari gelagat nya yang kayak bandit aja udah bisa Yuta ketahui dengan mudah.
Bisa jadi keajaiban dunia kalau para lelaki dirumah minus papi nya berubah jadi kalem dan baik hati.
Yuta bakal masak tumpengan besar kalau hari itu terjadi.
"Muka lo muka-muka kriminal, Zi. Susah percaya gue jadinya." kata Rai dengan santai nya.
Kenzi tidak tersinggung dengan ucapan adiknya itu, justru dia ketawa pelan.
"Sialan lo." umpatnya terkekeh. "Gak kok, kalian cukup bayar aja."
"UDAH GUE DUGA! MUKA LO SAMA JELEKNYA KAYAK HATI LO. MUSRIK LO ZI!"
"ASTAGA! SABARRRR!"
"YA TUHAN. KENAPA SIH ADA MANUSIA MACAM DIA? SANGAT TIDAK BERGUNA BANGET DIDUNIA INI."
"Gak usah banyak bacot lo betiga. Mau kagak bayar? Kalo enggak mau dengan senang hati gue mempersilakan kalian untuk turun dari mobil gue yang mahal ini." ujar Kenzi tersenyum lebar.
"Bayar berapa? Gue bayar dah."
"Ah, murah kok."
"Iye, murah? Sama lo satu miliar juga murah."
"Salah orang lo, Lan. Itu lebih cocok sama bang Kai atau bang Kei. Kalo gue mah tipe rakyat jelata."
"Ya udah cepetan, banyakan drama banget sih siluman penghuni neraka."
"Berapa, Zi?"
"Seratus ribu permeter." jawab Kenzi kalem tanpa tau kalau tiga adiknya hampir serangan jantungan.
"ASTAGAA! BENERAN JELEK BANGET HATINYA."
"GOBLOK GINI KOK BISA JADI CALON DOKTER. MIRIS."
"AMBIL UNTUNG GAK NGOTAK. LANGSUNG TEROBOS AJA LAH ANYINK!"
"Jadi gimana? Kalau gak mau juga gak masalah sih tapi kalian gak boleh na—"
"Bang Zi bisa waras gak?"
Pertanyaan itu berasal dari Ochi yang diam-diam mendengar perdebatan abang nya. Dia sempat antara kasihan dan ngakak sama tiga abang nya itu karena ketimpa sial terus, tapi sengaja dia tahan.
Biar abangnya kapok dan gak nelantarin Ochi lagi kayak kemarin.
Emang enak diabaikan?
"Ci, kamu kok gitu sih sama abang." ujar Kenzi penuh drama.
Ochi berdecak kuat. "Abang, orang bego sekalipun bakal ogah. Mana ada bayar ongkos permeter seratus ribu, kecuali dia sultan." kata nya.
"Cici sayang ku..."
"Cici...."
"Kuntil anak gang sebelah ku...."
Ochi mengangkat tangannya, memberi kode agar abangnya berhenti untuk bicara. Mukanya tetap datar.
"Stop, aku gak berniat belain abang."
"Gak apa, sayang. Cici., Abang beliin nanti album kamu ya. Nct, Stray kids, Bts, atau yang mana sayang?"
"Hari ini mau abang masakin apa dek?"
"Puji Tuhan, gak jadi nyogok gue."
Sebenarnya Ochi tergiur dengan tawaran abangnya minus si bang Sat. Tapi sesuai dengan tujuannya yaitu membuat ketiga abangnya jerah. Mau tak mau dia tetap berpura-pura menolak.
Sekalian melihat sampai batas mana tiga abangnya itu membujuk Ochi.
"Ci apa yang kamu lakukan ke abang itu jahat."
"Abang please, jalanin mobilnya. Aku telat nanti."
"Cici..."
"Seminggu?"
"Oke siap jalan bu boss."