Saat ini Ochi sedang rebahan di kasur tempat tidurnya yang sangat empuk. Setelah diberi tau sama Kenzi—abangnya alasan kenapa Ochi sengaja dibiarkan bangun kesiangan yaitu karena Kenzi merasa Ochi masih sakit dan butuh untuk istirahat.
Jadilah Ochi bolos dan disuruh tidur lagi setelah makan sarapan yang telah disiapkan oleh Kenzi.
Dia lagi enak-enaknya berguling kesana kemari di tempat tidurnya sembari menscrool time line instagram nya, yang dipenuhi oleh oppa-oppa boyband korea dan cowok-cowok bule ganteng lainnya.
Tangan Ochi berhenti ketika berada pada satu gambar dimana bias kesukaannya yaitu Hwang Hyunjin yang sedang berlaku lucu, yang dikirim oleh salah satu akun fanbase biasnya.
"Aduhhhh, cangtip banget sih jodoh orang." puji Ochi dengan suara tertahan.
"Tapi lebih cangtip lagi kalo jadi jodoh gue." lanjut Ochi terkikik geli. Kakinya bergerak heboh, memang jika sudah melihat wajah bias meski dari gambar saja sudah mampu membangkit kan jiwa alay seseorang.
Apalagi Ochi, jiwa alay nya langsung begajulan.
Kehisterisan Ochi bertambah kala tangannya berhenti pada gambar wajah Taeyong NCT, yang kalau kata Ochi bakal jadi calon masa depannya.
Bagi non-kpopers mungkin bakal merasa aneh melihat seseorang yang memiliki banyak bias dan menghalukan idol mereka. Namun kalau bagi seorang kpopers, mungkin itu biasa aja.
Karena emang hampir rata-rata begitu, susah untuk menentukan bias. Suka ini itu, bikin frustasi tingkat tinggi. Apalagi yang kayak Ochi, paling gak bisa milih bias dan suka semuanya.
Maunya semuanya.
Saat sedang enak-enaknya bergerak dan guling-guling gaya bebas dikasurnya, tiba-tiba Ochi berhenti ketika ada tiga notif masuk ke ponselnya.
Ochi melihat notif yang berasal dari teman kelasnya. Dan notif itu mampu mengubah segalanya.
RORA KEMBARAN DOG : Ci, udah belajar ulangan kimia hari ini?
RORA KEMBARAN DOG : eh maap Ci, gue kelupaan
RORA KEMBARAN DOG : lo kan anti belajar, sorry borr 🙏🙏
Mendadak Ochi ingin menenggelamkan dirinya atau gantung diri di pohon hias dikamar bang Zi.
•
•
"Rombeng amat, kang ojek lo? Apa siluman iblis?"
Rai datang-datang langsung membuat Nolan berdecak sebal. Kedua lelaki itu tengah berada di carport rumah mereka dengan Nolan yang sedang duduk diatas motornya untuk memanaskan motor hitam kesayangan nya.
"Power ranger!" balas Nolan jutek. Mukanya seperti orang yang kehilangan arah hidup sembari memperhatikan lantai keramik.
"Canda aje lo siluman valak. Anterin gue ke studio dong, Lan. Mobil gue masih di studio tuh, gue bayar dah. Berapa?"
"Per meter mah gue," kata Nolan acuh tak acuh.
"Per meter? Lo ngubin pala lo? Sini gue tampol dengan senang hati."
"Apasih,"
"Makanya yang bener dong kalo ngojek tarifnya, biadab banget jadi adek. Jangan nyiksa orang cakep, dosa lo." kata Rai.
"Ihh! Emang dari zaman gue dulu par meter." balas Nolan.
"Per meter, kulih lo bukan ojek!" cibir Rai.
"Galak bener lo! Laki apa perempuan lo?" tanya Nolan.
"Biarin aja, orang gue mau naik ojek bukan fan meeting." balas Rai sinis. "Laki apa perempuan buat mata lo?"
"Muka kayak setan alu, jelek amat." Cibir Nolan sambil ketawa mengejek khasnya.
Rai mencebikan mulutnya, "Mulut mu itu minta ditebas samurai?"
"Lah baperan, becanda doang gue. Mau kemana emang?" tanya Nolan yang mulai serius.
"Ke surga, ya ke studio lah!"
"Ngapain lo ke studio, hah?" tanya Nolan yang bikin Rai kesal sendiri.
"Mau baku hantam sama valak! Ya mau photoshoot lah! Nanya-nanya aje kayak tetangga julid lo! Mau nganterin ya nganterin aja lo! Banyakan mukadimah hidup lo!" Sembur Rai galak berkacak pinggang.
"Lo jadi model photoshoot apaan?" lagi, Nolan melempar pertanyaan yang semakin membuat Rai kesal.
"Bek bacot banget lo, Lan! Gue jadi model Calvin Klein!" jawab Rai cepat.
"Calvin Klein? Bagian apaan lo? Nyupir apa Cs?"
"Apaan dah tuh nyupir, Cs?"
"Nyuci piring atau cleaning servis. Gitu aja bego lu!" cecar Nolan dengan sadis.
Rai mendengus kuat-kuat, untung dia masih bisa menahannya kalau tidak hampir saja Rai membanting motor gedek kesayangan nya Nolan biar dia berhenti adu bacot.
Pasti gak makan seminggu Nolan kalau motornya dibanting.
"Heh! Mulut tuh jaga ye! Sembarangan kalo bicara! Ya, gue jadi model baju lah bareng model papan atas." Jawab Rai berdecak sebal.
"Dih gak pantes." celetuk Nolan.
"Ihh! Kurang ajar nya nih adek merangkap babu gue. Gue tiup ngondek lo! Cocok gini muka gue jadi model papan atas." balas Rai.
"Model papan atas? Ngimpi lo ketinggian ketiak pocong! Cocok nya lo jadi model penginapan kuburan sambil makan kembang, gue dukung tuh, NGAHAHAHAHA" Nolan ketawa kuat dengan kurang ajar nya.
"Ha lo!" bibir Rai lagi-lagi mencebik kesal. "Mau gak nih nganterin gue? Atau baku hantam aja lah kita! Dah panas nih gue!"
"Ya udah Skuy!"
"Skuy apaan lo?"
"Kambing lo, naik ojek dah. Gue anter ke alam baka." ujar Nolan, muka nya ia pasang dengan raut serius.
"Hehhh!" Mata Rai melotot yang membuat Nolan langsung menyatukan kedua tangannya dan menunduk.
"Ampun bang, becanda gue." Kata Nolan terkekeh.
"Untung adek lo, Sat. Kalo kagak udah gue slepet tuh usus." Dengus Rai tak urung ketawa juga.
Karena Rai ikut ketawa, Nolan menjadi semakin ketawa kuat. Tawa keduanya memenuhi carport sampai ke tiap sudut.
"NGAHAHAHAHAHA!"
"Anjir lo, bang. Sakit nih perut gue," omel Nolan memegangi perutnya.
"Ya makanya jangan mancing, Sat. Lo sih suka bikin keributan," balas Rai.
"Ya maaf, gimana lah. Hidup gue penuh penderitaan ibarat kata melankolis nya gue berusaha menyembunyikan luka gue." ujar Nolan sok bijak.
"Duh, ini siapa sih. Tolong di batu batain,"
"Sialan!" umpat Nolan pelan lalu kembali ketawa lagi.
Lama keduanya menuntaskan ketawa mereka yang masih menguar. Setelah benar-benar hilang, barulah Nolan memasang wajah biasa.
"WOY LAN! RAI!"
Lalu tanpa diundang, penghuni lain datang membuat keributan. Nolan dan Rai kompak menoleh kearah orang yang barusan saja berteriak heboh mengagetkan mereka.
"Apa lo?!" sembur Rai galak ketika pelaku tersebut menghampiri mereka.
"Ribut banget lo, Yut. Kurang sajen apa gimana?" tanya Nolan seperti biasanya, selalu berakhir dengan mengajak perang debat.
Yuta yang baru saja datang dan langsung di beri pertanyaan yang mengajak baku hantam pun langsung berhenti. Dia mengelus dadanya.
"Tobat lo, wahai manusia siluman. Hobi kok ngajak war mulu." kata Yuta.
Rai dan Nolan kompak mendengus. Dua abang itu memang seperti itu, kompak nya untuk membully yang lain aja.
"Orang kayak lo emang cocok di bully sih, Yut. Muka-muka nistaable gitu,"
"Yoi, bang. Pokoknya cocok lah."
Hati Yuta kembali tersakiti akan ucapan abang dan adik kembaran nya yang begitu kejam. Untung saja dia sabar dan tabah di perlakukan seperti itu oleh keduanya.
"Sabar mah gue. Orang sabar disayang Tuhan dan semua. Dilancarkan rejeki nya, gak kayak kalian." kata Yuta.
Rai mencebikan mulutnya jijik dan beralih pada Nolan. "Lan, lempar gih ke amazon. Biar berguna dikit jadi makanan piranha dia."
"Piranha aja ogah makan dia bang, jijik mah sama dia." balas Nolan tertawa sinis.
"HEHHH! Gue abang lo ya, Lan. Sopan dikit dong." Protes Yuta dengan galak nya.
"Yut, gue mau ngingetin kalo kita cuman beda sepuluh menit doang, jadi jangan sok tua."
Yuta menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis seraya memegang dadanya, takjub akan kelakuan Nolan yang semakin hari semakin semangat membully nya. Sikapnya itu membuat Nolan menatap jijik kearah Yuta—saudara kembarnya itu.
"Gue datang kesini baik-baik mau ngajak demo, eh malah kena bully. Dah lah, males gue." Yuta memasang wajah sedihnya.
"Yut sekali lagi lo sok imut gitu betulan gue lempar ke amazon lo!" ancam Nolan melotot kan matanya.
Yuta langsung menggelengkan kepala cepat. Bisa mampus dia kalau betulan dilempar ke amazon. Mana belum jadi koki terkenal, yang ada sia-sia nanti hidup nya. Mati jadi mantan calon koki.
"Ck, jangan ngebacot. Lo mau ngapain ke sini Yut? Mau nyuruh kita jadi kelinci percobaan masakan lo yang gak seberapa itu?" Tanya Rai pedas, terkesan menyepelekan Yuta.
Untung saja Yuta sangat sabar, kalau tidak ingat abang sudah pasti sejak tadi dia ajak adu otot.
"Kagak, gue cuman mau curhat sama lo."
Mendengar alasan Yuta mendatangi mereka membuat kedua lelaki itu mengerutkan alis bingung. Rai dan Nolan saling berpandangan, antara takjub dan curiga.
Tumben sekali manusia seperti Yuta mau curhat sama orang seperti mereka. Bukan apa-apa, rasanya aneh banget kalau Yuta curhat sama mereka berdua. Karena biasa cowok itu akan curhat sama Kai saja atau kalau tidak Kei. Namun lebih sering ke Kai sih.
"Kesambet penghuni mana lo Yut?" curiga Rai mengerutkan alisnya.
"Keknya harus disiram air suci terus didoakan lo Yut, betulan kemasukan nih." tambah Nolan bergidik takut.
"BAKU HANTAM AJA LAH YOK KITA!" teriak Yuta frustasi, bisa-bisa betulan gantung diri dia kalau di bully seperti ini terus.
Sontak, Nolan dan Rai ketawa bersamaan membuat Yuta mendengus kuat.
"Gue tuh mau curhat tentang adik manis kita yang begitu mungil, si Cici. Kenapa sih Cici lebih sayang sama Kenzi daripada gue? Padahal gue lebih sering masakin Cici makanan lezat." tanya Yuta parau, mukanya tertekuk sedih membuat Rai dan Nolan yang tadinya ketawa pun diam dan ikutan memasang raut wajah yang sama.
"Gue juga kaget waktu Cici kesal gitu, kayak kena tampar gitu. Apalagi waktu cici lebih milih Kenzi yang banyak pencitraan itu dibanding gue." sambung Rai yang masih membanggakan diri sendiri.
Nolan mendengus, "Gue yang sering bikin dia terhibur—"
"Lan, tolong koreksi kata terhibur lo itu. Lo gak pernah menghibur justru menggangu." potong Rai, mukanya begitu datar.
"Gue gini juga niat menghibur." sanggah Nolan mengerucutkan bibirnya.
"Menghibur pala mu petak, yang. Bikin emosi iya," balas Yuta mencibir.
"Ya itulah itu, pokoknya gue kecewa gak dipilih sama bocil satu itu. Hancur nih hati gue," galau Nolan, memegang dadanya.
"Gue merasa gagal jadi abang idaman nya, Cici." sahut Rai sedih.
Ketiga lelaki berbadan tegap dan besar itu menundukkan kepala layaknya orang yang habis putus cinta. Raut wajah ketiganya seperti orang yang kehilangan arah hidup dan semangat hidup. Ochi benar-benar mampu mengacau balaukan hati dan perasaan abang-abangnya.
Apalagi kalau Ochi udah ngambek, pasti mereka kalang kabut, kayak sekarang ini.
"Gue gak terima banget Bang Zi jadi abang kesayangan nya Cici!" kata Nolan tiba-tiba.
"Gue juga lebih gak terima!" sambung Rai terselip nada kesal disana.
"Lo pikir lo aja? Gue juga. Jadi iri sama Kenzi..." tambah Yuta.
"Ya udah, kita bikin aja citra dia rusak didepan Cici!" seru Nolan berapi-api.
"Sebelum rusak citra nya bang Zi, citra kita udah jauh lebih hancur. Gak berharga," celetuk Yuta membuat mereka terdiam.
Iya juga ya, citra mereka kan memang udah rusak dan buruk banget dimata Ochi.
"Jadi gimana?" tanya Nolan.
"Gimana apanya?"
"Ide, biar Cici gak ngambek lagi."
"Gue gak tau, lo ada ide gak Yut?"
"Gak ada, buntu nih otak gue,"
"Otak mu emang gak bisa di gunakan Yut, cuman pajangan doang." cecar Nolan pedas.
"Mulut tuh?"
"Kagak mata!"
"Heh, udah! Ribut mulu kayak upin-ipin." lerai Rai mengurut pelipis nya, stress sendiri menghadapi dua adiknya yang lebih mirip tom & jerry.
"Hmm, gue ada ide." kata Rai.
"Ah apaa?"
"Apa, bang, apa?"
"Sini gue bisikin."