Chereads / ME VS POSSESIVE BRO / Chapter 15 - SOGOKAN 4 PERUSUH

Chapter 15 - SOGOKAN 4 PERUSUH

THANKS UDAH MAU SINGGAH BUAT BACA CERITA KU YA!

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT OKEH?

LOVE U GUYS😇😇🙏❤❤

•••

Saat ini mereka sudah duduk rapi di meja makan menunggu Yuta menyelesaikan masakannya. Mereka di buatin Cupcake spesial buatan Yuta. Meski awalnya hanya untuk Ochi namun karena yang tinggal disini adalah singa yang hobi berperang, jadilah Yuta mengalah untuk membuat cupcake banyak. Buat abang dan adk nya.

Yuta berjalan ke ruang makan dengan keranjang kayu berisi cupcake buatnya, yang terbiasa begitu indah dan menggoda  lidah untuk mencicipi nya.

Mereka langsung berseru senang bahkan terdengar terlalu berlebihan. Sedangkan mata mereka memandang lapar pada cupcake nya Yuta.

Tanpa banyak bicara dan pembukaan, mereka langsung berebut mengambil cupcake tersebut. Sedangkan Ochi hanya menatapnya malas, kalau  begini dia jadi bingung. Sebenarnya yang dihadiahi cupcake itu Ochi apa tiga abang nya sih?

Gadis itu berjalan menuju ruang nonton dan menatap sebal kearah televisi yang menayangkan kartun.

Paham akan raut tidak suka adiknya, Yuta berbalik arah ke dapur dan kembali ke ruang nonton dengan kotak yang terbuat dari rotan berisi cupcake. Dia memberikan cupcake tersebut pada adiknya.

Mata Ochi langsung berbinar senang begitu diberikan cupcake yang sangat cantik. Bahkan dia sampai tidak tega memakannya, sangkin cantiknya.

"Ini untuk aku, bang?" Ochi masih  tidak  bisa mengalihkan perhatiannya dari kotak rotan tersebut.

Yuta mengangguk dan tersenyum manis. " Iya buat kamu. Khusus dan spesial untuk kamu." Katanya.

Seruan riang keluar dari bibir adik nya, gadis yang sudah beranjak remaja itu langsung mencomot cupcake buatan Yuta. Dan tersenyum lebar begitu rasa manis dan nikmat ketika mengunyah nya.

"Ini cupcake terkenal yang pernah aku makan." Puji Ochi dengan mulut yang penuh cupcake.

Yuta mengangguk senang dan mengelus sayang kepala adiknya. Dia hanya menonton adiknya yang begitu lahap  memakan kue buatannya. Suatu kebahagiaan sederhana buat Yuta ketika mengetahui adiknya begitu menyukai makanan buatannya.

rasanya tidak sia-sia belajar ketika mendapati senyum  bahagia mereka yang memakan masakan Yuta.

"Ci, jangan marah atau ngambek lagi sama oppa ya. Oppa janji gak bakal ngulangin hal yang sama." Ujar Yuta serius dan tulus.

Ochi kontan menghentikan kegiatan ya makanan nya dan menatap abangnya sekilas. Kemudian dia memeluk abangnya erat, Ochi tidak pernah bisa benar-benar marah pada Yuta.

Mungkin setelah Kenzi ada Yuta yang masuk kategori abang waras dan dapat diandalkan. Tanpa Yuta, mungkin Ochi tidak pernah merasakan makanan lezat dan kenyang dengan bahagia.

Abangnya itu sangat penting kehadiran nya dan tanpa nya rumah terasa hambar.

"Cici udah maafin abang kok, sama abang yang lain. Jadi jangan sedih lagi." Ujar Ochi mengelus pundak abangnya.

Di pelukan Ochi, ada Yuta yang tersenyum senang. Akhirnya adik paling kecil kesayangan nya tidak lagu marah padanya. Dia mengangguk pelan dan sengaja meletakan kepalanya pada bahu kecil Ochi.

Sudah lama dia tidak seperti ini pada Ochi, kepadatan jadwal kuliah nya membuat dia jarang menghabiskan waktu dengan adik kecil kesayangan nya.

"Makasih ya, sayang." Kata Yuta.

Ochi diam saja, tangannya terulur mengambil cupcake dan memakannya. Dia tetap memakan kue nya tanpa melepaskan pelukan abangnya.

Beberapa menit terjadi keheningan diantara mereka. Ochi sibuk dengan makanan nya dan Yuta yang mulai memejamkan matanya. Ia sedang merasakan ketenangan saat ini dan begitu lelah. Membuat matanya terpejam dengan rapat.

Namun ketenangan mereka tidak berlangsung lama, karena tiga perusuh sudah datang setelah makan dan mengisi energi untuk merusuhi hidup adik mereka.

Mata Rai, Ten, dan Nolan kompak melotot begitu mendapati adiknya yang anteng dengan cupcake. Yang membuat mereka kaget bukan Ochi melainkan orang yang ada di pelukan Ochi.

Yuta, lelaki itu mencuri start dan kini dengan enak nya tidur sembarangan di pelukan Ochi. Tidak bisa dibiarkan!

Ketiga lelaki itu berjalan dengan menghentikan kaki dnegan hati panas karena cemburu.

"Apa-apaan ini?"

"Kurang ajar Ya lo, Yut!"

"Bangun woy! Enak ya lo tidur-tidur dipeluakn Cici!"

Dan seruan kuat bernada protes itu berhasil mengagetkan Ochi yang sedang menikmati hadiahnya. Dan Yuta yang baru saja mengistirahatkan dirinya.

Sialan, tiga saudaranya itu memang kelewat kurang ajar.

Tidak memiliki rasa kasihan padanya, padahal baru tadi dia memasakan makanan lezat untuk mereka.

"Heh, biarin gue tidur bentar napa! Gue capek! Mana tadi buatin cupcake buat lo bertiga. Gak ada terima kasih banget jadi manusia!" Omel Yuta masih memejamkan matanya.

Rai berkacak pinggang, seperti bapak-bapak memarahi anaknya yang kepergok manja-manjaaj dengan pacarnya.

"Gak ada kata  makasih! Lo udah kurang ajar dengan curi start! Enak hah tidur di pelukan Cici?"

"Oh, atau lo emang sengaja masakin kita cupcake biar lo bebas manja-manjaan sama Cici. Iya? Jawab ketiak nya valak!" Kata Nolan dengan nada kelewat berisik.

"Gue curiga jangan-jangan di cupcake buatan lo ada obat bius nya supaya lo bisa berduaan sama Cici?" Ten mendenvus kuqt. "Tapi sayang nya racub lo gak berlaku buat kita!"

"Apa sih, gue emang gak ada niat apa-apa. Itu murni karna gue pengen aja masakin kalian semua, udah lama gue gak masak buat kalian." Elak Yuta yang terpaksa melepaskan pelukan nya bersama Ochi.

Ochi meletakan cupcake nya yang bersisa setengah kemudian menatap garang ketiga abangnya.

"Abang kenapa sih? Bang Yuta tuh baru aja mau istirahat. Dia capek pulang kuliah dan harus buatin kita snack tapi kenapa diganggu? Nanti kalo bang Yuta sakit gimana?" Omel Ochi galak.

"Alah, gampang. Tinggal bawa ke rumah sakit kalau enggak minta Zi yang obati. Biar berguna sedikit dia dan gak sia-sia disekolahin jadi dokter sama mami papi." Jawab Nolan seenaknya.

Ochi mengerucutkan bibirnya, "Udah lah. Males aku debat sama abang-abqng. Kayak anak kecil tau gak!"

"Eh cici mau kemana?" Tanya Ten begitu Ochi bangkit berdiri.

"Ke Seoul! Ya kamar lah!" Jawabnya galak.

Kontan ketiga abangnya mengelus dada, jawaban Ochi bukan hanya sekedar galak melainkan nyaring. Hampir peka telinga mereka.

"Ci, yakin mau ke kamar? Abang udah bawa paket barang kamu loh."

"Abang juga bawain kamu novel nih, mau gak?"

"Martabak ukuran super big menunggu. Siap dimakan dengan lezat."

Ochi menghentikan langkahnya. Sial, dia tergiur dengan tawaran tiga abangnya. Mau tak mau dia membalikan badannya dan menatap abangnya denagn sengit.

"Aku gak suka dibercsndain!" Kata Ochi lantang.

"Kita serius, dek." Jawab Ten.

Ochi menganggukan kepala mengerti, kemudian berjalan mendekati abangnya. Wajahnya masih dipasang kesal. "Kalo gitu tunjuk in sama aku." Titah nya tegas.

Kompak, ketiga abang nya mengangguk dan berjalan berpencar. Sambul melipat tangan nya, Ochi beridir menunggu abang nya yang entah pergi kemana. Kemudian mereka kembali ke ruang nonton sambul membawa barang masing-masing.

Mata Ochi langsung melotot begitu menatap barang yang dipegang abangnya. Rai memegang kardus besar, Ten memegang paper bag besar dari salah satu toko buku ternama sedangkan Nolan memegang kresek besar berisi dua kotak besar.

"Ci, kemarin kamu bilang mau beli album boyband kesukaan kamu yang baru  keluar bulan lalu, terus merchandise, novel po lengkap dengan hadiah nya, skin care juga piyama baru lengkap dengan sandal dan perintilan nya. Dan hanya  lupakan bath boom galaksi kesukaan kamu, semuanya udah abang beli dan udah ada di kotak ini." Jelas Rai membuat Ochi melototkan mata.

Ia beralih pada Ten yang tersenyum lebar mengangkat paper bag nya. "Liat novel kamu, semua ada disini."

Oke lanjut ke Nolan yang mengangkat kresek nya. Wajahnya tersenyum lebar, sangat jarang dia bisa serius seperti itu.

"Martabak ukuran ekstra big yang udah dikasih sianida siap di nikmati." Katanya. Oke abaikan racun yang Ochi yakin tidak ada dikandungan makanan kesukaannya itu.

Kepala Ochi menggeleng dan matanya berkaca-kaca. Dia tidak menyangka bahwa abangnya benar benar membelikan  apa yang ia minta. Padahal wktu itu Ochi hanya sekedar berbicara bukan serius.

"Kalian kenapa betulan beli ini? Aku cuman bercanda kemarin." Kata Ochi tergagap.

"Tapi kamu minta, ya  abang beli. Selagi masih bisa dibeli," kata Rai.

Ah, Ochi tersentuh. Dia mendekati abangnya dan memeluk Rai dengan erat. Lalu bergantian ke Ten yang mencium pipinya dan terakhir pada Nolan yang memeluk nya erat. Bahkan Ochi sampai sesak nafas.

Abangnya yang satu itu memang kelewat jahil padanya.

"Cici, abang minta maaf ya. Abang tau kesibukan abang sampai ngabaikan kamu. Abang janji bakal berusaha untuk tidak seperti itu lagi dan tetap mengutamakan kamu. Sekali lagi abang minta maaf." Ujar Rai.

"Cici sayang, abang minta maaf ya. Meskipun kemarin abang gak ada jadwal jemput kamu tapi abang tetap minta maaf. Karena abang sadar kalau  kesibukan abang udah bikin kita  jarang bareng lagi. Maafin abang ya." Ujar Ten dengan tulus.

"Gue minta maaf lo jangan ngambek lagi. Udah cukup bikin gue hampir mau gantung diri kayak kemarin." Kata Nolan memandang hangat adiknya.

Ochi menatap terharu pada abang nya. Ia tidak menyangka bahwa abangnya ternyata sangat perduli  padanya dan menyayangi nya. Dia mengangguk dan memeluk ketiga abang nya bersamaan.

Tidak mau kalah, Yuta berjalan mendekati keempat nya dan ikut memeluknya.

"Abang sayang Cici."

"Abang juga sayang Cici."

"Abang lebih sayang Cici."

"Gue lebih sayang bella, motor hitam kebanggaan gue!"

Tidak usah tanya siapa yang menyahut di akhir. Karna sudah pasti saudara Nolan terhormat yang menyahut dengan muka tengil nya yang ingin sekali Ochi lempar pake lightstick kesayangan Ochi.