Hari ini adalah salah satu daftar hari keajaiban dunia buat keluarga Santoso. Dimana, empat lelaki yang merupakan orang paling sibuk dapat pulang cepat kerumah di pukul enam pas. Sungguh keajaiban dunia!
Di kamarnya, dapat Ochi dengar dengan jelas bagaimana rusuh nya para lelaki di lantai bawah yang entah sedang mendebat kan apa. Kalau sudah begini, lebih baik mereka pulang larut malam saja daripada pulang cepat yang membuat kerusuhan di hari Ochi.
Keempat lelaki berbadan besar dan tegap itu berjalan buru-buru. Bahkan suara langkah kaki mereka terdengar begitu kuat, membuat Gadis yang kini tengah menelungkup kan badannya yang tertutupi selimut tebal berwarna abu-abu menggelengkan kepala heran.
Mereka itu—sebenarnya beneran abang Ochi atau bukan sih?
Kenapa kelakuan mereka seperti anak Tk yang suka pamer mainan ke sesama temannya?
Di detik selanjutnya, pintu kamar Ochi dibuka kuat hingga menimbulkan bunyi bantingan yang begitu kuat. Ochi sudah tidak lagi kaget, keempat abangnya itu memang tidak punya akhlak.
Selalu sesukanya membuka pintu kamar Ochi, seolah-olah Ochi hanya anak balita dan bukan lah anak remaja berumur belasan tahun yang sudah duduk dibangku Sma.
Sangat berbeda jauh dengan Kenzi—Abangnya yang satu itu jauh lebih waras dari yang lainnya. Dia sangat menghargai Ochi dan juga privasi Ochi. Tidak pernah sembarangan membuka kamar Ochi dan selalu mengetuk dulu.
Abangnya itu sangat paham bahwa Ochi bukan lagi anak kecil dan sudah beranjak dewasa.
Ia mengeluarkan dirinya dari persembunyian nya dan menatap malas kearah empat abang nya yang kini menampilkan muka riang. Minus, Nolan yang memasang wajah tengil seperti biasanya.
Juga berhasil mengacaukan Ochi yang ingin meratakan muka abang nya itu. Seandainya bisa, dia pasti sudah akan mencakar wajah Nolan dengan ganas.
"Abang-abang udah pulang? Tumben?"
Keempat lelaki itu mengangguk semangat, kemudian mengulas senyum lebar yang mungkin dapat memikat hati wanita diluaran sana. Namun tidak berlaku untuk Ochi yang sudah tau betapa belangsak nya kelakuan para abangnya.
"Kita sengaja pulang cepat, demi kamu." Kata bang Rai pertama kali.
"Iya, soalnya kata Zi. Kamu sendirian di rumah, abang kasihan sama kamu.Terlalu sering sendirian," sahut Ten.
Dalam hati nya, gadis itu mendengus.
Kalau kasihan ya biarin Ochi cari pacar yang bisa nemenin dia.
Tapi perkataan nya itu hanya sebatas berada dalam hatinya. Bisa bahaya kalau ia beri tau ke empat abangnya. Itu hanya membangunkan jiwa ganas semua abangnya dan membuat kehebohan dan kekacauan di rumah ini.
"Abang juga udah janji mau buatin kamu cupcake. Jadi sengaja pulang cepat." Tambah Yuta.
Ochi senang, kepulangan Yuta ada guna nya juga. Abang nya itu sangat pandai memasak, bahkan semua masakan nya adalah makanan kesukaan Ochi.
Lalu perhatian nya beralih pada lelaki yang memasang wajah datar.
"Gue dipaksa." Ujar Nolan seolah tau apa yang adiknya pikirkan.
Ochi mencebikan mulutnya, Alah. Dipaksa apanya? Dia yakin, Nolan lah yang berpartisipasi besar dalam kepulangan mendadak mereka untuk mengacaukan harinya.
"Abang gak punya kerjaan emang?" Tanya Ochi melipat kedua tangannya.
"Kamu prioritas abang, Ci. Gimana bisa abang kerja tenang kalau berakhir mengabaikan kamu." Ujar bang Rai sangat manis.
Mulut Rai itu memang manis, janjinya memabuk kan. Sekali dengar saja kalian akan dibuat terbang, namun bagi orang tepatnya gadis seperti Ochi yang sudah tahan banting dengan racun berbisa. Maka dalam sekali mendengar, dia sudah tau betapa play boy nya abang nya yang satu itu.
"Tugas gue numpuk, pokoknya lo harus bantuin gue kerjain nanti." Kali ini Nolan yang menyahut. Lelaki berbadan jangkung yang mengenakan kemeja putih dan celana cargo berwarna cokelat muda itu melipat kedua tangannya didepan dada.
"Yang nyuruh bang Sat pulang cepet, siapa sih?" Tanya Ochi frustasi.
Nolan mengangkat tangannya, kemudian mengedikan bahu. "Pokoknya lo harus bantuin gue ngerjain tugas." Katanya.
Mata Ochi terpejam, kemudian dia menatap ketiga abangnya dengan mata berbinar. Berusaha bersikap imut agar tiga abangnya mau membantu Ochi lepas dari siluman penghuni neraka yang sialnya menjadi abang Ochi.
"Bang..." panggil Ochi dengan nada manja.
Benar saja, tiga abangnya langsung sigap untuk membantu Ochi. Mereka mendekati Nolan. Ada Rai yang langsung memiting leher Nolan hingga lelaki itu merasa sesak dan memukul brutal tangan abang nya.
"Lepas woy! Astaga, lo mau bunuh gue apa gimana? Gue laporin mami papi nih ya. Kdrt nih namanya." Nolan terus meronta-ronta yang membuat mereka terkekeh.
Melihat wajah merah Nolan dan bagaimana cowok itu terus meronta-ronta bukan nya membuat mereka simpati malah justru tertawa. Mana tawa mengejek pula membuat Nolan mengerutkan alis kesal.
"Puas kalian, hah? Kalo gue mati gimana? Gak takut apa di gentayangi roh gue?" sembur Nolan dengan galak.
"Alah, Lan. Lo kalo jadi setan tinggal gue bacain ayat firman aja. Hilang dah tuh, lo." Ujar Rai dengan santai nya.
"Gue nanti tinggal nya di surga." Balas Nolan melipat tangannya.
Ten menyahut dengan santai. "Gak usah sok drama deh, Lan. Yakin banget lo masuk surga. Yang ada neraka tuh,"
"Enak aja! Mulut lo emang gak di sekolahin ya!"
"Terus yang lo liat selama ini apa? Roh gue yang kuliah?"
Dan tidak perlu dipertanyakan apa yang terjadi selanjutnya. Karena sudah pasti keributan dan baku hantam yang menjadi kegiatan selanjutnya. Tidak perlu ditanya siapa pelakunya karena sudah pasti jawabannya empat lelaki dewasa yang memiliki tingkah mengalah-ngalahin anak kecil berumur dua tahun, yang sering kali berebut mainan dan dot.
Ochi mengusap wajahnya dan memasang wajah datar. Rumah mereka, tidak akan pernah tenang meski hanya sedetik!
***
PUNTEN SLURRR!
HI GAIS! AKU SI AUTHOR GAJE KEMBALIHHHH
GIMANA SAMA PART INI??
SERU GAKK?
LOVE GUYSS!