Jika ditanya apa yang Ochi cintai setengah mati didunia ini, mungkin ada banyak jawabannya namun yang paling utama adalah ranjangnya. Ukurannya besar dan empuk, membuat Ochi bebas berguling kesana-kemari sepanjang malam, tanpa harus khawatir terjatuh—ya walaupun pernah juga sekali-dua kali dia harus mengerang sakit, karena tidurnya yang terlalu hiperaktif dan amazing.
Dikasurnya juga, Ochi bebas loncat sana sini karena empuk nya yang mampu menarik jiwa untuk rebahan diatas nya. Belum lagi seprei pelapis nya dan selimut nya yang begitu halus dan lembut juga dingin, dipenuhi oleh bintang-bintang bertebaran di malam hari yang sangat ia sukai. Jangan lupakan posisi kasusnya yang berada tepat dekat dengan jendela kamarnya yang besar, di mana Ochi bisa menghirup aroma petrichor setiap kali hujan turun, melihat bintang di langit ketika malam hari, ataupun merasakan hangatnya matahari pagi yang membakar wajahnya.
Seperti saat ini.
Eh, tunggu sebentar. Apa tadi? Panas matahari? Hangat? Jendela? Pagi?
Dengan kekuatan secepat kilat, kedua mata Ochi yang terpejam langsung terbuka. Dari sela gorden nya yang berwarna abu-abu gelap, menciptakan garis terang dalam kamar Ochi yang gela—cahaya itu juga karena memang lampu kamarnya sengaja ia matikan setiap kali tidur. Ochi melirik pada satu arah, yaitu pada nakas disebelah tempat tidurnya.
Lebih tepatnya pada jam digital yang menu bukan pukul 06.30 pagi.
Ini sudah jam 6.30 pagi guyss.
Oke, mungkin kurang dramatis. Baiklah semuanya, Ochi akan membuat yang lebih dramatis.
Dan mungkin alay.
INI UDAH JAM 6.30 PAGI? JAM 6.30 WOY! 6.30! PADAHAL SEKOLAHNYA TERCINTAH DIMULAI PUKUL TUJUH TEPAT DAN WAKTU OCHI TERSISA SETENGAH JAM LAGI!
DIA HARUS EOTTOKEH (gimana) SEKARANG?
Dengan histeris, Ochi bangkit dari tempat tidurnya namun yang ia dapati adalah rasa pegal yang begitu teramat pada tubuhnya. Hal ini membuat Ochi terdiam sebentar untuk menghilangkan rasa sakit nya.
Lama dia duduk diam dengan wajah pucat pasi karena ketakutan telat atau mungkin karena keadaannya. Entahlah, Ochi tidak tau.
Setelah merasa cukup, Ochi berdiri dari tempat tidurnya untuk pergi ke kamar abangnya dan melakukan demonstrasi besar-besaran karena abangnya lupa membangunkan Ochi.
Apa abangnya lupa bahwa ini bukan hari libur dan Ochi harus sekolah? Bukannya bangun kesiangan seperti ini.
Dimana bang Zi yang biasanya membangunkan Ochi, bahkan sebelum alarm yang Ochi stel berbunyi?
Bang Rai?
Ah, abangnya itu pasti masih molor di kamarnya. Sebuah keajaiban dunia jika dia bangun di pagi hari seperti saat ini setelah jedag-jedug dikerjaan nya sampai subuh. Ya kecuali satu hal, kalau ada mami papi nya. Dan sekarang orang tua meraka tidak ada jadi gak mungkin.
Bang Yuta?
Dia pasti lagi tidur nyenyak jika dirumah seperti sekarang dan akan bangun sekitaran jam 9, karena abang nya Ochi itu baru akan tidur sekitaran jam 3 lagi setelah bergulat membuat resep baru. Jadi tidak mungkin untuk membangunkan Ochi.
Bang Sat?
Manusia yang satu itu tidak usah diharapkan, mau sampai di kutub utara ada padang gurun pasir juga dia gak bakal bisa bangun pagi dan membangunkan Ochi. Karena dia sendiri juga masih susah dibangunkan, bahkan untuk membangunkan Nolan itu sampai Kenzi teriak-teriak kuat dan berujung membangunkan satu rumah. Mungkin juga satu komplek sangkin kuatnya.
Bang Ten?
Abangnya yang satu itu adalah manusia pertama rumah ini setelah Nolan, yang paling sulit dibangunkan. Hujan badai, topan, angin puting beliung dan gempa bumi mana dahsyat sekalipun gak bakal mampu membangunkan nya kalau abang Ochi itu udah tidur. Kadang bang Zi sampai frustasi setiap membangunkan Ten dan berakhir dengan di ciprat pake air mukanya bang Ten sama bang Zi.
Bang Zi?
Diantara yang lain memang Bang Zi cukup cepat bangun tapi sama aja, sekali tidur dia susah di bangunin. Mungkin karena kuliah nya yang begitu padat, maklum calon dokter guys. Namun meski begitu diantara semua abang Ochi yang tinggal dirumah ini minus Bang Kai dan Bang Kei. Cuman bang Zi doang yang tau diri dengan berganti alih profesi menjadi mama angkat mereka dengan bangun pagi untuk membangunkan mereka. Masak pagi dan bersihin rumah, benar-benar the best.
Tapi masalahnya sekarang, kenapa Bang Zi gak bangunin Ochi? Biasanya dia bakal dengan sukarela tanpa disuruh untuk bangunin? Kenapa sekarang enggak?
"A-aabangg.." awalnya Ochi susah payah buat ngomong karena mulut nya susah dibuka.
Kayak ada lem gitu.
"A-abang.."
Masih susah, membuat Ochi kesal sendiri. Sebenarnya dia kenapa sih? Masa ngomong aja susah? Ini mulutnya ngambek apa gimana?
"Haisssh, ini mulut gue kenapa?" gumam Ochi yang lebih mirip seperti berbisik.
Dengan penuh kesabaran, Ochi menarik nafas dan menghembuskan nya perlahan. Berulang kali seperti itu dan lalu sambil memejamkan matanya, Ochi mengepalkan tangannya sembari mengumpulkan tenaganya.
Dan....
"ABANGGGGGGG!!! KENAPA GAK BANGUNIN AKU??? OCHI TELAT NIHHH!"
"ABANGGGGGG! KALO SAMPE HITUNGAN KEEMPAT GAK MUNCUL JUGA! AKU LAPORIN KE MAMI!
"SATU!"
"DUA!"
"DUA SETENGAH.. TI..."
"TIGAAAAA..."
Yakinlah, suaranya mampu menggetarkan alam baka sekalipun.
Itu terbukti tepat pada hitungan ketiga, kelima abangnya datang tergopoh-gopoh dengan berbagai macam penampilan dan ekspresi kondisi muka.
Mungkin akan kita periksa dari muka terjelek dahulu baru tertampan.
Pertama ada bang Yuta, wajahnya yang tampan terlihat sangat kelelahan dengan kantong mata hitam yang terlihat begitu jelas pada matanya. Rambutnya acak-acakan seperti habis baku hantam dan di jambak cabe-cabean. Abangnya itu memakai baju tidur berwarna hitam.
"Kenapa ci? Kamu jatuh? Terantuk? Atau apa? Perlu abang jahit?" tanya bang Yuta dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.
Lalu kedua ada bang Sat aka Nolan dengan muka yang memiliki garis cetakan apa, Ochi pun tidak tau. Rambut nya juga acak-acakan tapi lebih parah dari bang Yuta, Ochi jadi curiga kalo abangnya itu habis dihajar emak-emak se kecamatan. Nolan cuman pake baju kaos dengan celana training merk ternama, hadiah pemberian mami hasil dari rengekan nya pas ke Singapura kemarin.
"Heh, ketiak nya suster ngesot! Kenapa lo teriak-teriak hah? Bikin kebangun tau gak! Lagi enak-enak juga mimpi gue." omel bang Sat kayak biasanya. Gak pernah ada bagus-bagusnya sama Ochi.
"Mimpi enak-enak apaan lo? Wah curiga gue, pasti gak bener nih mimpi lo." tuduh bang Rai masang muka penuh nafsu padahal belum sepenuhnya sadar.
Nolan mengusap wajah nya kasar, "Tobat gue, tobat. Punya abang pikirannya kotor banget kayak sampah."
"Heh! Kurang ajar ya mulut lo!"
"Makanya dibersihkan itu Otak, miris gue ngeliat lo Rai. Otak kok cem tong sampah."
"Lan lo lupa gue udah sabuk berapa?"
"Becanda gue bang, jan baperan gitu lah."
Oke abaikan dua abang Ochi yang memang selalu begitu kelakuannya. Gak pernah akur kalau ketemu. Ochi aja sampai kebal dengar mereka baku hantam.
Lanjut ke bang Ten, mukanya lumayan lah gak buruk-buruk banget. Beda jauh sama dua abang Ochi yang macam gelandangan gitu. Bang Ten pake piyama yang sama seperti yang dikenakan bang Yuta. Ya karena emang baju itu dibeli samaan sama orang tua Ochi untuk mereka bertujuh.
Rambut Ten tetap jatuh kayak biasanya karena memang model rambut nya seperti itu, kayak oppa korea. Memang oppa Korea sih dia. Pokoknya dibanding dua abang Ochi lainnya, Ten masih biasa aja meski dia juga punya kantong mata yang begitu jelas di kedua matanya namun tidak terlalu buruk. Matanya juga masih terpejam menandakan dia belum terlalu sadar.
"Kamu kenapa sayang? Ada yang sakit? Huammm, kasih tau abang biar kita ke rumah sakit sekarang." ujar bang Ten sembari menguap.
Dari semalam dia selalu apes diteriaki tiap tidur.
Ochi diam lalu matanya beralih pada abang nya yang berpenampilan layaknya model Calvin Klein dengan boxer hitam yang begitu pendek tanpa memakai atasan. Sehingga perut six pack dengan enam kotak-kotak itu terlihat jelas dikedua mata Ochi.
Tapi santai aja guys, Ochi sudah terbiasa melihat penampilan abangnya yang seperti itu. Bahkan dia melihatnya hampir setiap hari, jadi gak usah khawatir.
Kadang kalau gak ingat abang dan kalau gak tau gimana busuk nya kelakuan abang nya itu, mungkin saja Ochi bisa suka sama dia. Tapi sayang, dia adik nya Rai dan sebagai adik dia tentu tau gimana belangsak nya abangnya. Ya walau begitu ada untung nya juga karena dia gak jadi suka dengan orang yang salah.
Bang Rai bersandar di pintu bikin tingkat ketampanan nya yang tidak hanya mampu memikat hati para gadis muda melainkan juga opung-opung. Rambut nya yang berantakan menambah tingkah keseksian nya.
"Kamu kenapa sayang nya abang? Cici sakit? Atau ada masalah? Atau ada kecoak dikamar kamu? Wah parah sih, si Zi gak becus nih bersihin kamar Cici. Lain kali kalo kerja yang bener Zi jangan asal gitu." omel Bang Rai yang justru lebih mirip tuan ke asisten rumahnya.
Kenzi berdecak, "Dasar adek kurang ajar lo, gue gampar juga. Harusnya gue yang ngomong gitu. Apa partisipasi lo buat kerja di rumah ini hah? Makan tidur mulu lo. Gak gue kasih jatah makan tau rasa lo!" amuk bang Zi berkacak pinggang sambil melotot kan mata.
Oke, maklum, mungkin bang Zi frustasi sama tingkah laku abang Ochi yang lainnya.
"Gue makan tidur karena itu kebutuhan, Zi. Lo kan tau kalau manusia tanpa makan, minum dan tidur bakal sakit." kata Rai sok menasehati dan sok pintar.
Kenzi mencebikan mulut nya. "Kalo lo bukan kebutuhan lagi tapi emang males. Gak usah banyak bacot lo Rai, karena belum gue usir aja kan lo?"
Buru-buru bang Rai merapatkan dua tangannya,
"Ampun kanjeng nyonya, bercanda gue." katanya.
Skip guys, mari lanjut ke abang Ochi yang paling baik hati, paling pengertian dan paling tau diri. Beda jauh sama abang nya yang lain. Setiap pagi hari, bang Zi sudah jauh lebih rapi dari yang lainnya.
Dia bakal bangun cepat, kemudian cuci muka sebagai formalitas saja. Lalu olahraga kecil untuk merenggangkan otot selama beberapa menit kemudian lanjut memasak sarapan. Lalu setelah nya dia akan mandi dan berlanjut dengan menjadi alarm untuk membangunkan Ochi.
Seperti sekarang, bang Zi sudah segar dengan hoodie abu-abunya dan celana training berwarna senada, rambutnya masih sedikit basah seperti habis keramas. Sedangkan di lehernya tergantung handuk putih.
Ochi yakin, abangnya itu pasti baru saja mandi.
"Kamu kenapa dek? Masih sakit?" tanya Bang Zi yang jauh lebih kalem dari yang lainnya.
Ochi menggeleng, mukanya cemberut.
"Enggak." jawab Ochi.
"Terus kenapa?" tanya bang Rai.
"Awas aja kalo karena kecoa, gue lempar ke lantai bawah lo sekarang." ancam Nolan sambil berkacak pinggang memasang wajah galaknya.
"Lan, sekali lagi gue dengar lo ngomong kasar gitu ke Cici. Lo yang gue cincang terus gue buang ke amazon. Biar dimakan piranha sekalian." Ujar Kenzi dengan nada galak khasnya.
Nolan diam setelah diancam seperti itu oleh abang nya. Lelaki itu hanya mencebikan mulutnya.
Kenzi menoleh pada Ochi dan tersenyum manis, "Jadi kenapa dek? Kasih tau abang." ujar Kenzi sangat lembut. Berbanding jauh terbalik ketika bicara sama adik nya yang lain.
Kalah macan.
Ochi tidak langsung menjawab pertanyaan nya, posisinya yang sedang ada di kasur membuat Ochi tidak sengaja melirik nakas nya yang kini menunjukan pukul 06. 45.
06.45!
ITU ARTINYA OCHI HANYA PUNYA WAKTU 15 MENIT SEKARANG?
KENAPA WAKTU HARUS CEPAT BERPUTAR DISAAT KAYAK BEGINI?
KENAPA GAK DISAAT JAM PELAJARAN GURU KILLER YANG MEMBOSANKAN AJA?
Dalam seketika jiwa alay Ochi memberontak membuat nya memejamkan mata dan kembali menarik nafas sebelum mengeluarkan keahlian nya dalam bicara menggunakan nada tertinggi.
Dia yakin jika dia collabs dengan Ariana untuk bicara nada tinggi, maka dunia akan gempar dan berguncang hebat.
"ABANG KENAPA GAK BANGUNKAN AKU SIH? AKU TELAT TAU NGGAK SIH? KENAPA KALIAN PADA DIEMIN AKU SAMPE BABLAS KESIANGAN? BANG ZI JUGA KENAPA GAK BANGUNIN AKU KAYAK BIASANYA? YANG ABANG-ABANG LAKUKAN SAMA AKU ITU TUH JAHAT TAU NGGAK SIH! ABANG-ABANG PASTI NGGAK TAU KAN GIMANA GALAKNYA DAN ANGKERNYA SANG PENCABUT NYAWA PENUNGGU SEKALIGUS PENGHUNI TETAP RUANG PIKET SEKOLAH AKU?! ARGHHHHHH!"
Rai, Kenzi, Ten, dan Yuta saling bertukar pandang dengan takjub. Sedangkan Nolan memegang dadanya untuk memastikan bahwa jantungnya aman dan masih tetap berdetak. Dia menggelengkan kepala takjub pada adik nya itu
Alasan pertama, karena mereka tidak mengerti bagaimana bisa sosok gadis semungil adik bungsu mereka mempunyai suara yang mampu menggetarkan sampai ke sudut rumah atau bahkan sampai satu komplek. Kedua, karena mereka sendiri tidak tau apa yang Ochi katakan, adik bungsu mereka itu terlalu bicara cepat dan tidak jelas. Ketiga, tugas membangunkan, memasak sarapan, mengantar Ochi dan sampai printilan tugas rumah lainnya adalah tugas Kenzi.
Jadi tentu saja ini semua adalah Kenzi dan seharusnya Kenzi lah yang diamuki adik bungsu mereka.
Ya seharusnya salah Kenzi tapi untuk saat seperti ini tidak sepenuh nya salah Kenzi. Karena lelaki itu punya alasan khusus tidak membangunkan Ochi seperti biasanya dan malah membiarkan nya tidur hingga bangun kesiangan.
"Zi, kenapa? Lupa tugas apa amnesia sama diri, rumah, derajat, status, kewajiban lo sendiri?" Rai bertanya dengan songong sembari menyilangkan kedua tangan nya.
"Rai, lo jangan ngomong deh. Tiap ngomong selalu mancing gue emosi mulu." kata Kenzi mendengus sebal.
"Amfun nyonya, nggeh saya tidak ulangi lagi." balas Rai membungkuk kan badannya dan berbicara dengan nada yang dibuat lembut.
"Tanggung jawab lo Zi," ujar Ten mendorong badan Kenzi pelan.
"Ho'oh, tanggung jawab lo bang. Gara-gara lo, tidur gue jadi ke ganggu. Untung gue manusia berhati malaikat dan berwajah tampan seperti mitologi Yunani." Ujar Nolan membanggakan diri sendiri yang tidak seberapa.
"ABANG-ABANG KOK GITU SIH KE BANG ZI? KENAPA JUGA ABANG-ABANG TERMUDA GAK PERNAH SOPAN KE BANG ZI? BANYAK KOMENTAR MULU. NGGAK PERNAH NYADAR, APA-APA TUH DIBEBANKAN KE BANG ZI MULU! BANG ZI JUGA KAN MANUSIA, TAU! ABANG ZI JUGA BISA CAPEK, BUTUH ISTIRAHAT JUGA! DAN SEHARUSNYA ABANG-ABANG KASIHAN DAN GANTI-GANTIAN BUKAN PADA NGOTOT GITU."
Rai, Yuta, Nolan dan Kenzi langsung kicep. Oke mereka salah bicara dan malah memancing jiwa macan adik mungil mereka.
Berbeda dengan Kenzi yang memasang wajah terharu sekaligus bangga. Dia tidak menyangka adik bungsu nya begitu menyayangi nya dan perduli padanya.
Dia mengusap matanya yang berkaca-kaca, oke, ini mungkin berlebihan. Namun, rasanya sangat terharu ketika ternyata selama ini adik mu juga memikirkan mu.
Jika Kenzi senang dan bahagia, berbanding jauh dengan empat lelaki yang kini memasang wajah kusut yang tersakiti. Mereka merasa dikhianati akan perkataan adiknya barusan.
"Ciii... Kamu..."
Ochi mengangkat tangannya dengan muka yang sangat penuh drama. "Stop bang, aku tau abang terharu. Tapi aku lagi serius, aku gak suka abang tersiksa gini terus. Abang kan butuh istirahat juga, kalau enggak bakal sakit. Kuliah abang itu gak mudah." ujar Ochi yang lagi-lagi membuat hati Kenzi terbang ke langit ke tujuh.
"Ochi, list belanjaan mana yang mau abang transfer? List novel kamu? Semua abang transfer. Kemarin abang liat boyband kesukaan kamu yang baru debut tahun kemarin baru come back, mau abang beliin album—"
Ochi kembali mengangkat tangannya dengan dramatis,
"Abang...." cukup lama Ochi bungkam, kemudian. "Novel, list baju, list album, merchandise tolong transfer ya. Sekalian skin care aku karena udah mau habis semua, abang emang yang terbaik. Aku sayang dan cinta abang, love you to the moon and back."
Dan sedetik kemudian, keempat abang Ochi jatuh ke lantai dengan dramatis. Sambil saling peluk satu sama lain, mengusap wajah mereka yang sama sekali tidak ada air mata yang turun disana.
Apalagi Rai yang merasa gagal menjadi abang idaman nya Ochi, hancur sudah pamor nya.
Sedangkan Kenzi kini tersenyum lebar dan langsung berlari memeluk Ochi. Masa bodo sama empat adiknya yang kini merasa tidak terima padanya dan dompetnya yang akan hangus.
Yang penting dia lebih unggul dan lebih mendapat rasa sayang lebih adik kesayangannya.
"Abangggg..."
"Semua abang beli, kalau perlu idol nya abang bawa kemari biar kamu senang."
"Serius bang?"
"Iya, tapi tunggu abang jadi menantu konglomerat dunia ya dek."
Plak!
"Aduhhh, sakit ciii.."
"Abang ih, bercanda mulu."
"Hahaha, bercanda sayanggg..."